Teknologi digital menawarkan jalan keluar bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Namun, mereka membutuhkan pendampingan untuk mengadopsi dan memanfaatkan teknologi guna bertahan dan mengembangkan usahanya.
Oleh
Stefanus Osa Triyatna
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia dinilai memiliki ruang untuk tumbuh lebih besar dibandingkan dengan negara lain. Selain jumlah penduduk yang besar sebagai pasar potensial, pengembangan sejumlah sektor cukup prospektif, termasuk usaha mikro, kecil, dan menengah yang mendominasi jumlah unit usaha di Tanah Air.
Teknologi digital bisa mengakselerasi tujuan itu. Namun, para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) membutuhkan pendampingan untuk mempelajari, mengadopsi, dan memanfaatkan teknologi guna bertahan dan mengembangkan usahanya.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso saat hadir dalam konferensi pers virtual ”Bangkit Bersama GoTo Dukung Pemulihan Ekonomi Indonesia” di Surakarta, Kamis (30/9/2021), berpendapat, teknologi perlu dibawa ke UMKM. ”Mereka harus dibimbing, dididik, serta dituntun supaya melek kehadiran teknologi,” ujarnya.
Gerakan #BangkitBersama diinisiasi grup teknologi Gojek, GoTo Financial, dan Tokopedia. Peluncuran gerakan itu dihadiri, antara lain, oleh Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka, Deputi Bidang Kewirausahaan Kementerian Koperasi dan UKM Siti Azizah, CEO Grup GoTo and GoTo Financial Andre Soelistyo, CEO/Founder Tokopedia William Tanuwijaya, dan Komisaris Tokopedia Wishnutama, serta pemilik usaha Maling Sego, Aylin Christianto.
Wimboh menjelaskan, sejak tahun 2017, program teknologi sudah dicanangkan OJK. Ruang digital dibuka luas untuk dimanfaatkan masyarakat. OJK tidak merestriksi regulasi, tetapi hanya mengawal. Bukan membatasi, melainkan mendorong untuk maju sehingga teknologi finansialdibuka lebar. OJK bahkan membuka Fintech Center, tempat bagi anak muda untuk belajar serta mengakses bantuan permodalan.
Berdasarkan data, kata Wimboh, jumlah UMKM mencapai 99,9 persen (dari total unit usaha di Indonesia) dengan kontribusi 60,51 persen terhadap produk domestik bruto Indonesia. Jumlah penduduk bekerja mencapai 120 juta orang. Sekitar 97 persen angkatan kerja berada di sektor UMKM.
Wishnutama meyakini Indonesia adalah pasar paling seksi dan terbesar kedua di dunia. ”Kalau China disebut pasar yang besar, tentu sudah dikuasai oleh China sendiri. Begitu juga Amerika Serikat. Yang menjadi menarik, pasar berikutnya yang berpotensi adalah India, Indonesia, dan Brasil. Jangan sampai bangsa ini tidak memanfaatkan pasar kita sendiri,” ujarnya.
Menurut dia, peran GoTo diperlukan untuk mengakselerasi dan memberikan semangat serta menjadi inspirasi supaya UMKM masuk ke ranah digital. Dengan demikian, Indonesia bisa menggarap peluang lebih optimal di tengah disrupsi teknologi digital dan tekanan akibat pandemi Covid-19.
Gibran Rakabuming Raka mengatakan, dirinya ingin UMKM bisa terlindungi dan naik kelas. ”Yang paling penting, UMKM memang harus didampingi dari A sampai Z. Mau tidak mau, kita harus go digital. Ini bukan pilihan, melainkan kewajiban,” kata Gibran.
Ia pun menyoroti UMKM yang telah masuk ke lokapasar (marketplace). Salah satu pesan terhadap lokapasar, misalnya Tokopedia, UMKM harus benar-benar dilindungi dan produk-produk Indonesia diutamakan. Jangan sampai ada, misalnya, sajadah, hijab, baju muslim, dan batik dari luar negeri.
”Gerai-gerai kita yang ada di GoFood, kalau bisa fee tidak terlalu tinggi. Biaya yang terlalu tinggi lama-lama akan menyebabkan UMKM mati. Dari kementerian atau siapa pun wali kota atau bupati selalu mengajak ayo go digital, tetapi kalau ternyata fee tinggi, tentu akan memberatkan UMKM,” tutur Gibran.
Kolaborasi
Andre Soelistyo menjelaskan, kehadiran gerakan #BangkitBersama diinspirasi dari konsumen maupun gerai Tokopedia yang menghadapi tekanan akibat pandemi selama 18-19 bulan ini. Dampaknya sangat signifikan terhadap bisnis, kesehatan, atau mental. Namun, jika dilihat dari semangat dan ketangguhan bangsa Indonesia, banyak perubahan dan terobosan, antara lain oleh pemerintah, melalui kolaborasi dengan semua aspek masyarakat untuk melawan pandemi.
”Kami melihat digitalisasi memberikan peran penting. Dengan digitalisasi, banyak kegiatan yang tadinya luringatau tatap muka bisa dijembatani (teknologi). Di sinilah GoTo ingin berkontribusi lebih dengan produk inovatif agar UMKM bisa tetap menjalankan usaha, termasuk pembayaran,” ujar Andre.
Menurut Andre, kehadiran GoTo ingin menjadi ”jembatan” bagi UMKM terkait inklusi keuangan. GoTo juga menggandeng mitra keuangan perbankan untuk berpartisipasi dalam ekosistem ini. Kini GoTo Financial memiliki 11 mitra merchan dan puluhan juta mitra konsumen.
Banyak UMKM yang memilih untuk tidak menyerah kepada keadaan. Mereka mengadopsi digital.
Menurut William Tanuwijaya, banyak UMKM yang memilih untuk tidak menyerah kepada keadaan. Mereka mengadopsi digital. ”Memang, jumlahnya sudah ada 12 juta UMKM yang bergabung dalam ekosistem GoTo. Dari jumlah itu, sekitar 4 juta bergabung selama masa pandemi. Menariknya, sebesar 86 persen adalah pengusaha baru. Inilah yang menginspirasi kebangkitan mereka dari keadaan ini,” ujarnya.
Menurut William, sebagai pelaku digital, pihaknya juga melihat teknologi digital serupa pedang bermata dua. Ada sisi positif dan negatifnya, ada peluang, tetapi ada juga tantangannya. Yang bisa digital, mereka mampu bertahan. Adapun yang tidak bisa digital, usahanya makin terpuruk.
Siti Azizah menilai, secara keseluruhan, pemulihan ekonomi nasional hanya akan tercapai dengan sinergi dan kolaborasi semua pihak, mulai dari pemerintah pusat dan daerah, kementerian/lembaga, hingga swasta. Gerakan bangkit bersama ini merupakan wujud untuk terus meningkatkan UMKM.
”Kita harus bangga dengan buatan Indonesia dan membeli produk Indonesia. Masyarakat kita sendirilah yang berperan dalam mengonsumsi barang-barang UMKM. Dengan atau tanpa pandemi, kita memang harus go digital,” ujar Siti.
Pemerintah mengharapkan sebanyak 30 juta UMKM ditargetkan bisa masuk onboarding digital pada tahun 2024. Ini tantangan bagi pemerintah dan pelaku usaha, tentunya pemangku kepentingan terkait dalam tiga tahun ke depan.