BRI mendapatkan dana publik Rp 41 triliun sehingga jumlah penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu atau ”right issue” mencapai Rp 96 triliun. Angka itu dinilai sebagai yang terbesar di Asia Tenggara.
Oleh
Joice Tauris Santi
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penambahan modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau right issue PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI berhasil dengan perolehan dana penuh sebesar Rp 96 triliun.
”Right issue BRI berhasil mendapatkan dana publik Rp 41 triliun sehingga jumlah right issue penuh Rp 96 triliun. Ini merupakan terbesar di Asia Tenggara dan kelima di Asia. Right issue ini merupakan momentum yang menunjukkan bahwa pasar Indonesia masih sangat dihargai dengan pasar yang tumbuh positif,” kata Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo saat Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta, Senin (27/9/2021).
Dari rights issue tersebut, pemerintah telah mengeksekusi 16,1 miliar haknya dengan menyetorkan modal nontunai pada 13 September lalu atau inbreng. Modal nontunai yang diserahkan pemerintah adalah saham PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero).
Kedua BUMN tersebut bernilai Rp 54,77 triliun, sedangkan dari publik, Bank BRI meraih dana Rp 41 triliun. Jika dilihat dari kapitalisasi pasarnya, kapitalisasi pasar Bank BRI naik Rp 69 triliun menjadi Rp 571 triliun akhir pekan lalu.
Analis dari CGS CIMB, Yulinda Hartanto dan Ilham Firdaus, dalam risetnya memperkirakan, jika seluruh right issue BRI terserap, hal itu akan meningkatkan rasio deviden yang dibayarkan atau payout ratio hingga mencapai 100 persen dalam tiga tahun ke depan.
Adapun deviden yield, yaitu perbandingan deviden tahunan dengan harga saham, jika dihitung berdasarkan harga penutupan sebesar Rp 3.610, diperkirakan dapat mencapai 6 persen pada tahun 2021, lalu 8 persen pada 2022, dan 10 persen pada tahun 2023 dengan asumsi rasio deviden yang dibayarkan mencapai 100 persen.
Emiten biasanya tidak membagikan seluruh laba menjadi deviden karena laba yang didapatkan bisa juga ditahan untuk menambah modal. Jika emiten belum perlu menambah modal untuk ekspansi bisnis, kemungkinan besar seluruh laba akan diberikan menjadi deviden kepada para pemegang saham.
Selain berdampak pada deviden, right issue tersebut juga akan berdampak pada penambahan modal. Modal BRI akan meningkat dalam tiga tahun ke depan dengan laju sebesar 8 persen, lalu 6 persen, dan 3 persen. Konsolidasi dengan dua BUMN lain juga akan meningkatkan penyaluran kredir per tahun secara compounding (CAGR).
CAGR BRI dalam lima tahun diperkirakan mencapai 13,5 persen dari tahun 2021 hingga 2025. ”Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan bank besar lain, dengan pertumbuhan yang ditopang oleh imbal hasil segmen ultra mikro dan mikro yang lebih tinggi, sekitar 19 persen CAGR,” demikian riset tersebut.