Fokus Menjadi Bank Digital, BRI Agro Berganti Nama Jadi Bank Raya
BRI Agro mengubah namanya menjadi Bank Raya. Perubahan nama ini sejalan dengan transformasi bisnis perseroan yang kini fokus menjadi bank digital.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk atau BRI Agro menyetujui pergantian nama perseroan menjadi PT Bank Raya Indonesia Tbk atau Bank Raya yang efektif setelah mendapat persetujuan Kementerian Hukum dan Haak Asasi Manusia. Pergantian nama ini sekaligus menandakan perubahan bisnis perseroan yang kini lebih fokus menjadi bank digital.
”RUPS Luar Biasa menyetujui perubahan nama BRI Agro menjadi Bank Raya. Nama ini dipilih karena kita semua pelaku ekonomi yang bisnisnya berhasil dan bertumbuh ini perlu dirayakan. Seperti kita merayakan hari raya, panen raya, dan hal lainnya,” ujar Direktur Utama BRI Agro Kaspar Situmorang dalam paparan publik BRI Agro, Senin (27/9/2021). Turut hadir semua jajaran direksi perseroan di acara tersebut.
Kaspar menjelaskan, pergantian nama itu juga menandakan transformasi bisnis perseroan yang kini fokus menjadi bank digital. Melihat peluang dan perkembangan teknologi dewasa ini, perseroan dan pemilik saham memiliki aspirasi untuk menjadikan BRI Agro bertransformasi fokus ke bank digital dari grup usaha BRI.
Ia menjelaskan, rencana strategi utama perseroan ke depan adalah menyasar segmen pekerja gig atau pekerja sektor informal. Mereka yang tergolong kelompok ini, antara lain, adalah pekerja lepas (freelancer), pekerja paruh waktu (part time worker) atau pekerja kerja sampingan (side-job worker), dan agen Laku Pandai (layanan keuangan tanpa kantor dalam rangka keuangan inklusif).
Adapun segmen yang disasar dari pekerja lepas, antara lain, adalah desainer pekerja lepas, dan penyelenggara acara. Sementara mereka yang disasar pekerja paruh waktu dan pekerja sampingan adalah pengemudi taksi atau ojek daring, guru kontrak, dan lain-lain.
Kaspar menambahkan, setiap tahunnya jumlah pekerja sektor informal di Indonesia meningkat secara konsisten. Laju tersebut turut didorong oleh pandemi Covid-19. Berdasarkan perhitungannya, selama pandemi akan ada tambahan 1,94 juta pekerja gig yang baru. Diperkirakan pekerja gig pada 2025 akan mencapai 74,81 juta orang.
”Melihat perkembangan yang tengah terjadi dan menyadari perubahan perilaku ke arah digital yang terus memperkuat Indonesia, pekerja gig akan menjadi pilar penting yang memperkuat dan memajukan perekonomian bangsa,” ucap Kaspar.
Kaspar menjelaskan, pihaknya juga memiliki aspirasi untuk menjadi apa yang disebutnya home of gig economy dan home of fintech. Pihaknya akan bekerja sama dan bergabung dengan ekosistem digital bersama perusahaan teknologi finansial lainnya.
Dalam menjaring nasabah baru, imbuh Kaspar, pihaknya akan memanfaatkan agen dan jangkauan jaringan dari BRI yang tersebar hingga ke seluruh pelosok Tanah Air. ”Aspirasi senada dikemukakan BRI selaku induk usaha kami,” ujarnya.
Untuk mewujudukan transformasi bank digital itu, pihaknya berencana menerbitkan sebanyak-banyaknya 2.150.000.000 saham baru dengan nilai nominal Rp 100 per saham yang akan ditawarkan melalui Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD/rights issue) sebesar 9,96 persen.
Kinerja keuangan
Pada semester I-2021, perseroan mencatat penurunan kinerja neraca keuangan. Penyaluran kredit pada periode tersebut sebesar Rp 18,36 triliun atau menurun 4,29 persen secara tahunan. Dana pihak ketiga (DPK) juga menurun 4,82 persen secara tahunan menjadi Rp 20,05 triliun. Sementara aset perseroan juga turun 2,98 persen secara tahunan menjadi Rp 25,43 triliun.
Direktur Keuangan dan Operasional BRI Agro Arif Wicaksono menambahkan, penurunan kinerja tersebut disebabkan penyesuaian bisnis yang sedang dilakukan perusahaan. Meski demikian, laba bersih perusahaan pada semester I-2021 masih tumbuh 34,46 persen secara tahunan menjadi Rp 42 miliar.
Terkait dengan transformasi bisnis, menurut Kaspar, diharapkan mulai 2022 sudah mulai bertranformasi menjadi bank digital secara penuh. Sesuai dengan bentuk bank digital, pihaknya tidak memberikan kredit di atas Rp 1 miliar sejak awal tahun ini. Ke depan, besaran kredit yang diberikan untuk skala ritel dan UMKM maksimal Rp 1 miliar. Kredit yang diberikan pun dibatasi maksimal 1 tahun dengan imbal hasil yang lebih tinggi.