Penurunan Kasus Dinilai Jadi Sinyal Positif bagi Sektor Pariwisata
Indonesia dinilai bisa membuka kembali destinasi wisata guna menggerakkan usaha di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Namun, langkah itu perlu mempertimbangkan risiko penularan Covid-19 dan penyebaran varian baru.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah berharap devisa pariwisata dan kunjungan wisatawan Nusantara meningkat kembali seiring melandainya kasus Covid-19 di Tanah Air. Sektor pariwisata dan ekonomi kreatif nasional yang 1,5 tahun terakhir terguncang pandemi diharapkan dapat menggeliat lagi.
Menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga S Uno, penurunan kasus Covid-19 menjadi sinyal positif untuk menggerakkan kembali lapangan usaha sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Kinerja sektor pariwisata diharapkan membaik tahun ini dan berlanjut tahun depan.
Tahun 2020, jumlah tenaga kerja pariwisata mencapai 14,9 juta jiwa, turun 6,67 persen dibandingkan dengan tahun 2019. Sementara devisa pariwisata sekitar 3,54 miliar dollar AS atau turun 79,15 persen dibandingkan dengan tahun 2019. ”Penurunan ini membutuhkan ketangguhan dan kebijakan yang tepat sasaran, manfaat, dan waktu,” ujarnya.
Jumlah tenaga kerja pariwisata ditargetkan 14,3 juta orang tahun ini dan bertambah menjadi 14,7 juta orang tahun 2022. Sementara tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif diharapkan meningkat dari 19,19 juta orang menjadi 19,91 juta orang dengan nilai tambah Rp 1.200 triliun.
Dalam Rapat Koordinasi Nasional Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2021 yang digelar hari Senin (27/9/2021), Sandiaga mengatakan, langkah pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, antara lain, memerlukan peningkatan kualitas sumber daya manusia, revitalisasi destinasi pariwisata, peningkatan ketangguhan dan daya saing usaha, serta inovasi.
Selain itu, sertifikasi kebersihan, kesehatan, keamanan, dan kelestarian lingkungan (CHSE) disertai penerapan protokol kesehatan Covid-19 dengan dukungan teknologi digital, seperti aplikasi PeduliLindungi, perlu digenjot untuk membuka kembali usaha pariwisata secara aman. Vaksinasi tetap perlu ditingkatkan guna meredam risiko penularan virus Covid-19.
”Pandemi Covid-19 ini memicu dan mengakselerasi inovasi dan digitalisasi serta pemulihan dan perluasan pasar,” kata Sandiaga.
Preferensi
Sandiaga menambahkan, preferensi pariwisata di era normal baru sangat jelas, yakni higienis, minim sentuh, mobilitas rendah, dan minim kerumunan. Hal itu berdampak pada perubahan dari segi atraksi wisata, penerbangan dan bandara, pemilihan produk wisata, akomodasi, dan label higienis. Digitalisasi industri pariwisata menjadi keniscayaan di tengah kebutuhan pawisata berkualitas yang minim kontak.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengemukakan, pemulihan di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif memberi peluang untuk membuka kesempatan kerja lebih luas. Sektor pariwisata sangat terdampak pandemi Covid-19 yang ditandai dengan penurunan okupansi hotel serta pendapatan dan bisnis jasa pariwisata.
Menurut dia, Covid-19 masih berlanjut dalam skala nasional dan global sehingga berpengaruh pada industri dan BUMN pariwisata. Industri pariwisata dan ekonomi kreatif di Tanah Air diharapkan mampu bangkit dengan meningkatkan standar pelayanan, protokol kesehatan di destinasi wisata, keselamatan pengunjung, dan kelestarian lingkungan di segala aspek.
Menurut Airlangga, pemerintah mendorong kebijakan yang dapat menggenjot pertumbuhan ekonomi. Pada akhir tahun ini, pertumbuhan ekonomi diharapkan mencapai 3,7-4,5 persen secara tahunan. Terkait sektor pariwisata, pemerintah mengalokasikan Rp 7,67 triliun untuk mendukung pengembangan kawasan strategis pariwisata nasional, ekowisata, dan pelatihan sumber daya manusia pariwisata.
Tahun ini, pemerintah juga menggulirkan bantuan insentif bagi pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif sebesar Rp 60 miliar atau naik 300 persen dibandingkan dengan tahun 2020, antara lain untuk sektor aplikasi permainan (gim), kriya, mode, kuliner, film, dan pariwisata. Selain itu, dana hibah pariwisata dianggarkan Rp 3,7 triliun atau naik dibandingkan dengan tahun lalu yang Rp 3,3 triliun.
Hibah pariwisata disalurkan kepada usaha hotel dan restoran, biro perjalanan pariwisata, pemerintah daerah, serta pengelola destinasi dan taman rekreasi yang mengalami kontraksi, penurunan pendapatan asli daerah, dan gangguan finansial akibat pandemi Covid-19. Dana hibah itu disalurkan, antara lain, ke 101 kabupaten/kota, antara lain 10 destinasi wisata prioritas, dan 5 destinasi super prioritas, serta 100 daerah yang masuk kalender kegiatan destinasi ”branding” daerah.
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengemukakan, peningkatan kasus Covid-19 di sejumlah negara tidak lepas dari perubahan varian virus. Peningkatan kasus umumnya didominasi varian Delta sehingga meskipun Indonesia telah mengalami penurunan kasus dan terpapar varian Delta, bukan tidak mungkin varian baru akan masuk lagi sehingga pengamanan pintu masuk dan perbatasan luar negeri menjadi penting.
Hampir 80 persen pelaku perjalanan luar negeri masuk lewat jalur udara sehingga pemantauan perlu terus ditingkatkan pada jalur udara. Identifikasi dan skrining saat masuk ke negara menjadi hal penting di sektor pariwisata agar wisatawan masuk tanpa membawa varian baru yang dapat menyebabkan kenaikan kasus. Sarana dan prasarana karantina di pintu masuk dan perbatasan luar negeri perlu diperkuat.
”Kita mesti waspada, perubahan varian mengikuti pola di beberapa negara yang mengalami peningkatan kasus,” kata Dante.
Ia menambahkan, ada indikasi masih banyak masyarakat dengan status Covid-19 berkeliaran dan mencoba masuk ke area publik. Terdata 5.421 pengunjung tidak sehat atau golongan hitam dengan kasus positif dan kontak erat penyintas Covid-19, di mana 7,4 persen berasal dari sektor pariwisata.