Klaim Surplus 2,8 Juta Ton, Mentan Sebut Data Stok Jagung Tervalidasi
Terkait keluhan para peternak akan fluktuasi harga jagung, Menteri Pertanian menyebut itu merupakan dinamika pasar. Beberapa waktu lalu, menurut dia, panen raya sempat tertunda karena mundur sekitar 20 hari.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
GROBOGAN, KOMPAS — Kementerian Pertanian menegaskan stok jagung dalam negeri aman. Pemerintah bahkan mengklaim akan kelebihan stok atau surplus 2,85 juta ton jagung pada akhir 2021. Terkait jeritan para peternak ayam, Kementan akan mendekatkan sentra produksi jagung dengan para peternak agar distribusi pakan lebih lancar.
Menurut data prognosa Kementan dan Badan Pusat Statistik, produksi bersih jagung Januari-Desember 2021 adalah 15,79 juta ton dengan kadar air 14 persen. Sementara kebutuhan jagung dalam setahun, untuk pakan, konsumsi, dan industri, yakni 14,37 juta ton. Ditambah stok akhir Desember 2020 sebanyak 1,43 juta ton, maka pada akhir 2021 diperkirakan ada kelebihan 2,85 juta ton.
”Saya diperintah Presiden mengecek langsung. Kami lalu memvalidasi. Eselon 1 dan 2 Kementan turun langsung dan hasilnya data memang sesuai dengan fakta di lapangan,” ujar Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo pada Panen Raya Jagung Nusantara di Desa Banjarsari, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Rabu (29/9/2021).
Syahrul mengatakan, data tersebut diklarifikasi dengan beberapa sistem, antara lain melalui Agriculture War Room Kementan atau dengan analisis satelit, serta dari laporan para bupati di sejumlah daerah di Indonesia. Pada pengecekan lapangan pun ditemukan bahwa jagung tidak langka.
Terkait keluhan para peternak akan fluktuasi harga jagung, Syahrul menyebut itu merupakan dinamika pasar. ”Kemarin panen raya yang tertunda. Mundur sekitar 20 hari. Tentu saja, di satu pihak, pemerintah harus menjaga agar (kenaikan harga) jangan sampai over (berlebihan) karena ini menyangkut kepentingan yang lain. Stabilitas perlu dijaga bersama,” katanya.
Pada Selasa (28/9/2021) para peternak ayam di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, menggelar aksi damai dan membagikan 30.000 telur kepada warga di depan Kantor Bupati Blitar. Aksi dipicu harga telur yang belakangan anjlok hingga Rp 12.000 per kg, jauh di bawah harga wajar, Rp 20.000-Rp 22.000 per kg. Mereka terpuruk karena pada saat bersamaan harga pakan justru mahal (Kompas, 29/9).
Mereka meminta pemerintah menerbitkan peraturan presiden untuk melindungi peternak UMKM, menghentikan budidaya unggas oleh perusahaan integrator, dan mengembalikan budidaya kepada peternak rakyat. Mereka juga mendesak pemerintah menstabilkan harga telur. Sebelumnya, Rabu (15/9/2021), Presiden Joko Widodo didampingi sejumlah menteri menerima perwakilan peternak rakyat di Istana Negara, Jakarta.
Kementan menyalurkan 1.000 ton jagung kepada peternak di sejumlah daerah, termasuk Blitar dan Kendal. Kementan juga tengah menyiapkan 30.000 ton jagung kepada para peternak.
Syahrul menambahkan, sesuai perintah Presiden, pihaknya telah menyalurkan 1.000 ton jagung kepada peternak di sejumlah daerah, termasuk Blitar dan Kendal. Sebanyak 1.000 ton lagi juga akan disalurkan. Bahkan, Kementan juga tengah menyiapkan 30.000 ton jagung kepada para peternak. Kebijakan itu sebagai langkah cepat.
”Nantinya, kami juga akan menyiapkan backup (cadangan) jagung di sentra-sentra peternakan karena selama ini distribusinya agak jauh. Di Blitar, kami juga akan membuat tepung telur. Jadi, telur (terserap) dalam rakitan industri yang ada,” kata Syahrul.
Bupati Grobogan Sri Sumarni mengatakan, produksi jagung di Grobogan sepanjang 2021 diperkirakan 783.700 ton atau meningkat dari 2020 sekitar 772.000 ton. Adapun harga jagung di tingkat produsen, dengan kadar air 17 persen, berkisar Rp 5.000-Rp 5.200 per kg. Sementara jagung dengan kadar air 30 persen Rp 3.500-Rp 4.000 per kg.
”Kami meminta petani menikmati harga ini dan jangan impor. Sebab, kemarin, harga naik sedikit, kemudian ada berita mau impor. Mudah-mudahan tidak,” kata Sumarni kepada Mentan.
Seminggu jatuh
Ketua Kelompok Tani Sarwo Slamet, Desa Kalisari, Kradenan, Grobogan, Sriyanto (52) mengatakan, pada pertengahan September 2021, harga jual jagung di tingkat petani masih sekitar Rp 4.200 per kg. Namun, begitu ramai demonstrasi peternak ayam, harga jual jatuh menjadi Rp 3.500 per kg dalam sepekan.
”Memang harga Rp 3.500 per kg bisa dibilang masih untung, tetapi hanya sedikit. Modal produksi sekitar Rp 9 juta untuk 1,5 hektar. Kalau melihat harga pupuk yang tinggi, juga sulitnya cari pupuk subsidi, kondisi ini sulit juga bagi kami. Kami berharap setidaknya stabil di angka Rp 4.000 per kg. Mudah-mudahan bisa ikut menikmati harga ini,” ujarnya.
Suharsono (54), petani jagung asal Desa Grabagan, Kecamatan Kradenan, mengatakan, beberapa pekan lalu, para petani sebenarnya sedang merasakan peningkatan harga jual jagung yang cenderung meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Ia pun berharap kepada pemerintah agar harga stabil sehingga ia tidak waswas akan fluktuasi harga.
Pada Rabu, panen raya jagung digelar serempak di sejumlah daerah lain di Indonesia. Total digelar panen pada 537 lahan jagung di 130 kabupaten. Menteri Syahrul juga berbincang secara virtual dengan sejumlah bupati yang daerahnya sedang panen jagung.