Produk perlengkapan makan dan minum yang bisa digunakan berulang kali makin marak. Hal ini menunjukkan semakin banyak pula konsumen yang mengusung gaya hidup berkelanjutan.
Oleh
CAECILIA MEDIANA
·5 menit baca
Kita tak jarang membuang barang, termasuk perlengkapan makan dan minum. Terlebih lagi yang sekali pakai. Para pelaku ekonomi kreatif di Tanah Air kini makin marak menghadirkan piranti makan dan minum yang bisa dipakai berulang-ulang dengan desain estetik melalui eksplorasi aneka material.
Salah satunya, produk bamboe reusable cup atau cangkir bambu yang dapat digunakan kembali buatan Kiwari Bamboe, usaha kecil menengah yang berbasis di Tasikmalaya, Jawa Barat. Produk itu termasuk 1 dari 32 peraih Good Design Indonesia 2021, ajang penganugerahan tahunan berskala nasional yang diberikan Kementerian Perdagangan untuk karya desain terbaik buatan pelaku ekonomi kreatif dalam negeri.
Pendiri Kiwari Bamboe, Yose Andi Komara, saat dihubungi pertengahan September 2021, dari Jakarta, menjelaskan bahwa produk cangkir bambu ini merupakan substitusi cangkir plastik minuman yang biasa dijumpai di restoran cepat saji ataupun kedai kopi. Dia mulai memikirkan ide produk itu sekitar tahun 2019.
”Kami mengamati, kedai-kedai minuman kopi menjamur. Mereka umumnya masih memakai plastik dan paper cup. Saat bersamaan di global dan nasional sedang berkembang kesadaran ramah lingkungan. Kami berusaha memikirkan solusi substitusi wadah yang mendukung kesadaran itu,” katanya.
Karena berfungsi sebagai substitusi, dia mendesain ukuran cangkir bambu yang dapat digunakan kembali mirip dengan cangkir plastik di restoran cepat saji atau kedai kopi. Jangka waktu ketahanan produk itu mencapai satu sampai dua tahun. ”Ukuran paling besar 20 OS, sedangkan ukuran terkecil 4 OS. Ukuran ini biasanya dipakai untuk seloki kopi,” kata Yose.
Mengenai material bambu yang digunakan, ada kisah menarik. Masyarakat Kabupaten Tasikmalaya memang dikenal lama sebagai pemakai bambu. Pada sekitar 20 kecamatan di kabupaten ini berdiri sentra kerajinan bambu. Menurut Yose, hampir semua perajin bambu di Tasikmalaya menyuplai untuk mereknya sendiri ataupun merek lain di luar kabupaten.
Produksi cangkir yang dapat digunakan kembali ini dimulai dari pengolahan material bambu. Bambu dipotong per per ruas, dikeringkan, lalu dibuat menjadi lembaran, baru kemudian bisa dibentuk.
Produksi cangkir yang dapat digunakan kembali ini dimulai dari pengolahan material bambu. Bambu dipotong per per ruas, dikeringkan, lalu dibuat menjadi lembaran, baru, kemudian bisa dibentuk. Cangkir buatan Kiwari Bamboe ini telah mendapatkan sertifikat produk ramah lingkungan yang diwajibkan oleh pasar Eropa.
Kiwari Bamboe juga telah memiliki mitra distributor di Swedia, Inggris, dan Belgia. Mereka biasanya memesan terlebih dulu ke Kiwari Bamboe, baru diproduksi oleh Yose dan timnya. ”Mesin kami masih sederhana. Maka, produksi kami mengikuti permintaan. Rata-rata sebulan, kami terima 1.000 unit permintaan,” katanya.
Selain cangkir bambu yang dapat digunakan kembali, Kiwari Bamboe juga memproduksi aneka produk lain berbahan dasar bambu. Misalnya, termos, kap lampu, piring, kotak makan, dan sofa. Yose menambahkan, pihaknya bekerja sama dengan petani-petani bambu di Tasikmalaya. Mereka menyuplai dan mengerjakan pengolahan bambu sampai siap dirakit oleh tim Kiwari Bamboe.
Bahan kayu
Ada juga pebisnis lokal yang memilih menggarap wadah bekal makanan berbahan kayu. Misalnya, Gendhis Goods di Surabaya dan Thekkuku di Situbondo. Gendhis Goods sudah memproduksi kotak bekal kayu sejak lima tahun terakhir. Produknya makin populer sejak pandemi Covid-19.
Kebiasaan baru membawa bekal juga mendorong Thekkuku menjajal pembuatan kotak bekal kayu. Bahan baku kayu jati dipilih karena jejak motif kayunya sangat kentara dan memberi kesan etnik. Jejak motif kayu ini berbeda jika menggunakan kayu lain, seperti mahoni yang permukaannya halus tanpa motif. Selain itu, kayu jati juga kokoh dan aman sebagai peranti makan (Kompas, 19/7/2021).
Adapun Earthen Project menawarkan perlengkapan wadah makan dan botol minuman lengkap dengan sendok/garpu lipat berbahan tahan karat (stainless steel). Produk ini bisa dijual paket sebagai hamper ataupun terpisah. Pembeli Earthen Project mulai dari individu sampai korporasi perbankan dan instansi kementerian.
Saat dihubungi Kompas, Selasa (19/10/2021), Cisya Paramita, selaku salah satu pemilik Earthen Project, menjelaskan, jenama ini ingin mengajak orang untuk mulai peduli pada isu lingkungan dari langkah kecil. Itulah sebabnya, produk perlengkapan makan dan minum dari Earthen Project dapat digunakan berkali-kali (reusable).
”(Produk ini) reusable lifestyle. Di luar negeri, seperti di Jepang, warganya biasa membawa bekal makan siang dengan perlengkapan makan dan minum yang bisa digunakan berkali-kali. Produk seperti itu sebenarnya banyak diproduksi oleh pelaku UMKM Indonesia, tetapi seringkali dijual ke luar negeri,” ujarnya.
Earthen Project bukan memproduksi sendiri perlengkapan produk makan dan minum beserta sendok/garpu lipat, melainkan menggandeng kalangan UMKM sebagai produsennya. Earthen Project bertindak sebagai reseller dan memberikan nilai tambah, antara lain melalui pengemasan hingga tampilan foto.
Pesanan dari korporasi dan instansi kementerian mengalir karena produk ini dinilai sejalan dengan komitmen pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Tak sedikit pula yang memesan sesuai dengan anggaran, lalu Earthen Project akan membuatkan paket sesuai dengan anggaran itu.
Earthen Project juga melayani pembeli eceran. Para pembeli ini kerap pula mengunggah pemakaian produk Earthen Project di media sosial. Hal itu juga menjadi bentuk ajakan agar orang lain mengikuti perilaku memakai barang berulang kali.
”Kami selalu mengajak konsumen kami untuk mulai dari langkah kecil dulu. Ramah lingkungan itu tak harus langsung ekstrem alias mengubah total gaya hidup, tetapi dari langkah kecil dulu,” kata Cisya.
Saat ini, produk Earthen Project yang paling banyak diminati konsumen adalah wadah makan/minum beserta sendok/garpu lipat berbahan stainless steel meskipun Earthen Project juga menjual produk lain. Desain produk yang estetis menjadi daya tarik. Botol minuman berbahan stainless steel ini juga mengingatkan kepada termos lawasan yang awet bertahun-tahun.
Kelemahan material stainless steel adalah berat. Cara perawatannya juga harus diperhatikan. Misalnya, setelah dicuci, barang dengan material itu harus lekas-lekas dikeringkan agar lebih tahan lama.
Produk Earthen Project lainnya, yaitu botol minum berbahan plastik, botol untuk perlengkapan rumah tangga, botol hand sanitizer, sikat cuci piring, dan sikat gigi berbahan amah lingkungan, sabun cuci organik, dan Unpaper Cloth Tissues.
Kemunculan produk-produk tersebut, menurut dia, justru datang dari permintaan konsumen. Cisya yang sudah terhubung dalam kelompok UMKM ataupun pegiat ramah lingkungan merasa dimudahkan dengan adanya permintaan konsumen itu. Dia juga tak kesulitan menemukan mitra untuk diajak kerja sama.
”Dalam sebulan, kami minimal melayani 500 kotak pesanan dengan isi bermacam-macam. Kami juga melayani pesanan dan pengiriman ke luar negeri,” ujarnya.
Menurut Cisya, saat ini telah banyak berkembang pebisnis sejenis dengan Earthen Project. Produsen yang memproduksi perlengkapan makan dan minum yang bisa digunakan berulang kali pun makin marak. Baginya, situasi itu menunjukkan semakin banyak konsumen yang mengusung gaya hidup berkelanjutan.