Suntikan Modal untuk Usaha Rintisan Terus Meningkat
Semakin banyak para perusahaan rintisan bidang teknologi atau ”start up” bermunculan, dampak ekonomi yang dihasilkan ke masyarakat semestinya semakin besar.
Oleh
Mediana
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Aliran pendanaan kepada perusahaan rintisan bidang teknologi asal Indonesia masih tinggi. Harapannya, suntikan modal yang mereka terima bisa menghasilkan inovasi teknologi yang berdampak luas bagi perekonomian.
Berdasarkan riset Scale PR, konsultan kehumasan digital yang berkantor di Jakarta, selama semester I-2021 terdapat sekitar 104 perusahaan rintisan bidang teknologi (start up) di Indonesia yang memperoleh suntikan pendanaan. Jumlah ini naik 40,5 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2020 dan meningkat 53 persen dibandingkan dengan semester I-2019.
Total pendanaan yang diterima 104 perusahaan rintisan bidang teknologi tersebut sekitar 3,8 miliar dollar AS. Perusahaan rintisan bidang teknologi finansial (tekfin) mendominasi penerima pendanaan, kemudian perusahaan rintisan bidang teknologi logistik dan perdagangan secara elektronik atau e-dagang.
Di luar tiga sektor itu, perusahaan rintisan bidang teknologi pertanian dan layanan jual-beli produk kecantikan juga tercatat menerima suntikan pendanaan bernilai besar. Misalnya, Tanihub memperoleh dana segar sebesar 65,5 juta dollar AS pada putaran Seri B dan Sociolla memperoleh 56,5 juta dollar AS.
Dalam siaran pers Minggu (3/10/2021), Scale PR menyebutkan J&T Express berhasil memperoleh pendanaan dua miliar dollar AS pada April 2021. Firma riset CBInsight pun menobatkan J&T Express sebagai perusahaan rintisan bidang teknologi bervaluasi satu miliar dollar AS atau unicorn. Pendanaan terbesar kedua terbesar diperoleh perusahaan e-dagang Bukalapak. Sebelum menjadi perusahaan publik, Bukalapak telah mengantongi pendanaan sebesar 234 juta dollar AS dari perusahaan raksasa global Microsoft, perusahaan dana abadi GIC, Emtek Group, BRI Ventures, dan Mandiri Capital Indonesia.
Perusahaan rintisan bidang tekfin yang menyediakan layanan investasi, yakni Bibit dan Ajaib, disebut menempati puncak pendanaan di sektor tekfin dengan masing-masing menerima 95 juta dollar AS dan 90 juta dollar AS.
Pada Senin (4/10/2021), Ajaib mengumumkan telah menerima suntikan pendanaan baru sebesar 153 juta dollar AS dari perusahaan modal ventura DST Global sehingga menjadikan valuasi perusahaan mencapai satu miliar dollar AS atau unicorn.
Berdasarkan riset Scale PR, konsultan kehumasan digital berkantor di Jakarta, selama semester I-2021 terdapat sekitar 104 perusahaan rintisan bidang teknologi (start up) di Indonesia yang memperoleh suntikan pendanaan. Jumlah ini naik 40,5 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2020 dan meningkat 53 persen dibandingkan dengan semester I-2019.
Menanggapi hal itu, Edward Chamdani, Treasurer Indonesia Venture Capital and Startup Association (Amvesindo), mengatakan, aliran pendanaan kepada perusahaan rintisan bidang teknologi yang baru berdiri dan yang sudah mapan sama-sama marak.
Lebih jauh dia berpendapat masih banyak peluang inovasi bisa digarap perusahaan rintisan bidang teknologi. Sebagai contoh, kecerdasan buatan/mesin pembelajaran, blockchain, dan keamanan siber.
”Peluang perusahaan rintisan bidang teknologi tahap awal menggarap pasar ’niche’ juga masih terbuka lebar. Mereka hanya perlu waktu agar bisa masuk ke pasar mainstream. Kami menduga penyebabnya adalah ekosistem regulasi belum mendukung mereka,” ujarnya.
Edward lantas mencontohkan sektor industri pengobatan jarak jauh atau telemedicine. Hingga saat ini, telemedicine masih ada yang mendebatkan keberadaannya. Payung hukumnya belum lengkap sehingga perusahaan rintisan bidang teknologi kesehatan yang berkecimpung di sektor itu belum bisa mengimplementasikan solusinya secara penuh ke masyarakat. Ditambah lagi mereka harus berhadapan dengan sikap pemerintah yang belum memutuskan interoperabilitas atas rekam medis secara elektronik (electronic medical record/EMR).
Contoh lain ialah di sektor blockchain. Perusahaan rintisan bidang teknologi finansial yang memakai blockchain terkendala belum rampungnya pembahasan mengenai izin pialang.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyampaikan pandangan senada. Masih banyak perusahaan rintisan bidang teknologi dengan solusi di luar e-dagang yang butuh suntikan pendanaan.
”Persoalan perusahaan rintisan bidang teknologi baru di Indonesia masih sama, yakni kesusahan mencari pendanaan dari dalam negeri. Perbankan belum memiliki gebrakan peraturan yang memungkinkan mereka bisa menyalurkan kredit berdasarkan perhitungan valuasi dan risiko ala perusahaan teknologi digital,” tuturnya. Akibatnya, aliran pendanaan yang masuk ke para perusahaan rintisan asal Indonesia dominan datang dari luar negeri.
Mengutip Southeast Asia Private Capital Markets Report 2021 yang dirilis Dealstreet Asia September 2021, terdapat lebih dari 2.000 investor yang terlibat dalam penyuntikan pendanaan kepada perusahaan rintisan bidang teknologi di Asia Tenggara. Sequoia Capital melalui anak perusahaan regionalnya, Sequoia Capital India dan Sequoia Capital China, adalah investor paling aktif, diikuti East Ventures, Y Combinator, AC Ventures, dan 500 start up.
Kepala Departemen Ekonomi Center for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri, saat dihubungi, menekankan pentingnya dampak ekonomi yang sudah dihasilkan para perusahaan rintisan bidang teknologi. Sebagai contoh, membantu usaha kecil menengah meningkatkan penghasilan.
Esensi yang selalu kami tonjolkan kepada ekosistem bisnis digital bukan mengejar seberapa banyak perusahaan rintisan baru lahir ataupun status unicorn/decacorn.
”Esensi yang selalu kami tonjolkan kepada ekosistem bisnis digital bukan mengejar seberapa banyak perusahaan rintisan baru lahir ataupun status unicorn/decacorn,” kata dia tegas.
Kemunculan para perusahaan rintisan bidang teknologi baru di Indonesia juga masih diperlukan. Senada dengan Edward, Yose juga melihat masih banyak persoalan di masyarakat yang bisa diatasi dengan inovasi teknologi.
Selain itu, kemunculan para perusahaan rintisan bidang teknologi baru dengan segala inovasi bisa mendorong perusahaan teknologi yang sudah mapan agar tetap mau kreatif. Ada kecenderungan, perusahaan yang sudah mapan malas berinovasi.
”Masyarakat butuh disrupsi teknologi. Oleh karena itu, kami juga berharap agar pemerintah mendukung kemunculan perusahaan rintisan teknologi baru, bukan menghalangi mereka,” kata Yose.