Pemasaran Produk Pertanian secara Digital Perlu Dioptimalkan
Petani dan koperasi petani perlu terus didorong untuk masuk dalam ekosistem digital untuk meningkatkan kapasitas dan memperluas akses pasarnya.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Berbagai kendala teknis membuat petani kerap kesulitan memasarkan produknya karena kualitasnya menurun. Mereka juga sering tidak mendapatkan harga jual yang optimal. Berangkat dari permasalahan itu, perlu peranan agregator ekosistem digital yang membantu mereka memasarkan produknya secara digital.
Hal tersebut mengemuka dalam webinar bertajuk ”Peranan Agregator pada Korporasi Petani”, Rabu (27/10/2021). Hadir memberikan sambutan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Suwandi dan Ketua Komite Pengusaha Mikro Kecil Menengah Bersatu (Kopitu) Yoyok Pitoyo. Sebagai narasumber adalah Chief Executive Officer (CEO) Induk Koperasi Usaha Rakyat (Inkur) Suroto dan Direktur Operasional PT Mitra Enabler Indonesia Alexander.
Menurut Alexander, selama ini terdapat ”jurang” atau kendala teknis antara pembeli produk pertanian (off taker) dan petani atau korporasi petani. Petani menginginkan hasil panennya menemukan pembeli, tetapi di sisi lain pembeli juga menginginkan produk yang dibelinya memiliki kualitas dan kuantitas yang dinginkan.
Berangkat dari inilah, imbuh Alexander, perusahaannya yang bergerak dengan merek dagang Ralali.com menjadi agregator yang menghubungkan dan menjawab kebutuhan kedua pihak tersebut.
Agregator secara sederhana adalah sebuah lembaga yang menghubungkan pembeli dengan pemasok agar keduanya tercapai kesepakatan dagang, baik dari sisi kualitas maupun kuantitas. Untuk itu, agregator juga memberikan bimbingan dan nilai tambah produk dari pemasok, dalam hal ini pertanian.
”Tak cuma memberikan pelatihan, seperti belajar pembukuan keuangan, dan pengemasan, yang terpenting juga adalah kami membawa petani atau korporasi petani ini masuk ke dalam ekosistem digital. Dengan begitu, mereka bisa memperoleh akses pasar yang lebih luas dan mendapatkan harga yang stabil serta optimal,” ujar Alexander.
Suroto menambahkan, di tengah berbagai ketidakpastian cuaca dan kondisi pasar, memang ada baiknya petani bergabung dalam korporasi petani. Korporasi petani yang ideal bisa memberikan hal-hal yang belum dilakukan petani. Apabila petani kesulitan mencatat pembukuan keuangan, itu menjadi tugas korporasi untuk membantu.
”Berangkat dari aspirasi dan kendala bersama antarpetani lalu bergabung dalam korporasi petani untuk mencari solusi bersama,” kata Suroto.
Setelah korporasi petani bisa membantu petani, maka tidak ada salahnya mereka masuk ke dalam ekosistem digital untuk meningkatkan kapasitas dan memperluas pasar.
Situs logistik pangan
Pada kesempatan yang berbeda, Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian meluncurkan situs logistik pangan melalui https://logistikpangan.id. Laman logistik pangan ini memuat data dan informasi yang selalu diperbarui, di antaranya prognosis neraca pangan, panel harga pangan, status stok pangan, rekomendasi stabilisasi pasokan dan harga pangan, aplikasi transaksi daring, serta info pendukung terkait logistik pangan.
”Laman logistik pangan ini akan sangat membantu para pengambil kebijakan di tingkat pusat dan daerah,” ujar Kepala Pusat Distribusi dan Akses Pangan BKP Risfaheri dalam keterangannya, Rabu.
Risfaheri menambahkan, situs logistik pangan ini juga berfungsi untuk memantau situasi pasokan dan harga pangan pokok strategis, baik secara nasional maupun di tingkat provinsi. Ini diharapkan memudahkan dalam mengambil langkah-langkah antisipatif maupun solutif untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan di daerahnya.
Situs ini juga menyediakan aplikasi transaksi daring melalui lokapasar PasTani Grosir sebagai sarana bagi pemasok atau penyedia bahan pangan bertransaksi langsung dengan pembeli atau pedagang dalam skala besar (grosir) tanpa melalui perantara.
Pelaksana Tugas Kepala BKP Sarwo Edhy menjelaskan, masalah stabilitas pasokan dan harga pangan pokok menjadi isu krusial dan harus terkendali secara optimal. Stabilisasi pasokan dan harga pangan dimaksudkan untuk melindungi pendapatan dan daya beli petani dan nelayan, serta menjaga keterjangkauan konsumen terhadap pangan.
”Masalah stabilisasi harga ini harus bisa kita kendalikan. Tentunya kita perlu koordinasi dengan pihak terkait,” kata Sarwo.
Melalui upaya yang dilakukan BKP Kementan, diharapkan dapat dihindari terjadinya asimetris informasi terkait situasi pangan. Dengan demikian, spekulasi dan disparitas harga yang tinggi antara konsumen dan produsen, serta antarwilayah, bisa dicegah.
Kemudahan akses informasi harga pangan dan stok pangan dalam sistem informasi sangat penting, baik bagi produsen, pedagang, konsumen, maupun pemerintah. Produsen dan pedagang dapat memanfaatkan informasi tersebut dalam bertransaksi. Selai itu, pemerintah dapat memanfaatkan informasi tersebut sebagai dasar dalam merumuskan kebijakan stabilisasi pasokan dan harga pangan pokok.