Pasar Saham Diperkirakan Masih Menguat Oktober Ini
Mulai pulihnya perekonomian, meredanya kasus Covid-19, serta naiknya harga komoditas dapat meningkatkan optimisme investor. Katalis ini dapat mendorong IHSG mencetak rekor tertinggi.
Oleh
joice tauris santi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Berbagai faktor positif menjadi katalis pasar saham pada Oktober ini. Perekonomian yang mulai pulih, kasus Covid-19 mereda, serta naiknya harga komoditas dapat meningkatkan optimisme investor. Katalis ini dapat mendorong Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG mencetak rekor tertinggi tahun ini, yaitu mencapai 6.441, dan diperkirakan akan terjadi pada bulan ini.
”Pada Oktober ini, secara teknis IHSG akan menguji support di level 6.202-6.286 dan resistance di kisaran 6.441. Ketika masuk triwulan IV-2021, IHSG berada di zona hijau dan siap untuk memecahkan rekor tertinggi di tahun ini,” kata Martha Christina, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, dalam diskusi virtual, Kamis (7/10/2021).
Indeks sempat mencapai titik tertinggi pada 13 Januari 2021 ketika berhasil mencapai level 6.435. Setelah itu, berbulan-bulan indeks tidak menunjukkan tren yang jelas. Martha menambahkan, September lalu indeks sempat menguat 2,2 persen. Dia memperkirakan kenaikan akan berlanjut pada Oktober ini.
Kenaikan harga komoditas juga masih akan berlanjut dan berimbas pula pada saham-saham emiten yang mengelola komoditas. Perekonomian yang kembali bergulir di beberapa negara membuat permintaan berbagai komoditas kembali melonjak dan membuat harganya semakin tinggi.
Indeks sempat mencapai titik tertinggi pada 13 Januari 2021 ketika berhasil mencapai level 6.435. Setelah itu, berbulan-bulan indeks tidak menunjukkan tren yang jelas.
Optimisme senada juga disampaikan Direktur Riset Sinarmas Sekuritas Jeff Tan. Ia mencermati, saham-saham yang berkapitalisasi besar dan likuid sudah mulai bergerak positif. Sebelumnya, saham-saham besar ini tidak terlalu banyak bergerak. Investor lebih mencermati pergerakan saham-saham teknologi yang berkapitalisasi lebih kecil, tetapi mampu menguat puluhan persen.
Dilihat dari data pembelian investor asing terhadap saham likuid yang termasuk dalam indeks LQ 45, terlihat ada arus dana yang masuk. Sejak Mei lalu, pembelian bersih saham-saham LQ 45 oleh investor asing mencapai Rp 1,2 triliun. Arus dana ini meningkat menjadi Rp 2,4 triliun pada Juni, turun menjadi Rp 1,5 triliun pada Juli, kemudian melompat naik menjadi Rp 5,1 triliun pada Agustus dan mencapai Rp 8 triliun pada September.
”Kalau dilihat dari awal bulan, investor asing mencatatkan inflow positif sebesar Rp 4,1 triliun. Ini tandanya investor sudah mulai mengambil posisi pada saham blue chip Indonesia sebelum investor ritel masuk ke pasar,” kata Jeff dalam jumpa pers virtual peluncuran aplikasi SimInvestLab milik Sinarmas Sekuritas.
Sinarmas Sekuritas meluncurkan aplikasi yang diharapkan dapat membantu para investor, terutama investor pemula, dalam berinvestasi di pasar saham. Kaesang Pangarep, pendiri komunitas investor ritel Saham Rakyat, menegaskan, para investor ritel seharusnya mampu melakukan analisis mandiri untuk menentukan keputusan investasinya, tidak hanya sekadar ikut-ikutan.
Dilihat dari data pembelian investor asing terhadap saham likuid yang termasuk dalam indeks LQ 45, terlihat ada arus dana yang masuk. Sejak Mei lalu, pembelian bersih saham-saham LQ 45 oleh investor asing mencapai Rp 1,2 triliun.
Sementara itu, pasar penerbitan obligasi juga tetap marak. Mandiri Sekuritas mendapatkan penghargaan Best Corporate and Investment Bank dari ”2021 Asiamoney Best Bank Awards for the Indonesia”. Menurut Direktur Utama Mandiri Sekuritas Oki Ramadhana, Mandiri Sekuritas mendominasi pasar penjaminan emisi obligasi dengan pangsa pasar 15,3 persen dan porsi penjaminan senilai Rp 10,7 triliun pada 2020.
Penerbitan obligasi tetap semarak. Perusahaan sukses menyelesaikan 47 mandat, antara lain Chandra Asri, Medco, Wijaya Karya, MTF, Sampoerna Agro, dan PNM.