Kegiatan ekspor produk unggulan Bali tetap diupayakan berjalan meskipun terkendala keterbatasan akibat dampak pandemi Covid-19. Balai Karantina Pertanian Denpasar, Bali, mendampingi petani meningkatkan kualitas produk.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·4 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Meskipun terkendala pemberlakuan pembatasan pintu masuk internasional, kegiatan ekspor produk unggulan Bali tetap diupayakan berjalan. Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar, Bali, memperkuat pendampingan bagi petani agar menghasilkan produk pertanian berkualitas dan mampu memenuhi kebutuhan ekspor.
Hal itu disampaikan Kepala Subbagian Tata Usaha Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar I Nyoman Sujantara dalam acara simakrama (dialog) antara Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar dan kalangan media massa yang diselenggarakan Humas Karantina Pertanian Denpasar di Kantor Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar, Kota Denpasar, Kamis (30/9/2021).
Sujantara mengatakan, Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar berupaya agar ekspor komoditas dari Bali tetap berjalan dan meningkat sejalan program Gerakan Tiga Kali Ekspor (Gratieks) yang sudah dicanangkan Kementerian Pertanian.
”Untuk itu, kami turun langsung untuk memotivasi petani agar mereka mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas produk pertanian,” kata Sujantara yang juga didampingi Subkoordinator Karantina Tumbuhan Agus Taufik dan Subkoordinator Karantina Hewan Siti Rofi’ah.
Agus Taufik mengatakan, situasi pandemi Covid-19 memengaruhi upaya peningkatan ekspor komoditas pertanian dari Bali. Selain itu, produktivitas pertanian juga terdampak perubahan cuaca. ”Kendala lainnya adalah masih ditutupnya penerbangan internasional yang langsung dari Bali,” kata Agus.
Kendala lainnya adalah masih ditutupnya penerbangan internasional yang langsung dari Bali. (Agus Taufik)
Dari catatan Balai Karantina Pertanian Denpasar, sejumlah produk pertanian yang menjadi komoditas ekspor Bali mengalami penurunan selama 2021, baik volume maupun nilai ekspornya.
Kopi dari Bali, misalnya, volume ekspor selama 2021 sampai Agustus tercatat sebanyak 61.9 ton dengan nilai ekspor sebesar Rp 3,592 miliar lebih. Jumlah itu menurun dibandingkan capaian ekspor kopi pada 2020, yakni sebanyak 95 ton dengan nilai ekspor sebesar Rp 7,68 miliar lebih.
Begitu pula dengan manggis dari Bali yang kembali diekspor ke China setelah ditandatanganinya nota kesepahaman protokol ekspor manggis ke China pada Desember 2017. Pada 2020, ekspor manggis dari Bali tercatat sebesar 914,9 ton dengan nilai ekspor Rp 67,319 miliar lebih. Capaian ekspor manggis juga menurun pada 2021 dengan volume ekspor tercatat 186,1 ton yang bernilai Rp 9,086 miliar lebih.
Kinerja ekspor
Lebih lanjut Sujantara mengatakan, meski terkendala dampak pandemi Covid-19, upaya menjaga dan mendorong ekspor produk pertanian tetap dijalankan. Peningkatan kualitas produk pertanian melalui perbaikan tata kelola pertanian dan pemberdayaan petani muda dijalankan dari Kementerian Pertanian, salah satunya melalui penguatan Jaringan Pertanian Nasional. ”Jaringan Pertanian Nasional ini juga menjadi perpanjangan instansi, termasuk Badan Karantina Pertanian,” ujar Sujantara.
Adapun dalam berita resmi Badan Pusat Statistik Provinsi Bali tentang perkembangan ekspor dan impor Provinsi Bali disebutkan, nilai ekspor Bali secara kumulatif pada periode Januari sampai Juli 2021 mengalami kenaikan sebesar 6,07 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya atau selama Januari sampai Juli 2020.
Akan tetapi, kinerja ekspor Bali pada Juli 2021 berada di bawah capaian ekspor pada Juli 2020 maupun Juli 2019. Adapun jenis komoditas ekspor yang utama dari Bali adalah produk ikan dan udang.
Sementara itu, sebanyak 24 ton ikan marlin hitam (black marlin) dalam bentuk beku utuh (whole frozen) diekspor PT Perikanan Nusantara (Persero) ke Filipina melalui Bali, Selasa (28/9/2021). Pengiriman produk ikan marlin hitam beku utuh tersebut dinyatakan merupakan ekspor perdana menembus pasar Filipina. Dari siaran pers PT Perikanan Nusantara (Persero) disebutkan nilai ekspor ikan beku utuh jenis marlin hitam itu mencapai Rp 600 juta.
Dalam acara pelepasan ekspor di Kantor PT Perikanan Nusantara (Persero) Cabang Benoa, Kota Denpasar, Selasa (28/9/2021), Direktur Operasional dan Pemasaran PT Perikanan Nusantara (Perinus) Primawan Badri menyatakan, Perinus Cabang Benoa yang bermitra dengan nelayan akan meneruskan kegiatan ekspor produk perikanan dari Bali, termasuk ekspor tuna dalam bentuk produk tuna beku, tuna loin, dan berupa tuna steik.
Acara pelepasan perdana ekspor ikan marlin hitam beku utuh di Kantor Perinus Cabang Benoa pada Selasa lalu juga dihadiri Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Kelas I Denpasar, serta Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali.