Generasi Muda Perlu Terlibat Dalam Ekosistem Digital
Generasi muda diminta untuk terlibat dalam ekosistem digitalisasi yang saat ini perkembangannya melesat cukup signifikan. Potensi ekonomi digital akan terus berkembang dari tahun ke tahun.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Generasi muda diminta untuk terlibat dalam ekosistem digitalisasi yang saat ini perkembangannya melesat cukup signifikan. Hal ini penting agar masyarakat Indonesia tidak sekadar menjadi pengguna produk digital, tetapi juga bisa berperan sebagai pencipta yang akan bermuara pada terciptanya lapangan kerja.
Hal ini disampaikan Menteri BUMN Erick Thohir saat memberikan materi di hadapan mahasiswa dalam Sidang Senat Terbula Dies Natalis Ke-61 Fakultas Ekonomi Unversitas Sriwijaya, Sabtu (23/10/2021), di Indralaya, Ogan Ilir. Dalam paparannya tersebut, Erick mengingatkan kaum muda tentang industri 4.0, di mana teknologi digital memegang peranan cukup krusial.
Hal ini terlihat dari daftar 10 perusahaan terbesar di dunia, tujuh di antaranya merupakan perusahan teknologi, sisanya adalah perusahaan sumber daya alam dan keuangan (finansial). Dari data ini. membuktikan bahwa peranan teknologi digital akan berkembang pesat.
Kondisi inilah yang harus dimanfaatkan oleh para generasi muda untuk turut berperan dalam ekosistem digital. Tidak hanya sebagai pengguna, tetapi juga menjadi pencipta yang akan bermuara pada terciptanya lapangan kerja. Mereka yang tidak dapat beradaptasi akan tergerus dalam gelombang distrupsi digital. Karena akan banyak pekerjaan yang hilang tergantikan oleh teknologi yang lebih efisien.
Sebaliknya bagi mereka yang mampu menciptakan peluang akan terus berkembang, bahkan melesat. ”Ada pekerjaan yang hilang, tetapi juga akan muncul pekerjaan baru,” ucap Erick.
Masih minimnya peran generasi muda Indonesia dalam ekosistem digital terlihat dari jumlah perusahaan unicorn di Indonesia yang masih rendah jika dibandingkan dengan negara lain. Erick mencontohkan, Amerika saja saat ini sudah memiliki sekitar 200 perusahaan unicorn, China sebanyak 100 perusahaan. Sementara Indonesia baru 8 perusahaan unicorn. Itu pun sebagai besar masih dikuasai asing.
Ada pekerjaan yang hilang, tetapi juga akan muncul pekerjaan baru.
Masih kurangnya keterlibatan masyarakat Indonesia dalam bisnis teknologi digital bukan karena minimnya kemampuan, melainkan dukungan yang belum optimal. Oleh sebab itu, peran universitas sangat dibutuhkan untuk menciptakan lulusan yang mampu beradaptasi pada distribusi digital. ”Kini visi kita bukan lagi hilirisasi sumber daya alam, melainkan hilirisasi digital,” ucap Erick.
Karena dalam tiga tahun ke depan, industri yang berkaitan dengan digital akan semakin berkembang. Hal ini didukung dengan terus meningkatnya jumlah pengguna internet di Indonesia, di mana pada 2020 pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 miliar orang atau meningkat 15,5 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 174,4 miliar pengguna.
Ada beberapa sektor yang dipandang akan berkembang, seperti bisnis teknologi kesehatan, teknologi pendidikan, dan teknologi media. ”Potensi gelombang distrupsi digital di Indonesia dalam tiga tahun ke depan bisa mencapai 90 miliar dolar AS,” ujarnya.
Bahkan, pada 2025 potensi ekonomi digital secara global mencapai 23.000 miliar dollar AS. Sementara kontribusi Indonesia di masa itu baru 124 miliar dollar AS. ”Hal inilah yang terus didorong untuk generasi muda Indonesia tidak tertinggal,” katanya.
Baca juga : Semarak UMKM ”Go Digital”
Rektor Universitas Sriwijaya Anis Saggaff mengatakan, sejak masa pandemi penggunaan fasilitas digital terus dikembangkan. Hal ini sebagai upaya untuk memberikan ruang bagi setiap mahasiswa untuk mengembangkan kemampuannya. Hal Ini dibuktikan dalam proses pembelajaran yang juga menerapkan sistem belajar daring.
Pengembangan program digital di kampus juga bertujuan agar ketika mereka lulus dapat berkompetisi di dunia kerja. Walau pada kenyataannya sudah banyak perusahaan yang merekrut lulusan Unsri. ”Bahkan, sudah banyak yang inden,” ucapnya.
Pelibatan UMKM
Peranan digitalisasi juga penting untuk pengembangan UMKM di Indonesia. Najla Bisyir, pemilik produk bittersweet, misalnya, memanfaatkan media sosial untuk memasarkan produknya. Menurut dia, penggunaan media sosial cukup signifikan karena mampu merambah ke banyak konsumen.
Hanya dalam pembuatan konten memang dirinya dituntut untuk kreatif agar dapat menarik minat masyarakat. Alhasil, di masa pandemi dirinya tidak mendapatkan kerugian, sebaliknya bisa menjual hingga ribuan boks per hari.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan, digitalisasi adalah hal yang mutlak dilakukan oleh semua UMKM. ”Banyak UMKM yang berkembang pada masa pandemi karena mereka memanfaatkan media sosial,” katanya. Oleh karena itu, adaptasi, kolaborasi, dan inovasi menjadi faktor utama untuk mengembangkan usaha,” ujarnya.
Apalagi Palembang memiliki modal besar karena ada produk yang sudah dikenal, misalnya songket ataupun pempek. ”Inilah yang harus dikembangkan, salah satunya melalui media digital,” ucap Sandiaga.