Situasi Dinilai Membaik, Momentum Indonesia Genjot Ekspor
Terkendalinya kasus Covid-19 yang diiringi pelonggaran kegiatan masyarakat dinilai menggeliatkan ekonomi nasional. Pada saat bersamaan, perekonomian negara mitra membaik. Hal ini momentum untuk menggenjot ekspor.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Makin terkendalinya jumlah kasus Covid-19 yang diiringi kembali beroperasinya kegiatan ekonomi di dalam negeri serta semakin pulihnya perekonomian global dinilai menjadi momentum tepat bagi Indonesia untuk menggenjot ekspor. Ekspor yang terus meningkat dan ditandai surplus neraca perdagangan 17 bulan terakhir menjadi modal untuk meningkatkan kinerja perdagangan luar negeri.
Hal tersebut mengemuka dalam pembukaan Trade Expo Indonesia Ke-36 Digital Edition 2021, Kamis (21/10/2021). Presiden Joko Widodo dan Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi memberikan sambutan dalam kegiatan itu. Turut hadir dalam acara itu, antara lain, perwakilan duta besar negara sahabat, perwakilan kamar dagang negara mitra dagang, dan pelaku usaha perdagangan internasional.
Dalam sambutannya, Presiden Joko Widodo mengatakan, kondisi pandemi di dalam negeri sudah lebih terkendali sehingga aktivitas perdagangan global harus segera kembali diaktifkan. Apalagi, sepanjang tahun ini kinerja ekspor telah mencapai puncaknya.
Data Kementerian Perdagangan menyebutkan, total ekspor Indonesia sampai September 2021 mencapai 163,4 miliar dollar AS (Rp 2.320 triliun), tumbuh 40,4 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Puncak kinerja ekspor terjadi pada Agustus 2021, di mana ekspor satu bulan itu mencapai 21,43 miliar dollar AS atau sekitar Rp 300,43 triliun dan merupakan angka yang tertinggi sepanjang sejarah.
Selain itu, Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan selama 17 bulan terakhir. ”Nilai ekspor tahun ini mencapai puncaknya,” ujar Presiden.
Meski demikian, Presiden berharap Indonesia tidak boleh lengah. Situasi saat ini justru ini menjadi peluang dan momentum untuk terus meningkatkan ekspor. ”Negara mitra dagang kita juga sudah semakin pulih. Kita punya peluang untuk ekspor lebih tinggi,” ujar Presiden.
Senada dengan Presiden, Lutfi menambahkan, meski kinerja ekspor sedang sangat baik, Indonesia tetap harus waspada dengan berbagai tantangan global. Mengingat pandemi belum selesai, ada sejumlah permasalahan yang terjadi, antara lain krisis energi, krisis pangan, persaingan era digital, kenaikan harga komoditas, kenaikan harga rantai pasok global, isu lingkungan hidup, dan permasalahan perubahan iklim. ”Tantangan ini perlu diwaspadai,” ujar Lutfi.
Guna mendorong ekspor, Lutfi menjelaskan, Kementerian Perdagangan berupaya memperluas akses pasar negara mitra niaga bagi eksportir Indonesia. Setelah menyelesaikan perjanjian dagang Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) dan Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK CEPA), pihaknya berupaya memperluas akses pasar.
Kementerian Perdagangan membuka akses pasar ke mitra dagang nontradisional di kawasan Asia Selatan dan Afrika. Adapun negara yang sedang dijajaki adalah Uni Emirat Arab, Tunisia, Bangladesh, dan Pakistan. Selain itu, pihaknya juga tengah menjalankan perundingan Indonesia-Turki CEPA dan Indonesia-Uni Eropa CEPA.
Industri halal
Selain memperluas akses pasar, baik Presiden maupun Menteri Perdagangan mengatakan, Indonesia bisa memperluas jangkauan perdagangan internasionalnya dengan memperkuat perdagangan yang mencakup dalam industri halal.
Presiden menargetkan Indonesia menjadi pusat industri halal pada 2024 mengingat potensi besar pasar produk halal di Tanah Air. ”Indonesia berpotensi sebagai pusat industri halal dunia sekaligus kiblat industri mode dunia. Saya targetkan tujuan tersebut dapat tercapai pada 2024,” ujar Presiden.
Presiden mengutip laporan ekonomi State of Global Islamic 2021 yang menyebutkan belanja warga Muslim dunia mencapai lebih dari 2 triliun dollar AS. Belanja masyarakat Muslim tersebut terdiri dari berbagai sektor, yakni makanan, mode, kosmetik, farmasi, dan sektor rekreasi atau pariwisata. ”Tentunya ini merupakan peluang yang harus kita manfaatkan,” kata Presiden.
Lutfi menjelaskan, nilai ekspor produk halal Indonesia saat ini 6 milliar dollar AS atau sekitar Rp 85,2 triliun dan menempatkan Indonesia di peringkat ke-21 dunia. Adapun ekspor busana muslim mencapai 4,1 miliar dollar AS (Rp 58,22 triliun) dan menempatkan Indonesia di peringkat ke-13 dunia. ”Mengingat potensi yang besar, kita bisa terus meningkatkan kinerja ekspor produk halal kita,” ujar Lutfi.
Wakil Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Adi Sulistyowati menjelaskan, BNI memiliki program bernama Ekspora. Pihaknya akan fokus memberikan pendanaan kepada UMKM yang bergerak dibidang ekspor.
”BNI fokus menjadi perwakilan perbankan nasional di kancah internasional, salah satunya dengan memberikan pendanaan kepada eksportir,” ujar Adi.
Penghargaan
Selain membuka Trade Expo Indonesia, pada kesempatan itu Lutfi memberikan penghargaan Primaniyarta dan Primaduta. Penghargaan Primaniyarta adalah penghargaan yang diberikan kepada eksportir yang berkinerja istimewa. Adapun penghargaan Primaduta diberikan kepada entitas importir luar negeri yang berkontribusi membawa atau mengimpor produk Indonesia ke luar negeri.
Terdapat 20 eksportir mendapatkan penghargaan ini yang terbagi dalam tujuh kategori. Adapun kategori yang diperlombakan adalah eksportir muda, eksportir berbasis pemasaran digital, eksportir high tech, eksportir berkelanjutan, eksportir pelopor produk baru, eksportir pelopor pasar nontradisional, dan eksportir pembangunan merek global.
Pada acara itu hadir tujuh eksportir perwakilan para pemenang. Mereka berasal dari PT Coco Sugar Indonesia, PT Aneka Tusma, PT Pupuk Kaltim, PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk, PT Asia Pacific Rayon, PT Biofarma (Persero), dan PT Sumber Graha Sejahtera. Adapun penghargaan Primaduta dibagi pada dua kategori, yaitu pasar utama dan pasar potensial. Penghargaan ini diberikan kepada 25 entitas.