Bank Banten mendapatkan dana segar Rp 618 miliar dari penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu atau ”rights issue”. Sekitar 65 persen dari dana itu akan digunakan untuk penyaluran kredit.
Oleh
Joice Tauris Santi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bank-bank yang hendak menambah modal satu per satu menyelesaikan aksi korporasinya. PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk atau Bank Banten, misalnya, menuntaskan penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu atau HMETD/rights issue. Bank Banten mendapatkan dana segar senilai Rp 618 miliar.
Right issue tersebut dilaksanakan melalui Penawaran Umum Terbatas VII (PUT VII) yang diselesaikan pada 21 Oktober 2021. Dana itu diperoleh dari penyerapan 8 miliar saham baru. Dalam right issue ini, investor strategis tidak menyerap penawaran saham baru. Alasannya, waktunya dinilai tidak mencukupi.
”Capaian ini melampaui target yang telah ditetapkan perseroan meskipun PT Banten Global Development (BGD) tidak berpartisipasi,” kata Direktur Utama Bank Banten Agus Syabarrudin dalam keterangannya, Rabu (27/10/2021).
Dalam Rencana Bisnis Bank (RBB), Bank Banten menargetkan perolehan dana sebesar Rp 600 miliar dari PUT VII ini.
Sebelumnya, Bank Banten menerbitkan 23,39 miliar saham baru seri C dengan harga pelaksanaan Rp 77 per saham. Dengan demikian, potensi modal baru yang dapat diraih mencapai Rp 1,8 triliun. Para investor strategis yang tadinya diharapkan masuk dengan menjadi pembeli siaga tidak jadi melaksanakan haknya karena alasan keterbatasan waktu.
Agus menambahkan, sekitar 65 persen dana yang diperoleh akan digunakan untuk penyaluran kredit dan sisanya akan digunakan untuk memperkuat struktur keuangan.
Sekitar 65 persen dana yang diperoleh akan digunakan untuk penyaluran kredit dan sisanya akan digunakan untuk memperkuat struktur keuangan.
Selain Bank Banten, ada delapan bank lagi yang siap melakukan right issue untuk menambah modal. Penambahan modal ini terkait dengan aturan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar bank-bank memiliki modal inti minimum sebesar Rp 2 triliun pada akhir tahun 2021 dan menjadi Rp 3 triliun pada akhir 2022. Delapan bank itu adalah Bank Oke Indonesia, Bank Ina, Bank Argo, Bank Capital, Bank Jtrust, Bank Bisnis Internasional, Bank Allo, dan Amar Bank.
Batubara
Emiten pertambangan yang mengelola tambang batubara, yakni PT Dwi Guna Laksana Tbk, juga merencanakan penambahan modal. Skema yang dijalankan adalah dengan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) atau rights issue sebanyak-banyaknya 533.110.000 saham.
Sekretaris perusahaan Dwi Guna, Sianitawati, dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebutkan, harga pelaksanaan right issue tersebut sebesar Rp 180 per saham. Ada dua pihak yang menyetorkan modal, yaitu PT Dian Ciptamas Agung sebanyak 83.110.000 saham dan PT Berkat Nusantara Indah sebanyak 450.000.000 saham. Setoran modal baru itu hampir mencapai Rp 100 miliar.
Seluruh dana penambahan modal akan digunakan untuk meningkatkan modal pada anak perusahaan, yaitu PT Sinergi Laksana Bara Mas (SLBM), yang kemudian akan dipergunakan seluruhnya sebagai modal kerja. Dwi Guna merupakan emiten tambang batubara yang memasok batubara untuk PT PLN (Persero).