Inovasi Gojek Tetap Berpijak pada ”Ride Hailing”, Sedangkan Bukalapak pada E-Dagang
Ekspansi inovasi produk Gojek dan Bukalapak tetap berpijak pada inti bisnis yang dirintis sejak awal.
Oleh
Mediana
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Gojek memilih menjadikan layanan akses kendaraan berbasis permintaan atau ride hailing sebagai inti inovasi bisnis jangka panjang. Sementara Bukalapak menjadikan layanan perdagangan secara elektronik atau e-dagang sebagai pusat inovasi bisnis untuk menggaet aneka segmen pengguna individu ataupun korporasi.
Co-Founder dan CEO Gojek Kevin Aluwi dalam konferensi pers ”Sebelas Tahun Gojek Beroperasi”, Rabu (27/10/2021), di Jakarta, mengatakan, Gojek memulai usaha sebagai penyedia ride hailing. Satu dekade mendatang, perusahaan tetap ingin menjadi penyedia ride hailing dengan moda kendaraan yang terus dikembangkan.
”Dalam sepuluh tahun mendatang, baik di aplikasi maupun sistem Gojek, layanan transportasi akan menjadi penggerak yang memudahkan layanan bentuk lain berjalan. Moda transportasi lain—di luar layanan yang sudah ada di Gojek—bisa diintegrasikan ke aplikasi ataupun sistem kami,” ujar Kevin.
Dia menyebut komitmen Gojek menjadi perusahaan yang mendukung pengurangan emisi karbon. Sejauh ini, bisnis pesan-antar makanan GoFood dan pesan-antar paket GoSend masih menghasilkan sampah yang besar. Hingga tahun 2030, kolaborasi manajemen bisnis Gojek bersama mitra diharapkan berjalan dengan konsep yang ramah lingkungan, seperti pengurangan sampah secara signifikan. Dengan konsep yang sama, perusahaan berharap kesejahteraan mitra ikut meningkat.
Kevin mengumumkan ada inovasi baru untuk bisnis GoFood, GoSend, dan layanan transportasi. Untuk bisnis GoFood, perusahaan menambahkan, fitur GoFood Plus yang memberikan penawaran paket berlangganan dan Order Sekaligus. Para mitra UMKM kuliner dilengkapi fitur BizTips yang berisi tips/kiat mengelola bisnis. Saat ini, sebanyak 1 juta mitra usaha kuliner bergabung di GoFood yang didominasi pelaku UMKM. Sebanyak 250.000 di antaranya baru bergabung tahun 2020.
Sementara untuk bisnis GoSend, Gojek membuat integrasi sistem antarmuka atau GoSend API (application programming interface) yang bisa dipakai ribuan mitra korporasi/pebisnis yang punya platform perdagangan secara elektronik atau e-dagang. Sepanjang semester I-2021, mitra yang memakai inovasi itu mengalami kenaikan transaksi 41 persen. Transaksi GoSend di aplikasi GoJek sendiri tumbuh 40 persen. Dalam waktu dekat, Gojek akan merilis inovasi terbaru untuk GoSend yang memungkinkan pengguna mengirim beberapa paket sekaligus dengan hanya sekali ambil.
Adapun bentuk inovasi baru pada layanan transportasi adalah GoTransit. Gojek dan PT Kereta Commuter Indonesia bekerja sama untuk menjadi yang pertama di dunia dalam mengintegrasikan tiket kereta komuter dengan layanan ride hailing Gojek, seperti GoRide dan GoCar. Menurut Kevin, inovasi ini muncul karena sebagian besar pelanggan Gojek memanfaatkan layanan GoRide dan GoCar untuk menuju dan dari stasiun kereta komuter di Jabodetabek.
”Kami juga akan mulai uji coba kendaraan listrik secara komersial, setelah kami uji coba teknis. Kami akan menggandeng Pertamina untuk penerapan skema pemakaian baterai (battery swap) untuk motor listrik yang kami gunakan dari Gesit dan Gogoro,” imbuh Kevin. Menurut rencana, pada tahap pertama uji coba komersial, Gojek akan menerapkan 500 motor listrik dan lokasinya di Jakarta Selatan, lalu akan ditingkatkan sampai 5.000 unit listrik.
Pengembangan bisnis Gojek di luar Indonesia menyerupai di dalam Indonesia. Di Vietnam, misalnya, Gojek akan segera merilis GoCar setelah menghadirkan GoRide, GoFood, dan GoSend.
Sementara itu, Direktur BukaPengadaan, bagian dari PT Bukalapak.com Tbk (Bukalapak), Hita Supranjaya menyatakan optimismenya bahwa bisnis digital akan terus bertumbuh, baik dari sisi layanan untuk segmen ritel/konsumen individu maupun segmen pemerintahan dan korporasi. Saat ini, bisnis digital untuk segmen ritel/konsumen individu masih menempati porsi terbesar, tetapi lima tahun mendatang, segmen pemerintahan dan korporasi juga tumbuh signifikan.
Situasi itu didorong oleh transformasi digital yang kini tengah terjadi di instansi pemerintahan ataupun korporasi. Kantor cabang mereka di daerah yang semula mengandalkan pelayanan fisik sekarang berangsur-angsur merambah ke pelayanan daring.
”Mendekatkan diri kepada konsumen. Oleh karena itu, mereka butuh proses pengadaan barang yang cepat, efisien, dan transparan,” ujarnya.
BukaPengadaan yang berdiri sejak 2016 kini telah terintegrasi di beberapa sistem. Misalnya, SiBela (Aplikasi Belanja Pengadaan) milik Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP), Sistem Informasi Pengadaan di Sekolah (SIPLah) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, dan Marketplace BukaPengadaan yang ada di sejumlah perusahaan.
Hita menyampaikan, dalam bisnis BukaPengadaan, Bukalapak bisa berperan sebagai agregator. Dengan kata lain, konsumen segmen pebisnis bisa menyampaikan keinginannya terhadap sistem pengadaan barang mereka, lalu Bukalapak akan mendesain dan mengajak beberapa lokapasar lain untuk bekerja sama membuat sistem pengadaan barang yang terpadu.
Bisnis BukaPengadaan tetap bisa bersinggungan dengan bisnis MitraBukalapak yang dipakai oleh pemilik warung/toko kelontong berskala UMKM. Dengan demikian, hal itu tetap melibatkan para mitra UMKM sesuai visi awal Bukalapak. Mereka jadi punya multisaluran penjualan untuk meraup keuntungan lebih.
Berdasarkan Laporan e-Conomy SEA tahun 2020 yang dirilis oleh Google, Temasek, dan Bain & Company, ekonomi internet di Indonesia mencapai 44 miliar dollar AS tahun 2020 dan akan tumbuh menjadi 124 miliar dollar AS pada 2025.
Co-Founder dan Managing Partner East Ventures Wilson Cuaca berpendapat, infrastruktur internet di Indonesia membaik. Hal ini ditandai dengan penetrasi pengguna internet yang sudah setengah lebih dari populasi penduduk. Masyarakat juga semakin teredukasi dengan aneka layanan secara daring.
Pandemi Covid-19 mendorong transformasi digital semakin cepat. Hal ini, menurut dia, menguntungkan bagi para perusahaan rintisan bidang teknologi. Sebagai gambaran, layanan perdagangan secara elektronik atau e-dagang selama pandemi jadi saluran favorit berbelanja. Penyedia platform lokapasar diuntungkan, begitu pula dengan perusahaan teknologi lain yang mendukung kelancaran transaksi e-dagang atau ecommerce enabler, seperti Sirclo dan Waresix.