Pandemi meluluhlantakkan banyak perajin yang bergantung pada sektor pariwisata di Tanah Air. Digitalisasi jadi solusi, seperti dengan mendorong pelaku usaha kecil memasarkan produknya melalui platform e-dagang.
Oleh
Stefanus Osa Triyatna
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 telah menekan gerak segenap sektor ekonomi. Tak terkecuali usaha mikro, kecil, dan menengah. Namun, digitalisasi membuka peluang untuk bertahan, termasuk dengan memanfaatkan platform e-dagang sebagai kanal pemasaran.
Terkait itu, perusahaan pengembang properti Selo Group mendorong pertumbuhan usaha kecil di Indonesia dengan memanfaatkan situs selofootprints.org. Platform e-dagang itu diciptakan untuk membantu usaha kecil dalam beradaptasi dan berpartisipasi lebih dalam transformasi digital guna meraih peluang pasar baru.
CEO Selo Group Andrew Corkery dalam ”Selo Group Virtual Media Meet Up” di Jakarta, Kamis (15/10/2021), mengatakan, pandemi telah menciptakan tantangan ekonomi di seluruh dunia. ”Pembatasan dan lockdown membuat bisnis berjalan lambat dan menyebabkan industri hospitality mengalami penurunan signifikan dengan dampak terbesar dirasakan oleh usaha kecil dalam komunitas lokal yang sangat bergantung pada sektor pariwisata,” ujarnya.
Tentu berbelanja dari industri lokal sangat turut mendukung keberlanjutan mereka. Selain itu, langkah strategis ini juga dapat membangun semangat komunitas dan menciptakan peluang ekonomi bagi masyarakat.
Di Selo, kata Andrew, pihaknya terus berupaya membangun kepedulian terhadap komunitas. Pembangunan regeneratif menginspirasi untuk mengangkat usaha lokal di Indonesia dengan berbagai produk yang menarik.
Platform e-dagang membantu usaha kecil meraih manfaat ekonomi digital dan menjaga kelangsungan bisnis dengan menyediakan sarana untuk mengakses pasar lokal dan internasional dengan harga kompetitif. Situs e-dagang Selo Footprints menampilkan berbagai pilihan produk yang dapat dikirim ke belahan dunia, mulai dari produk komunitas dan hasil kerja sama dengan bisnis ramah lingkungan hingga makanan, seperti selai buah-buah lokal.
Anton Ventslav, Direktur Food and Beverage Selo Group, menunjukkan beberapa produk lokal yang dihasilkan penduduk di daerah Lombok, Nusa Tenggara Barat. Ada peralatan makan dan mainan anak-anak yang terbuat dari buah kelapa, sunblock atau tabir surya alami, dan sabun. Ada pula tas dan dompet yang sebagian besar berbahan baku alami.
Produk-produk itu buatan tangan perajin lokal, seperti Vividerm yang menghasilkan produk tabir surya alami dan tidak mengandung bahan kimia berbahaya. Selain itu, ada juga lukisan pada tas jinjing, syal, pakaian, produk wellness, dan aksesori olahraga, termasuk deep tissue bamboo surf roller yang dirancang sebagai alat pijat mandiri setelah berolahraga.
”Saat ini, sebagian besar hasil karya yang dipasarkan berasal dari Bali, Lombok, dan Flores. Kami juga bekerja sama dengan sejumlah lembaga swadaya masyarakat di Indonesia, salah satunya dari Kalimantan,” ujar Anton.
Ketika soft launching pada Juni 2021, produk yang dipasarkan lewat e-dagang ini untuk dipasarkan di Indonesia. Namun, kini sudah menjangkau pemasarannya di seluruh dunia, seperti pengiriman ke Singapura dan Hong Kong. Memang, kata Anton, beberapa negara masih menjalankan kebijakan lockdown sehingga menjadi salah satu kendala.
Akan tetapi, pembatasan itu diharapkan dapat segera dicabut dalam waktu dekat. Sebab, kondisi penanganan Covid-19 di Indonesia sudah sangat baik dibandingkan dengan beberapa bulan sebelumnya.
Menurut Anton, para perajin tersebut adalah bagian dari usaha komunitas lokal Indonesia. Sebagai contohnya, Du Anyam yang mempromosikan budaya kerajinan anyaman dari para perempuan berbakat. Du Anyam berupaya memberdayakan perempuan agar mereka dapat berkontribusi dalam ekonomi keluarga dan memberikan perubahan positif untuk keluar dari kemiskinan.
Di Desa Sembalun, Lombok Timur, Sembahulun Handmade memberdayakan perempuan dan membuat produk kerajinan tangan dari kain yang ditenun tangan menggunakan pewarna alami.
Sementara Awani yang berlokasi di Bali memproduksi selai buah tropis. Usaha mengolah buah-buahan tropis terbaik dari petani tepercaya di seluruh Indonesia dengan pengawetan tanpa mesin ini memenangi penghargaan internasional. Awani mendukung perajin Bali dengan mengemas makanan dalam kain batik dan wadah anyaman buatan tangan.
Sebagai bagian dari upaya regeneratif berkelanjutan, Selo bermitra dengan beberapa merek yang memiliki produk berkelanjutan di Indonesia, seperti Coconesia, Pinalo, Vividerm, IndoSole, dan Awani. Selain itu, Selo juga mengajak masyarakat terlibat dalam kegiatan komunitas.
Baru-baru ini Selo meluncurkan inisiatif penggalangan dana Selo Footprints Fundraiser bertajuk ”Stronger Together” yang membuka kesempatan bagi masyarakat untuk berkontribusi dalam mensponsori pendakian Gunung Rinjani di Lombok dan berdonasi untuk amal. Empat pendaki berpartisipasi dalam pendakian tersebut dan berhasil mencapai puncak gunung pada 26 September 2021.
Insiatif tersebut menggalang dana lebih dari Rp 50 juta untuk didistribusikan ke mitra sosial Selo, yaitu Scholar of Sustenance, Du Anyam, dan Selong Belanak Community Association, dalam upaya mendukung pemberdayaan perempuan lokal, penyelamatan makanan surplus (food rescue) dan nutrisi, akses ke pendidikan dasar, serta program zero waste dan pelestarian lingkungan. Melalui Program Selo Footprints, Selo Group telah bekerja keras selama lebih dari 12 tahun untuk mendukung komunitas lokal di Indonesia.