Hasil survei Indeks Keyakinan Konsumen yang dirilis Bank Indonesia menunjukkan peningkatan pesat pada September dibandingkan pada Agustus 2021.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hasil survei Indeks Keyakinan Konsumen yang dirilis Bank Indonesia (BI) menunjukkan peningkatan pesat pada September dibandingkan pada Agustus. Ini sejalan dengan semakin terkendalinya jumlah kasus Covid-19 yang diiringi dengan pelonggaran kegiatan masyarakat. Penguatan keyakinan ini menjadi modal pemulihan ekonomi menyongsong triwulan keempat tahun ini.
Menurut hasil survei Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang dirilis BI pada Jumat (8/10/2021), nilai keyakinan konsumen pada September berada pada level 95,5, meningkat 18,2 poin dari Agustus pada level 77,3.
Kepala Grup Departemen Komunikasi BI Muhamad Nur menjelaskan, hasil survei Konsumen BI pada September 2021 mengindikasikan optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi menguat. ”Ini seiring dengan diberlakukannya relaksasi mobilitas pada periode survei,” ujar Nur.
Meski meningkat, keyakinan konsumen itu belum mencapai level optimistis karena masih di bawah level 100. Namun, Nur mengatakan, ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi mendatang terpantau menguat dan menuju tingkat optimistis. Penguatan ekspektasi konsumen didukung oleh kenaikan pada seluruh aspek pembentuknya, yaitu ekspektasi penghasilan, ekspektasi ketersediaan lapangan kerja, dan ekspektasi kegiatan usaha.
”Optimisme terhadap kondisi ekonomi mendatang ini didorong oleh perbaikan mobilitas sejalan dengan relaksasi kebijakan pembatasan aktivitas masyarakat,” ujar Nur.
Survei Konsumen merupakan survei bulanan yang dilaksanakan BI sejak Oktober 1999. Sejak Januari 2007, survei dilaksanakan terhadap kurang lebih 4.600 rumah tangga sebagai responden (stratified random sampling) di 18 kota: Jakarta, Bandung Bodebek, Semarang, Surabaya, Medan, Makassar, Bandar Lampung, Palembang, Banjarmasin, Padang, Pontianak, Samarinda, Manado, Denpasar, Mataram, Pangkal Pinang, Ambon, dan Banten. Jika indeks di atas 100, berarti optimistis dan di bawah 100 berarti pesimistis.
Dihubungi pada hari Minggu (10/10/2021), Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal menjelaskan, kenaikkan IKK itu menunjukkan ada perbaikan keyakinan konsumen akan kondisi perekonomian di Indonesia. Namun, memang kenaikan yang pesat itu belum mencapai level optimistis.
Senada dengan penjelasan Nur, Faisal juga menilai kenaikan keyakinan konsumen itu bersumber dari semakin terkendalinya jumlah kasus Covid-19 sehingga mendorong pelonggaran kegiatan masyarakat. ”Dengan pelonggaran kegiatan masyarakat, mobilitas dan aktivitas masyarakat menjadi meningkat sehingga menggeliatkan perekonomian dan konsumsi,” ujar Faisal.
Triwulan keempat
Ia mengatakan, kenaikan IKK ini jadi bekal baik di pengujung triwulan ketiga tahun ini untuk menyambut triwulan keempat tahun ini. Prediksi Faisal, keyakinan konsumen pada Oktober akan mencapai level optimistis dan akan terus menguat pada November dan Desember. Ini ditopang dengan belanja pemerintah yang tetap menggeliat di triwulan ketiga dan akan terus berlanjut pada triwulan keempat.
”Namun, ini semua dengan catatan, jumlah kasus Covid-19 tidak kembali melonjak sehingga tidak perlu lagi ada pengetatan,” ujar Faisal.
Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Raden Pardede memperkirakan, pertumbuhan ekonomi di triwulan ketiga akan mencapai kisaran 4,0-5,4 persen secara tahunan. Adapun pada triwulan keempat pertumbuhan ekonomi akan makin membaik di kisaran 4,6-5,9 persen secara tahunan. Ini membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada setahun penuh 2021 sebesar 4,5 persen secara tahunan.
”Berbagai indikator yang ada menunjukkan pemulihan ini bisa terus berlangsung hingga akhir tahun. Harapannya, kasus Covid-19 bisa terus terkendali sehingga kegiatan ekonomi bisa terus berangsur pulih,” ujar Raden.