Fasilitas Pembiayaan UMKM untuk Pacu Kinerja Ekspor di Jatim
Kinerja ekspor Jatim perlu dipacu agar neraca perdagangannya menjadi surplus. Salah satunya, dengan mendampingi dan memperkuat fasilitas pembiayaan bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah yang berorientasi ekspor.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS —Defisit neraca perdagangan mendorong pelaku ekonomi di Jawa Timur berkolaborasi menaikkan kinerja ekspor. Salah satunya, dengan mendampingi dan memperkuat fasilitas pembiayaan bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah agar eksportir baru bermunculan.
Kerja sama dilakukan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim dengan perbankan, yakni PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Penandatanganan nota kesepahaman dilakukan oleh Ketua Kadin Jatim Adik Dwi Putranto, Pemimpin BNI Wilayah 06 Surabaya Muhammad Gunawan Putra, dan Pemimpin BNI Wilayah 18 Malang Beby Lolita Indriani, Senin (4/10/2021).
”Melalui kerja sama ini, transaksi ekspor ditargetkan bisa meningkat menjadi 100 juta dollar AS per tahun. Potensi pasar ekspor masih terbuka lebar, terutama di masa pandemi, di mana banyak negara belum bisa berproduksi secara normal,” ujar Adik Dwi Putranto.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Jatim, kinerja ekspor Jatim masih mengalami defisit. Nilai ekspor Jatim pada Agustus 2021, misalnya, mencapai 1,98 miliar dollar AS, sementara nilai impor Jatim pada Agustus mencapai 2,34 miliar dollar AS. Secara kumulatif, selama Januari-Agustus 2021, ekspor Jatim 14,59 miliar dollar AS, sementara impor Jatim 17,20 miliar dollar AS.
Adik mengatakan, kerja sama di bidang fasilitasi pembiayaan diharapkan bisa menekan defisit pada neraca ekspor Jatim. BNI dipilih karena memiliki program penguatan kinerja UMKM, melalui pendampingan usaha hingga pemberian akses permodalan. Bank milik BUMN ini juga memiliki jaringan pasar luas di luar negeri.
Target transaksi ekspor tersebut khusus untuk program Export Center Surabaya (ECS). Program yang digagas oleh Kementerian Perindustrian dan Perdagangan itu menargetkan transaksi ekspor sebesar 64 juta dollar AS per tahun. Adapun wilayah kerjanya meliputi sembilan provinsi, antara lain Jatim, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Muhammad Gunawan mengatakan, kerja sama dengan Kadin Jatim meliputi pemberian fasilitas layanan jasa dan produk perbankan secara umum, layanan BNI Xpora dengan digabungkan paket produk internasional dan diskon tarif untuk penunjang ekspor. Selain itu, pihaknya juga menyediakan kerja sama di bidang pengembangan sumber daya manusia pelaku usaha.
”Melalui kerja sama ini, diharapkan bisa meningkatkan kapabilitas UMKM. Selain itu, memperluas akses informasi dan peluang pasar karena BNI memiliki banyak kantor cabang di luar negeri. Ada juga pameran produk skala internasional,” tutur Gunawan.
Khusus untuk program ECS, nilai pembiayaan yang telah disalurkan kepada calon eksportir baru di seluruh Jatim sekitar Rp 113 miliar. Pembiayaan itu diberikan kepada calon eksportir yang lulus kurasi dan melalui layanan BNI Xpora.
Dengan pendampingan usaha dan fasilitasi pembiayaan, pelaku usaha diharapkan mampu ekspor sendiri.
Beby Lolita menambahkan, pihaknya bergerak di wilayah Jatim bagian selatan dengan menopang sektor pertanian, perkebunan, perikanan, dan kehutanan. Sektor-sektor ini berpotensi dikembangkan agar para pelaku usahanya mampu menembus pasar ekspor. Contohnya, usaha tanaman hias seperti aglonema dan ikan koi.
Di pasar lokal harga aglonema hanya Rp 130.000 per pohon, tetapi di pasar ekspor bisa mencapai 30 euro atau hampir Rp 500.000 per pohon. Adapun harga ikan koi di pasar lokal hanya Rp 250.000 per ekor, sedangkan di pasar ekspor bisa mencapai Rp 25 juta per ekor.
”Selama ini, petani lokal menggunakan jasa perantara untuk memasarkan produknya ke luar negeri sehingga nilai tambah yang didapat kurang maksimal. Dengan pendampingan usaha dan fasilitasi pembiayaan, pelaku usaha diharapkan mampu ekspor sendiri,” ucap Beby Lolita.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur Budi Hanoto mengapresiasi kerja sama antara Kadin Jatim dan BNI. Menurut dia, hal itu bisa meningkatkan kinerja ekspor dan perekonomian Jatim. Lebih jauh lagi, bisa memperkuat kontribusi Jatim pada ekonomi nasional.
”Jatim berkontribusi besar pada ekonomi nasional. Posisi Jatim juga sangat strategis karena memiliki konektivitas dengan wilayah Indonesia bagian timur. Di sisi lain, permintaan pasar global saat ini sangat bagus seperti di sektor pertambangan, industri pengolahan, dan makanan,” ujar Budi Hanoto.