Ekspor Kopi Indonesia Berpeluang Ditingkatkan ke Eropa dan Australia
Indonesia memiliki produk kopi berkualitas, termasuk kopi bersertifikasi indikasi geografis, dan dikenal sebagai produsen kopi global. Negara di Uni Eropa dan juga Australia berpeluang menjadi pasar ekspor Indonesia.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·4 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Sebagai negara produsen kopi terbesar keempat secara global, Indonesia memiliki produk kopi berkualitas, termasuk belasan kopi bersertifikasi indikasi geografis dengan cita rasa otentik. Negara-negara di Uni Eropa dan juga Australia berpeluang menjadi pasar ekspor kopi Indonesia.
Beberapa negara di kawasan Uni Eropa dikenal tinggi dalam hal mengonsumsi kopi dengan rata-rata konsumsi kopi mencapai 5 kilogram per kapita per tahun. Adapun konsumsi kopi di Australia juga cukup tinggi, rata-rata 1,96 kilogram per kapita per tahun. Sementara itu, konsumsi kopi di Indonesia juga sedang bertumbuh.
Terkait hal itu, Wakil Ketua Umum Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) Pranoto Soenarto mengatakan, produksi kopi dunia dipengaruhi beberapa negara produsen, yakni Brasil, Vietnam, Kolumbia, dan Indonesia. Produksi kopi Indonesia mayoritas diekspor dan sebagian lainnya dikonsumsi di dalam negeri.
”Dari sisi produksi, kopi Indonesia masih kalah dengan Vietnam. Padahal luas Vietnam lebih kecil dari Indonesia, namun produksi kopi Vietnam lebih besar dari Indonesia,” kata Pranoto dalam sesi tayang bincang (talk show) usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) bertopik ”Peluang dan Tantangan Ekspor Kopi ke Eropa dan Australia” yang diselenggarakan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali secara di dalam jaringan (daring), Selasa (5/10/2021).
Acara tayang bincang UMKM tentang ”Peluang dan Tantangan Ekspor Kopi ke Eropa dan Australia” secara daring, Selasa (5/10/2021), itu serangkaian acara ”Bali Jagadhita Culture Week 2021” yang digelar Kantor Perwakilan BI Provinsi Bali mulai Senin (4/10/2021) sampai Rabu (6/10/2021).
Dalam sambutannya, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Rizki Ernadi Wimanda menyebutkan, acara bertajuk ”Bali Jagadhita Culture Week 2021” diselenggarakan Bank Indonesia sebagai bentuk sinergi dan kolaborasi mendorong produk UMKM berkualitas menembus pasar ekspor.
Sementara itu, Atase Perdagangan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Brussel, Belgia, Merry Astrid Indriasari mengungkapkan, Uni Eropa menjadi negara tujuan ekspor Indonesia terbesar ketiga setelah Amerika Serikat dan China. Adapun komoditas utama ekspor Indonesia ke Uni Eropa adalah kelapa sawit. Sementara itu, kopi masih kecil kontribusinya meskipun kopi sudah menjadi komoditas yang diekspor dari Indonesia ke Uni Eropa.
”Uni Eropa merupakan konsumen terbesar kopi di dunia dengan share sekitar 45 persen,” kata Merry dalam sesi tayang bincang UMKM secara daring, Selasa (5/10/2021). Berdasarkan data hingga 2020, penduduk Uni Eropa mengonsumsi sekitar lima kg kopi per kapita per tahun.
Adapun kebutuhan kopi di Uni Eropa paling banyak didatangkan dari Brasil kemudian Vietnam, Honduras, dan Kolumbia. Indonesia sendiri berada di posisi sembilan dari 10 negara eksportir kopi untuk Uni Eropa.
”Kawasan Uni Eropa berlaku regulasi single market atau custom union sehingga produk yang diekspor ke negara tersebut juga berpeluang dipasarkan ke negara-negara lain di kawasan itu,” kata Merry.
Meningkat
Ketua Pusat Promosi Perdagangan Indonesia (Indonesian Trade Promotion Centre/ITPC) Sidney, Australia, Ayu Siti Maryam mengungkapkan, data statistik perdagangan ekspor kopi Indonesia ke Australia selama 2018 sampai 2020 menunjukkan kecenderungan meningkat seiring dengan meningkatnya impor kopi Australia secara global.
Pada 2018, misalnya, nilai impor kopi Australia secara global sebesar 471,54 juta dollar AS dan khusus kopi Indonesia senilai 11,3 juta dollar AS. Pada 2020, nilai impor kopi Australia sebesar 480,28 juta dollar AS dan impor kopi dari Indonesia senilai 13,4 juta dollar AS.
Kawasan Uni Eropa berlaku regulasi single market atau custom union, sehingga produk yang diekspor ke negara tersebut juga berpeluang dipasarkan ke negara-negara lain di kawasan itu. (Merry Astrid Indriasari)
Kopi Indonesia disukai pasar Australia karena cita rasa kopi otentik dan produk kopi yang dominan diimpor Australia adalah produk kopi hasil proses giling basah. ”Konsumsi kopi di Australia mencapai 1,96 kilogram per kapita per tahun,” kata Ayu dalam tayang bincang secara daring yang dipandu juara Indonesia Barista Championship 2018 dan juga praktisi kopi, Muhammad Aga.
Mengenai tantangannya, menurut Merry, produk kopi Indonesia perlu ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya karena pasar Uni Eropa memiliki persyaratan yang berstandar tinggi. Merry menyebutkan, standar yang berlaku di kawasan Uni Eropa juga menyesuaikan persepsi konsumen, di antaranya, produk ramah lingkungan, produk pertanian organik, dan perdagangan produk mengikuti sistem perdagangan berkeadilan (fair trade).
Adapun Ayu menyebutkan, konsumen di Australia juga memperhatikan isu kesehatan pangan dan isu keberlanjutan produk selain produk impor harus memenuhi persyaratan dan regulasi dari pemerintah. Menurut Ayu, konsumen di Australia dikenal sebagai pelanggan yang loyal dan menikmati waktu ngopi di kedai-kedai kopi lokal. ”Pastikan produk yang diekspor itu bebas dari kontaminan bahan lain,” ujar Ayu.
Sementara itu, Pranoto mengatakan, petani kopi di Indonesia perlu semakin memperhatikan budidaya pertanian kopi yang baik sehingga menghasilkan produk kopi yang berkualitas tinggi. Menurut Pranoto, produk kopi Indonesia harus memenuhi syarat keamanan pangan secara internasional, baik dari pengaruh bahan kimia maupun bahan lain dan juga keamanan pangan dari hama penyakit lainnya.
Pranoto menyebutkan, Indonesia merupakan produsen kopi arabika spesialti yang dikenal pasar global sebagai produk kopi bercita rasa otentik yang disukai konsumen. Adapun produk kopi robusta Indonesia dikenal unggul dari mutu dan bodi kopi.