Selama dua pekan PON Papua 2021, pesta olahraga itu turut memacu geliat ekonomi di ”Bumi Cenderawasih” tersebut. Pengusaha kecil hingga pemerintah berharap geliat itu tidak sesaat, tetapi bisa terus bertahan seusai PON.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH/FABIO MARIA LOPES COSTA/KELVIN HIANUSA/MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
TIMIKA, KOMPAS — Selain sukses prestasi dan penyelenggaraan, target utama penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional Papua 2021 adalah sukses ekonomi. Hadirnya ratusan hingga ribuan tamu peserta PON dari seluruh provinsi di Indonesia diharapkan bisa turut memacu geliat ekonomi di provinsi berjuluk ”Bumi Cenderawasih” tersebut. Tanda-tanda itu pun terlihat sejak pesta olahraga itu mulai melangsungkan pertandingan pertama di Kota Jayapura, 22 September 2021.
Sarah Korwa, salah satu pemilik lapak jualan di Taman Bukit Jokowi, Kota Jayapura, Papua, tampak bersemangat menyambut tamu yang datang ke tempatnya pada Selasa (12/10/2021). PON kali ini memberikan berkah yang besar bagi tempat usahanya.
Tempat itu menjadi salah satu pusat destinasi wisata yang dituju kontingen PON dari puluhan provinsi. Taman itu menyajikan panorama Teluk Youtefa dan ikon Jayapura, Jembatan Merah Youtefa. Banyak pengunjung menghabiskan waktu dengan menikmati udara segar sambil berswafoto pemandangan Teluk Youtefa yang menyejukkan mata. Dalam sehari jumlah pengunjung bisa mencapai minimal 500 orang.
Sarah dan dua kerabatnya yang memiliki lapak dan pondok wisata di Taman Bukit Jokowi dapat meraup keuntungan hingga dua kali selama dua pekan pelaksanaan PON Papua di Jayapura. Saat ini, mereka dapat meraup keuntungan hingga Rp 1 juta per hari dari berjualan kelapa muda, mi instan, dan aneka camilan lainnya seperti pisang goreng. Sebelum perhelatan PON, Sarah hanya mendapatkan keuntungan Rp 300.000 hingga Rp 500.000 per hari.
Sebelum pelaksanaan PON, Kota Jayapura dilanda gelombang kedua Covid-19 pada bulan Juli. Pemerintah daerah pun menetapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 4. Pada minggu ketiga bulan September, kasus Covid-19 di Kota Jayapura menurun dan status PPKM turun ke level 3.
Pandemi Covid-19 memukul usaha kecil menengah di Kota Jayapura. Para pelaku usaha seperti kami sungguh frustrasi dengan kondisi ini. PON menjadi momentum kebangkitan tempat usaha kami.
Aktivitas ekonomi warga kembali menggeliat menjelang pelaksanaan PON. ”Pandemi Covid-19 memukul usaha kecil menengah di Kota Jayapura. Para pelaku usaha seperti kami sungguh frustrasi dengan kondisi ini. PON menjadi momentum kebangkitan tempat usaha kami,” ujar Sarah.
Geliat ekonomi juga dirasakan Kopi Juang, kedai kopi yang terletak di pusat kota Jayapura. Sejak adanya PON Papua, omzet bisnis mereka naik dua kali lipat, dari sekitar Rp 3.000.000 menjadi Rp 6.000.000 per hari. Banyak ofisial dari ajang multicabang nasional terbesar itu yang datang mampir membeli kopi.
Dari pagi hingga malam, Kopi Juang tidak pernah sepi. Mereka terus kebanjiran pelanggan yang membeli menu andalan mereka, Koju, yang merupakan es kopi susu kekinian. ”Ya memang sejak PON, omzet kami bertambah. Banyak yang datang sekadar beli kopi saja dan duduk sebentar, atau untuk bekerja. Kedatangan mereka semakin menambah ramai budaya nongkrong di Papua. Semoga ini bisa terus bertahan meskipun PON sudah berakhir,” kata pemilik Kopi Juang, Jefry Roberto Theos.
Terasa hingga Mimika
Berkah PON turut terasa di Kabupaten Mimika, salah satu dari empat kluster penyelenggara PON Papua. Saat sedang cekatan merajut benang dari kayu genemo atau melinjo dalam bahasa suku asli pegunungan Papua di salah satu stan Expo HUT Ke-25 Mimika di lapangan bekas pasar sentra, kota Timika, Mimika, Senin (11/10/2021), Yuliana Degai lekas beranjak ketika ada calon pembeli yang melihat produk dagangannya berupa noken atau tas khas suku pegunungan Papua.
Dengan ramah dan sabar, Mama Yuliana, sapaan akrabnya, melayani serta menjelaskan kepada calon pembeli mengenai harga dan keistimewaan produk yang dijualnya. Setelah lebih kurang 10 menit transaksi, akhirnya satu nokennya yang berukuran sedang seharga Rp 300.000 terjual.
Mama Yuliana mengakui, sejak berpartisipasi menjual noken dalam Expo HUT Ke-25 Mimika, Jumat (8/10/2021), perempuan yang bermukim di Timika tetapi asli dari Kabupaten Paniai ini sudah menjual enam noken, terdiri dari lima noken berukuran kecil seharga Rp 150.000 per buah dan satu noken sedang. Semua pembeli noken yang dibuat dalam waktu 3-7 hari per buah itu adalah pendatang yang ada di Timika dalam rangka PON Papua.
Mama Yuliana cukup senang karena penjualan itu relatif tinggi. Kalau tidak di Expo HUT Ke-25 Mimika, dia biasanya berjualan di pinggir jalan di kawasan Eme Neme, Timika. Sehari-hari, dirinya hanya menjual satu noken per hari. ”Kadang juga tidak ada yang beli,” ungkap perempuan yang memiliki delapan anak tersebut.
Secara keseluruhan, dengan adanya PON, Ketua Umum Badan Pengurus Daerah Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (BPD PHRI) Papua, Syahrir Hasan memaparkan, tingkat keterisian kamar hotel meningkat dari 30 hingga 70 persen pada bulan September dan 100 persen pada awal Oktober. Total sebanyak 4.300 kamar yang disiapkan anggota PHRI di empat kluster PON.
Syahrir pun mengaku munculnya UMKM, hotel, dan restoran baru menjelang PON Papua. Dari data PHRI, terdapat 12 hotel, 75 UMKM, dan sekitar 100 restoran hingga kedai baru pada awal September. ”Untuk harga kamar hotel, kami menetapkan harga terendah Rp 850.000 dan tertinggi Rp 2,5 juta. Sementara harga makanan sedikit mengalami perubahan karena tingginya permintaan. Hal ini disebabkan minimnya SDM dan pasokan bahan baku yang harus didatangkan dari luar Papua,” kata Syahril.
Dari pengusaha kecil hingga pemerintah berharap geliat ekonomi yang tumbuh akibat PON itu tidak cuma sesaat. Salah satu caranya, kejuaraan olahraga tingkat nasional ataupun internasional mesti konsisten digalakkan di Papua setelah PON. Apalagi Papua telah memiliki modal besar dengan puluhan arena berstandar internasional.
”Setidaknya, melalui PON kali ini, orang-orang dari luar Papua bisa melihat bahwa Papua tidak seperti citra negatif yang berkembang selama ini. Papua memiliki banyak potensi, terutama dari pariwisata alam dan budaya. Orang-orangnya juga ramah, terbuka, dan siap menyambut siapa pun yang datang ke sini. Semoga ini bisa menjadi momentum kebangkitan Papua, terutama di bidang ekonomi,” kata Wakil Bupati Mimika Johannes Rettob.