Kerja Sama dengan Standard Chartered, Bukalapak Akan Permudah Konsumen Buka Tabungan
Guna memperluas layanan teknologi finansial, PT Bukalapak.com Tbk berencana meluncurkan Buka Tabungan, kerja sama dengan Standard Chartered. Bukalapak memastikan kerja sama itu bukan dalam rangka membuat bank digital.
Oleh
Mediana
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perusahaan layanan perdagangan secara elektronik, PT Bukalapak.com Tbk atau Bukalapak, memutuskan akan bekerja sama dengan Standard Chartered Bank untuk menyediakan layanan pembukaan tabungan "Buka Tabungan". Kerja sama ini sebagai bagian dari strategi Bukalapak memperluas layanan teknologi finansial.
Hal itu disampaikan oleh CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin saat paparan publik di Jakarta, Selasa (19/10/2021). Menurut dia, saat ini pihaknya masih memproses pengurusan legal kepada regulator sehingga Bukalapak belum bisa menyampaikan waktu peluncuran. Meski demikian, dia sangat bergairah bisa menghadirkan layanan perbankan global kepada konsumen Bukalapak.
”Kerja sama kami dengan Standard Chartered Bank bukan berupa joint venture ataupun membuat perseroan baru. Kami tidak sedang membuat bank digital seperti yang kini banyak berkembang di Indonesia,” katanya.
Sebelumnya, Bukalapak telah memiliki produk Buka Investasi Bersama yang bisa diakses melalui aplikasi BMoney. Produk Buka Investasi Bersama ini memungkinkan konsumen Bukalapak bertransaksi jual-beli produk investasi, seperti reksa dana.
Bukalapak juga telah mengakuisisi Itemku, lokapasar produk digital gim. Akuisisi ini bertujuan memperkuat penjualan aset digital terkait gim. ”Kami juga berusaha mengakselerasi pemakaian QRIS (quick response code Indonesian standard) di ekosistem layanan Bukalapak,” ucap Rachmat.
Pada semester I-2021, total transaksi yang benar-benar terjadi atau total processing value (TPV) Bukalapak tumbuh 54 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya atau menjadi Rp 56,7 triliun. Pencapaian TPV ini didukung oleh kenaikan rata-rata transaksi atau average transaction value (ATV) sepanjang semester I-2021 yang naik 34 persen dibandingkan dengan semester I-2020.
Sebanyak 75 persen TPV Bukalapak berasal dari transaksi konsumen dan mitra warung di luar kota besar. Secara khusus untuk bisnis Mitra Bukalapak, TPV naik 227 persen pada semester I-2021 dibandingkan dengan semester yang sama tahun 2020. Nilainya mencapai Rp 23,9 triliun.
Terkait dengan pendapatan, Bukalapak membukukan Rp 864 miliar pada semester I-2021. Pada periode yang sama, kerugian operasional perusahaan mencapai Rp 776 miliar.
Direktur Bukalapak Teddy Oetomo mengatakan, pihaknya berusaha maksimal untuk membesarkan bisnis Mitra Bukalapak. Menurut dia, berbagai inovasi layanan dikembangkan untuk lini bisnis itu. Sebagai contoh, fitur agen logistik, remitansi, dan layanan keuangan digital lainnya. Kerja sama dengan Grab juga sejalan dengan strategi itu.
Total pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) warung/toko kelontong yang tergabung di Mitra Bukalapak mencapai 8,3 juta pelaku usaha pada semester I-2021. Bukalapak mengklaim pangsa pasar Mitra Bukalapak di Indonesia telah mencapai 42 persen. Pencapaian ini unggul dibandingkan dengan perusahaan rintisan bidang teknologi yang menyediakan solusi bagi UMKM warung/toko kelontong.
Bukalapak baru saja meluncurkan program ”Kota Masa Depan” yang bertujuan menjaring kerja sama seluas-luasnya kepada pemain lain yang memiliki visi membesarkan UMKM, tidak hanya pemilik warung/toko kelontong. Teddy menegaskan, Bukalapak berharap tidak hanya Grab yang nantinya bekerja sama.
Harga saham Bukalapak sempat turun sampai 19 persen dan menyentuh Rp 695 per lembar saham pada penutupan pasar saham, Rabu (13/10/2021). Sehari sesudahnya, harga saham Bukalapak naik 7,2 persen atau menjadi Rp 745 per lembar saham.
Sejak mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada 6 Agustus 2021, pergerakan harga saham Bukalapak cukup berfluktuasi. Dengan harga penawaran perdana Rp 850 per saham, kini Selasa (19/10/2021), harga saham Bukalapak mencapai Rp 715 per lembar saham.