Sebanyak 28,2 miliar saham baru yang ditawarkan BRI telah terserap seluruhnya dengan nilai mencapai Rp 96 triliun. Bank pelat merah tersebut bahkan mencatat kelebihan permintaan (”oversubscribe”) sebesar 1,53 persen.
Oleh
Joice Tauris Santi
·2 menit baca
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Petugas menghitung uang kertas rupiah di BRI kantor cabang BSD, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (8/1/2020).
JAKARTA, KOMPAS — Upaya PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI untuk menambah modal dalam memperkuat layanan untuk nasabah ultra mikro disambut baik oleh investor. Penambahan modal melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu/HMETD atau right issue mengalami oversubscribe atau kelebihan permintaan.
”Sebanyak 28,2 miliar saham baru yang ditawarkan telah terserap seluruhnya dengan nilai mencapai Rp 96 triliun, bahkan terjadi oversubscribe 1,53 persen,” kata Direktur Utama BRI Sunarso dalam pembukaan perdagangan saham hasil right issue di Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (29/9/2021). Right issue ini merupakan yang terbesar dalam sejarah BEI.
Menurut Sunarso, sinergi antara Permodalan Nasional Madani (PNM), Pegadaian, dan BRI akan menciptakan nilai ekonomi sekaligus nilai sosial. Inklusi keuangan diharapkan menjadi semakin luas dengan kerja sama tiga institusi keuangan tersebut. Para pelaku UMKM akan memperoleh kemudahan dalam mengakses pendanaan.
KOMPAS/Lasti Kurnia
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Sunarso
”BRI itu, DNA-nya adalah UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah), dengan memberikan layanan sebaik mungkin, sebanyak mungkin, dengan biaya semurah mungkin,” kata Sunarso.
Dia menambahkan, negara akan mendapatkan manfaat dari terbentuknya ekosistem ultra mikro tersebut. Melalui ekosistem ini, pemerintah akan memperoleh data yang lebih akurat dan dapat dimanfaatkan untuk penyaluran stimulus yang ditujukan untuk para pelaku UMKM.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Hoesen berharap, melalui right issue yang telah diselesaikan BRI ini, BUMN akan menjadi lebih profesional dan menjadi korporasi yang lebih baik, juga dapat berkontribusi terhadap kinerja pasar modal. Keberpihakan kepada UMKM juga merupakan salah satu cara untuk menciptakan iklim investasi yang baik.
Aksi korporasi berupa right issue ini menciptakan sejarah baru di BEI. Direktur Utama BEI Inarno menyebutkan, right issue ini merupakan yang terbesar di Indonesia dan tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Selain itu, penerbitan saham baru BRI ini menduduki peringkat ketiga terbesar di Asia dan ketujuh di dunia sejak tahun 2009.
”Ini tentu merupakan suatu pencapaian yang sangat membanggakan, terutama di tengah kondisi yang menantang akibat pandemi Covid-19,” kata Inarno.
Dia menambahkan, serapan right issue yang sedemikian besar ini membuktikan antusiasme dari para investro masih sangat tinggi, baik asing maupun lokal. Hal ini juga merupakan bukti dunia luar masih percaya terhadap prospek ekonomi Indonesia saat ini.
Inarno berharap dengan dana yang berhasil dihimpun ini, BRI dapat mengembangkan ekosistem mikro terutama untuk mengakselerasi ekonomi kerakyatan.