Pemikiran Transformasi Ekonomi Bali Melalui Buku ”Ekonomi Kerthi Bali”
Bali perlu bertransformasi dengan menggunakan sumber daya lokal yang dimiliki. Bergantung pada satu sektor ekonomi, yaitu pariwisata, dinilai tidak berimbang dan tidak memperhatikan potensi ekonomi lokal lainnya.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·3 menit baca
ISTIMEWA/PEMPROV BALI
Tangkapan layar dari tayangan penyerahan buku berjudul Ekonomi Kerthi Bali dari Gubernur Bali Wayan Koster (kanan) kepada Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa (kiri) dalam serangkaian acara peluncuran buku berjudul Ekonomi Kerthi Bali di Gedung Ksirarnawa, Taman Werdhi Budaya Bali, Kota Denpasar, Bali, Rabu (20/10/2021).
DENPASAR, KOMPAS — Ketergantungan Bali terhadap satu sektor ekonomi, yaitu pariwisata, dinilai tidak berimbang dan tidak memperhatikan potensi ekonomi lokal lainnya. Bali perlu bertransformasi dengan menggunakan sumber daya alam, sumber daya manusia, dan kebudayaan yang dimiliki Bali untuk membangun fundamen ekonomi Bali yang tangguh, seimbang, berkeadilan, dan mandiri.
Bali yang merupakan kepulauan memiliki enam sektor potensial yang harus dibangun dan dikembangkan secara terintegrasi sebagai sumber ekonomi lokal, yakni pertanian; kelautan dan perikanan; industri; usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan koperasi; ekonomi kreatif dan digital; serta pariwisata. Adapun pariwisata tetap dibangun dan dikembangkan sebagai penggerak yang menarik sektor-sektor ekonomi Bali lainnya.
Perihal itu menjadi benang merah pemikiran I Wayan Koster, Gubernur Bali saat ini, dalam buku berjudul Ekonomi Kerthi Bali yang diluncurkan di Gedung Ksirarnawa, Taman Werdhi Budaya Bali, Kota Denpasar, Rabu (20/10/2021). Peluncuran buku dari Koster tentang arah pembangunan struktur dan fundamen perekonomian Bali, yang dihadiri Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa, bertepatan dengan Hari Ulang Yahun Ke-59 Koster.
Tangkapan layar dari tayangan pemaparan Gubernur Bali Wayan Koster dalam acara peluncuran buku berjudul Ekonomi Kerthi Bali di Gedung Ksirarnawa, Taman Werdhi Budaya Bali, Kota Denpasar, Rabu (20/10/2021).
Dalam sambutannya setelah acara peluncuran buku berjudul Ekonomi Kerthi Bali, Suharso mengungkapkan pemikiran Koster tentang pembangunan ekonomi Bali yang tangguh, seimbang, berkeadilan, dan mandiri yang dituangkan dalam bukunya itu sejalan dengan perencanaan Bappenas terkait dengan transformasi ekonomi nasional, termasuk transformasi ekonomi Bali.
”Bagaimana menghadirkan Bali yang baru,” kata Suharso. ”Bali setelah pandemi akan tampil seperti Bali yang dulu yang menyegarkan dunia,” ujar Suharso, seperti diikuti melalui tayangan acara secara di dalam jaringan (daring), Rabu (20/10/2021).
Peluncuran dan kehadiran buku Ekonomi Kerthi Bali yang berisikan pemikiran dan ide Koster juga mendapat apresiasi dari tiga ekonom Bali yang membedah dan menanggapi buku itu, yakni I Wayan Ramantha, Ida Bagus Raka Suardana, dan I Nyoman Mahendra Yasa. Dalam tanggapannya, Ramantha menyebutkan, konsep pembangunan ekonomi Bali dalam gagasan dan pemikiran Koster dapat dilengkapi dengan KOSTER, yaitu, knowledge, organizing, strong, trust, equilibrium, dan responsibility.
Ekonomi lokal
ISTIMEWA/PEMPROV BALI
Tangkapan layar dari tayangan pemaparan Gubernur Bali Wayan Koster dalam acara peluncuran buku berjudul Ekonomi Kerthi Bali di Gedung Ksirarnawa, Taman Werdhi Budaya Bali, Kota Denpasar, Rabu (20/10/2021).
Dalam pemaparannya mengenai konsep dan isi buku berjudul Ekonomi Kerthi Bali, terlebih dulu Koster mengungkapkan pengalamannya membaca naskah dalam lontar ”Batur Kalawasan” yang berisikan perintah dan larangan bagi krama (masyarakat) Bali.
Petuah dan nasihat leluhur dalam lontar itu mengarahkan manusia Bali agar memelihara alam dan lingkungan dalam menjalani kehidupannya. ”Jangan sekali-kali hidup senang dari merusak alam,” kata Koster.
Koster mengatakan, situasi pandemi Covid-19 secara global yang berdampak terhadap kehidupan dan perekonomian masyarakat Bali memberikan pelajaran dan menjadi momentum bagi Bali untuk mulat sarira, melihat ke dalam diri dan mengintrospeksi diri. ”Bali tidak bisa lagi bergantung pada satu sektor. Momentum pandemi Covid-19 ini, menurut saya, memberikan pelajaran berharga bagi Bali,” ujar Koster.
Perekonomian Bali hingga saat ini sangat bergantung pada sektor pariwisata. Dalam struktur ekonomi Bali, dominasi pariwisata mencapai 56,78 persen, sedangkan pertanian hanya 9,24 persen, kelautan dan perikanan sebesar 4,21 persen. Sektor industri dan sektor lain masing-masing menyumbang 14,63 persen dan 15,14 persen.
Kontribusi sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya masih kecil, bahkan berpotensi mengalami penurunan. ”Perekonomian Bali, di satu pihak, sangat bergantung dan sangat rentan terhadap perubahan faktor eksternal,” kata Koster.
KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA
Pertanian menjadi sektor ekonomi lokal Bali yang perlu diperhatikan dan dibangun untuk menjaga struktur ekonomi Bali. Dokumentasi panorama kebun cabai milik warga di Desa Terunyan, Kintamani, Kabupaten Bangli, ketika dipotret Senin (18/10/2021), saat kunjungan Menteri Sosial Tri Rismaharini ke lokasi bencana tanah longsor dan gempa bumi di Bangli.
Adapun Suharso mengatakan, konsep dan pemikiran yang ditawarkan Koster dalam buku Ekonomi Kerthi Bali sejalan dengan perencanaan Bappenas mengenai pemulihan ekonomi Indonesia melalui strategi tranformasi ekonomi. Suharso mengatakan, pembangunan seharusnya memperhitungkan daya dukung wilayah dan memperhatikan fundamen ekonomi di wilayah. ”Pariwisata itu menjadi marketplace buat Bali,” ujar Suharso.