Bank digital PT Bank Jago Tbk mencatat laba pada triwulan III-2021. Ini memutus kerugian yang telah dialami selama enam tahun terakhir.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bank digital PT Bank Jago Tbk mulai meraup laba pada triwulan ketiga tahun ini setelah merugi selama enam tahun. Ekosistem digital yang terbangun bisa mendorong penyaluran kredit. Bank lain juga terus menyiapkan layanan digital mengantisipasi kebutuhan masyarakat.
Per triwulan III-2021, Bank Jago mencatat laba Rp 14 miliar. Pencapaian ini didorong pertumbuhan kredit yang mencapai 502 persen secara tahunan dengan nominal mencapai Rp 3,73 triliun.
”Persentase kenaikannya terlihat tinggi karena kami berangkat dari baseline yang rendah. Namun, kami melihat kemajuan bisnis yang konsisten dari waktu ke waktu,” ujar Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar, Kamis (21/10/2021).
Pertumbuhan kredit 502 persen berdampak pada pendapatan bunga yang meningkat 478 persen secara tahunan menjadi Rp 355 miliar. Sementara itu, beban bunga hanya terkerek 104 persen secara tahunan menjadi Rp 38 miliar.
Hal ini menghasilkan pendapatan bunga bersih senilai Rp 318 miliar atau tumbuh 640 persen secara tahunan. Net interest margin (NIM) berada di angka 6,1 persen, lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu 4,4 persen.
Kemampuan menekan beban bunga tak lepas dari upaya Jago memperbanyak komposisi dana murah. Hingga akhir September 2021, total dana pihak ketiga mencapai Rp 2,54 triliun, tumbuh 564 persen. Dari jumlah tersebut, dana murah atau CASA sebanyak Rp 985 miliar, melonjak 1.031 persen. Adapun deposito senilai Rp 1,6 triliun, meningkat 427 persen.
Kharim menjelaskan, ekosistem digital yang dibangun kini mulai membuahkan hasil dan pihaknya akan menjaga momentum ini dengan terus memperluas kolaborasi dan integrasi dengan layanan digital lainnya.
Saat ini aplikasi Jago telah terintegrasi dengan aplikasi reksa dana daring Bibit.Id dan aplikasi super Gojek. Integrasi ini membuat konsumen dapat mengakses produk dan layanan jasa keuangan secara seamless, mudah, cepat dan aman. Fitur Kantong Jago yang terhubung dengan aplikasi Bibit dan Gojek juga membuat pengelolaan keuangan menjadi lebih disiplin, inovatif, dan kolaboratif.
Selain berkolaborasi dengan Bibit dan Gojek, Jago juga bekerja sama dengan sejumlah fintech lending, multifinance, dan institusi keuangan lain berbasis digital. Pola kerja sama pembiayaan (partnership lending) ini memampukan Jago untuk ekspansif, tetapi dengan pengelolaan risiko yang lebih terkendali.
Penambahan modal
Penguatan layanan digital juga dilakukan PT Bank Central Asia Tbk dengan menambah modal anak usaha mereka, yakni Bank Digital BCA pada September ini menjadi Rp 4 triliun dari sebelumnya Rp 1,3 triliun.
”Diharapkan Bank Digital BCA senantiasa berinovasi untuk memenuhi beragam kebutuhan nasabah serta memperluas ekosistem digital yang dimiliki,” ujar Presiden Direktur BCA Jahja Setiaadmaja dalam paparan kinerja triwulan ketiga BCA, Kamis.
Setelah aplikasi myBCA dan bank digital Blu, BCA kembali meluncurkan aplikasi haloBCA dan merchantBCA pada Juli 2021. Aplikasi haloBCA mengintegrasikan seluruh channel contact center, memungkinkan nasabah untuk menghubungi Halo BCA tanpa menggunakan pulsa, e-mail, chat, dan media sosial.
Adapun aplikasi merchantBCA merupakan solusi digital bagi pelaku usaha untuk mengelola bisnis dan meningkatkan kelancaran usaha. Melalui aplikasi ini, nasabah merchant BCA dapat mengajukan permohonan EDC, penyediaan QRIS secara 24 jam, monitor transaksi EDC dan QRIS melalui dashboard, serta mengunduh daftar transaksi historis.
Pada triwulan ketiga tahun ini, BCA mencatat laba bersih Rp 23,2 triliun atau bertumbuh 15,8 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Kenaikan laba ini ditopang oleh penurunan biaya operasional dan biaya provisi kredit yang lebih rendah.
Penyaluran kredit sampai dengan September mencapai Rp 605,9 triliun atau bertumbuh 4,1 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Penempatan pada obligasi korporasi juga tumbuh positif, naik 16,1 persen secara tahunan. Secara keseluruhan, portofolio total kredit dan obligasi korporasi meningkat 4,5 persen secara tahunan menjadi Rp 630,2 triliun.
Dana pihak ketiga (DPK) sampai dengan September mencapai Rp 721,8 triliun atau tumbuh 21 persen secara tahunan. BCA mencatat pertumbuhan pendapatan bunga 3,3 persen secara tahunan menjadi Rp 42,2 triliun.
Sementara itu, semakin meningkatnya kebutuhan konsumen akan digital membuat UOB Indonesia juga meluncurkan layanan perbankan digital bernama TMRW pada Agustus 2020. Aplikasi ini memiliki fitur pembayaran QRIS, pembayaran tagihan, pengisian saldo, dan e-dompet.
”Aplikasi ini memberikan layanan perbankan digital dengan teknologi kecerdasan buatan,” ujar Presiden Direktur UOB Indonesia Hendra Gunawan saat pertemuan virtual dengan redaksi harian Kompas, Kamis.