Dunia kerja sepertinya telah mempunyai logika baru. Para pencari kerja mempunyai keinginan-keinginan yang berbeda dibandingkan dengan masa sebelum pandemi.
Oleh
Andreas Maryoto
·4 menit baca
Rak-rak supermarket di Amerika Serikat tidak akan lagi menarik perhatian. Produk-produk makanan dan kebutuhan lain tidak lagi di tata memikat. Mereka hanya sekadarnya saja memajang. Sejumlah restoran juga kelimpungan untuk tetap buka dan melayani. Mereka tengah kekurangan tenaga kerja dan tidak bisa berbuat terlalu banyak untuk mengatasinya. Dunia kerja tengah berubah ketika pandemi berumur dua tahun.
Pandemi Covid-19 memang merombak dunia kerja. Awal pandemi jutaan tenaga kerja terpaksa harus dirumahkan. Namun, ketika situasi membaik, ternyata tidak juga membuat mereka kembali ke dunia kerja. Saat ini di AS sedang terjadi perdebatan tentang masalah ini. Kenyataannya adalah banyak industri kekurangan tenaga, tetapi beberapa pihak tidak yakin bahwa fenomena itu sekadar kekurangan tenaga kerja saja.
Orang masih ragu untuk kembali bekerja sampai orang sekitar divaksinasi sepenuhnya, anak-anak kembali ke sekolah serta penitipan anak dibuka lagi.
Beberapa masalah tengah terjadi di tengah pandemi sehingga mereka tidak mau bekerja kembali, terutama di industri ritel dan perawatan. Orang masih ragu untuk kembali bekerja sampai orang sekitar divaksinasi sepenuhnya, anak-anak kembali ke sekolah serta penitipan anak dibuka lagi. Asuransi pengangguran yang sangat menarik membuat orang tidak mau kembali ke dunia kerja alias memilih menikmati uang asuransi. Ada fenomena lain: orang memilih pensiun lebih awal. Ada pula yang memilih beralih pekerjaan.
Opini di The Washington Post pada 7 Mei 2021 menyebutkan, banyak orang ingin melakukan sesuatu yang berbeda dengan kehidupan mereka dibandingkan dengan sebelum pandemi. Wabah virus korona memiliki efek psikologis yang dramatis pada pekerja. Orang-orang menilai kembali apa yang ingin mereka lakukan dan bagaimana mereka ingin bekerja, baik di kantor, di rumah, maupun kombinasi keduanya, yaitu kerja hibrida.
Sebuah survei yang diadakan Pew Research Center tahun ini menemukan bahwa 66 persen pengangguran telah secara serius mempertimbangkan untuk mengubah bidang pekerjaan mereka. Mereka terdorong ingin beralih ke pekerjaan lain. Persentase orang yang ingin mengubah bidang pekerjaan seperti ini jauh lebih besar daripada selama resesi hebat tahun 1930. Beberapa pekerjaan akan ditinggal, sementara beberapa pekerjaan akan diburu lebih banyak tenaga kerja.
Ada beberapa upaya yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan untuk menarik banyak pekerja. Pemerintah AS akan mengurangi insentif untuk pengangguran. Perusahaan terus membuat insentif baru agar calon pekerja tertarik masuk kembali. Kenaikan gaji adalah cara yang paling sederhana dilakukan. Apalagi untuk pekerjaan yang selama ini tidak diminati orang, mereka berusaha agar makin menarik bagi tenaga kerja. Layanan untuk anak-anak juga diupayakan di kantor agar orangtua tidak terlalu pusing dengan urusan rumah tangga pascamasa bekerja dari rumah.
Beberapa perusahaan juga memberi subsidi untuk layanan pengasuhan anak atau membuat jadwal lebih fleksibel. Perusahaan berusaha menunjukkan keseimbangan antara kerja dan urusan domestik serta untuk menekan berbagai biaya yang timbul. Ketika sejumlah sekolah mulai dibuka, orang diperkirakan kembali ke dunia kerja. Ternyata tidak seperti yang diharapkan. Para pengangguran tetap saja tidak masuk ke dunia kerja.
Ada juga perusahaan AS yang menawarkan beberapa kegiatan demi menarik para pencari kerja. Yoga adalah salah satu yang ditawarkan oleh pebisnis di California untuk karyawan di tengah banyaknya karyawan yang keluar dari perusahaan.
Ada juga hadiah berupa uang bagi karyawan atau komunitas yang bisa menarik orang untuk menjadi karyawan. Beberapa perusahaan mengumumkan di media sosial agar banyak orang bisa membaca dan mengetahui kebutuhan tenaga kerja.
Banyak upaya telah dilakukan. Meski demikian, banyak kalangan tetap bertanya, kapan kekurangan tenaga kerja ini akan berakhir? Debat soal ini muncul di media setempat. Beberapa yakin bahwa kekurangan ini bersifat permanen alias menetap. Alasannya, pandemi telah memberi pengalaman baru. Orang juga mulai memiliki orientasi baru.
Bekerja dari rumah mungkin lebih banyak dipilih, bahkan setelah pandemi. Apabila ini benar, pilihan untuk bekerja di tempat yang lama dan cara lama mungkin bakal ditinggal. Apalagi banyak yang mengkritik bahwa insentif tidak terlalu berdampak.
Ada yang berpendapat, kekurangan tenaga kerja memang jadi masalah besar. Akan tetapi, dunia bisnis sudah terbiasa dan selalu menemui berbagai masalah sehingga sekarang yang terjadi mereka tengah berusaha mencari solusi.
Ada yang berpendapat, kekurangan tenaga kerja memang jadi masalah besar. Akan tetapi, dunia bisnis sudah terbiasa dan selalu menemui berbagai masalah sehingga sekarang yang terjadi mereka tengah berusaha mencari solusi. Suatu saat solusi akan didapat. Oleh karena itu, lebih penting bagi dunia bisnis untuk tetap teguh dan tegar karena pandemi terus memberikan hal-hal yang selama ini tidak diketahui. Solusi akan muncul ketika semua bergerak menghadapi langsung masalah.
”Bisnis yang sukses adalah yang diisi oleh para pemecah masalah. Kami memiliki masalah yang berbeda setiap hari, setiap minggu, dan setiap bulan. Cara kami menangani masalah itulah yang membuat bisnis sukses. Kami siap untuk itu dan saya yakin akan ada lebih banyak perubahan yang akan datang,” kata seorang pebisnis di sebuah laman.
Dunia kerja sepertinya telah mempunyai logika baru. Para pencari kerja mempunyai keinginan-keinginan yang berbeda dibandingkan dengan pada masa sebelum pandemi. Sebagai contoh, bekerja dari rumah yang efisien mungkin saja menjadi pertimbangan utama. Di Indonesia tidak sedikit orang mendapat pekerjaan baru dan juga membuka usaha baru sehingga mereka tidak akan kembali ke tempat yang lama. Perusahaan perlu memahami fenomena ini.