Investasi di sektor prioritas harus dipastikan menciptakan lapangan kerja yang berkualitas serta menyerap tenaga kerja lokal. Maka, sumber daya manusia setempat perlu disiapkan sebaik mungkin.
Oleh
AGNESTHEODORA/DEFRI WERDIONO/PANDU WIYOGA
·4 menit baca
KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA
Suasana bangunan PT Master Kidz Indonesia yang memproduksi mainan anak, di Kawasan Industri Kendal yang berstatus Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, 3 September 2021.
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah perlu memastikan investasi di sektor industri prioritas menyerap tenaga kerja dari dalam negeri sehingga tercipta pertumbuhan ekonomi berkualitas. Seiring dengan hal itu, upaya transformasi di sektor manufaktur perlu dibarengi pembangunan sumber daya manusia serta penciptaan lapangan kerja layak dan berkualitas.
Menurut data Kementerian Investasi, capaian realisasi investasi di sektor jasa (tersier) masih mendominasi sepanjang semester I-2021 dengan nilai Rp 218,8 triliun, setara 49,4 persen dari total investasi Rp 442,8 triliun. Adapun investasi di sektor manufaktur Rp 167,1 triliun atau 37,8 persen dari total nilai investasi. Investasi di sektor industri pengolahan itu terus turun sejak 2017 dan lebih banyak berasal dari investor asing ketimbang investor domestik.
Pada semester I-2021, sebesar Rp 442,8 triliun investasi yang masuk menyerap 623.715 pekerja. Meski meningkat ketimbang tahun lalu, tren tingkat serapan tenaga kerja dari investasi terus menurun dibandingkan dengan periode 2014-2016.
Guna mendongkrak investasi, pemerintah menetapkan empat sektor prioritas. Pertama, industri padat karya berorientasi ekspor, yaitu sektor farmasi dan alat kesehatan, otomotif, serta elektronik. Kedua, industri energi baru dan terbarukan. Ketiga, infrastruktur. Keempat, pertambangan yang menciptakan nilai tambah (hilirisasi).
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Proyek pembangunan pabrik pada salah satu lahan di kawasan industri di Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, 17 April 2021.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics Indonesia Mohammad Faisal, Senin (4/10/2021), mengatakan, investasi sektor prioritas harus dipastikan menciptakan lapangan kerja berkualitas dan menyerap tenaga kerja lokal. Maka, sumber daya manusia (SDM) setempat perlu disiapkan. Ia mencontohkan, jika Batang, Jawa Tengah, hendak dijadikan pusat industri baterai, SDM lokal disiapkan lewat pendidikan vokasi dan fasilitas balai latihan tenaga kerja.
Pemerintah perlu pula tegas terhadap investor. Hendaknya ada disinsentif bagi pelaku industri yang tak mempekerjakan SDM domestik. ”Perbedaan sedikit keterampilan dijembatani lewat transfer teknologi. Jangan biarkan investor mengambil jalan pintas, mempekerjakan pekerja negara asal,” ujarnya.
Sebelumnya, Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi Imam Soejoedi mengatakan, investasi manufaktur yang bersifat padat karya semakin menyusut. Kian banyak pelaku usaha memilih berinvestasi di sektor-sektor jasa yang bersifat padat modal.
Meski investasi di sektor manufaktur bertumbuh, investor cenderung memilih investasi padat teknologi. ”Kami akui ada pengurangan serapan tenaga kerja walaupun secara value, nilai investasi di manufaktur masih tinggi,” ujar Imam.
LAILY RACHEV - BIRO PERS SEKRETARIAT PRESIDEN
Seorang karyawan berkerja mengawasi proses produksi saat Presiden joko Widodo meninjau ruangan pabrik dalam Peresmian Hot Strip Mill #2 PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, di Kota Cilegon, Provinsi Banten, 21 September 2021.
Solusi yang ditawarkan pemerintah, mendorong investor besar berkolaborasi dengan industri kecil menengah (IKM) serta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lokal yang menyerap banyak tenaga kerja. IKM dan UMKM itu harus diikutsertakan dalam rantai pasok industri besar.
Hilirisasi
Di Surabaya, Wakil Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri Wilayah Jawa Timur Tony Hernanto menilai, pelaku usaha lebih mudah merealisasikan hilirisasi di kawasan industri. Hingga kini, di provinsi itu ada 11 kawasan industri, antara lain di Surabaya, Gresik, Mojokerto, dan Pasuruan.
Menurut Ketua Kadin Jatim Adik Dwi Putranto, hilirisasi berkembang, antara lain, karena ada smelter PT Freeport Indonesia di Gresik. Perusahaan manufaktur (hilir) bisa mendapat akses bahan baku langsung dari smelter ini. Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak mengharapkan smelter tersebut bersinergi dengan industri lainnya.
Menurut President Corporate Communications PT Freeport Indonesia Riza Pratama, banyak produk hilirisasi yang bisa digarap, terutama menumbuhkan pabrik yang kelak memanfaatkan hasil pemurnian smelter di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik/JIIPE dan PT Smelting di Gresik.
JIIPE diresmikan pada Juni silam dan memiliki lima kluster, yakni logistik dan industri pendukung, metal, kimia, elektronik, serta energi.
Kompas/Bahana Patria Gupta
Aktivitas bongkar muat berlangsung di Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Kabupaten Gresik, Jawa Timur, 3 September 2021.
Di KEK Galang Batang, Kepulauan Riau, industri utama ialah smelter-grade alumina refinery PT Bintan Alumina Indonesia (BAI). Pabrik pengolahan bauksit itu ditargetkan mengekspor 2 juta ton alumina per tahun mulai 2027. Realisasi investasi di KEK Galang Batang Rp 17 triliun dan realisasi penyerapan tenaga kerja 4.000 orang, dengan 20 persen di antaranya teknisi dari China.
Menurut Direktur Utama PT BAI Santoni, di tengah lonjakan kebutuhan listrik, pembangunan PLTU di Galang Batang terhambat akibat komitmen RI mengurangi emisi gas rumah kaca. Pembangkit listrik yang ada hanya memproduksi 80 megawatt. Pada 2022, kapasitas ditambah jadi 160 MW, masih jauh dari kebutuhan awal 2.850 MW.