Syarat identitas investor dinilai belum sepenuhnya menyelesaikan masalah produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi. Perbaikan memerlukan dukungan semua pihak, antara lain, dalam edukasi ke nasabah dan agen.
Oleh
Joice Tauris Santi
·3 menit baca
SID merupakan identitas di pasar modal yang diberikan kepada semua investor, baik investor obligasi ritel, saham, maupun reksa dana. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berharap dengan memiliki SID, calon nasabah setidaknya sudah memahami perihal investasi.
”Hingga semester pertama 2021, unit link masih menjadi kontributor utama pendapatan premi pada industri asuransi jiwa. Kami mengartikan produk ini masih mampu menjawab kebutuhan sebagian masyarakat Indonesia untuk asuransi jiwa,” kata Budi Tampubolon, Ketua Dewan Pengurus Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), dalam diskusi tentang asuransi, Jumat (15/10/201).
Menurut Budi, AAJI mencermati semua produk asuransi, termasuk unit link, dan semua pihak ingin industri asuransi bertumbuh dengan agen yang semakin profesional dan kepentingan nasabah yang terlindungi. Kerja sama semua pihak diperlukan untuk mencapai hal ini.
Sementara itu, perusahaan asuransi mendukung rancangan OJK tersebut. ”Kita adalah para pemain pada bidang asuransi. Apa pun yang akan OJK putuskan akan diikuti. Pertanyaannya, apakah kalau sudah punya SID tidak bisa nyangkut? Jadi, SID membantu atau tidak? Mungkin membantu orang, dengan memiliki SID diasumsikan sudah punya pengetahuan, tetapi apakah mereka memiliki waktu ? Dalam hal berinvestasi yang paling sulit adalah disiplin dalam berinvestasi,” kata Edy Tuhirman, CEO Generali Indonesia, dalam diskusi tersebut.
Edy mengatakan, ketika berinvestasi, strategi investasi harus fleksibel dan mengikuti tren yang sedang terjadi. Strategi ketika bursa saham sedang turun berbeda dengan strategi ketika saham sedang naik.
Edy menjelaskan, Generali menggunakan robot investasi Roboarm yang dapat membantu nasabah pemegang unit link untuk mengatur strateginya agar dapat mengikuti perkembangan investasi. Dengan Roboarms ini, nasabah dapat berhasil mengalahkan indeks. Edy mengibaratkan, jika mengendarai mobil atau motor, gigi persneling harus diganti-ganti sesuai dengan situasi yang ada, tidak mungkin untuk memakai gigi rendah terus.
Edukasi
Aliyah Natasya, pendidik masalah literasi keuangan, mengatakan, edukasi kepada para nasabah masih perlu banyak ditingkatkan. ”Kendala paling besar adalah edukasi. Kita semua punya gap education dalam bidang masing-masing. Kendala ini bukan salah siapa pun, melainkan merupakan situasi sistemik,” kata Aliyah.
Salah satu hal yang sulit dicerna nasabah adalah isi polis yang merupakan kontrak dengan bahasa hukum rumit.
Salah satu hal yang sulit dicerna nasabah adalah isi polis yang merupakan kontrak dengan bahasa hukum rumit. Tidak semua orang memahami kontrak tersebut. Nasabah sebenarnya sudah diberikan keleluasaan waktu untuk mempelajari polis dan mengembalikan polis jika tidak sesuai dengan kebutuhan.
Hingga saat ini, nasabah juga banyak yang salah persepsi tentang produk asuransi. Seperti persepsi jika tidak mengklaim asuransinya akan memperoleh pagu yang semakin besar. Atau tidak pernah mengkaji lagi produk asuransi yang telah dibelinya. Padahal, situasi dan kebutuhan asuransi berbeda dari tahun ke tahun.
Selain edukasi kepada nasabah, Aliyah juga mengatakan, edukasi kepada agen juga perlu ditingkatkan agar dapat memberikan informasi tepat kepada para nasabah. ”Memang menjelaskan hal yang rumit menjadi simpel merupakan tantangan. Manusia sering sekali mengecilkan hal penting dan baru menyadari ketika sudah menghadapi masalah,” kata Aliyah.