Ibarat trisula PSG, yakni Messi, Neymar, dan Mbappe, Indonesia juga memiliki trisula penopang ketahanan pangan. Trisula pangan ini diharapkan bisa bermain selaras untuk menelurkan ”gol-gol” solusi persoalan pangan kita.
Oleh
Hendriyo Widi
·4 menit baca
Kehadiran Lionel Messi di Paris Saint-Germain membawa harapan besar terciptanya lini serang yang tajam bagi klub sepak bola asal Perancis tersebut. Bersama Kylian Mbappe dan Neymar da Silva Santos Junior, mantan pemain Barcelona itu digadang-gadang mampu mewujudkan trisula yang bakal semakin meningkatkan pamor PSG di kancah internasional.
Sejak Messi memulai debutnya di PSG pada 30 Agustus 2021, trio penyerang ini memang masih belum optimal di dua laga Liga Perancis melawan Reims dan Olympique Lyon, serta satu laga Liga Champions Eropa versus Club Brugge. Meski begitu, Pelatih PSG Mauricio Pochettino tetap berkomitmen mengasah keselarasan dan ketajaman trio penyerangnya di laga-laga selanjutnya.
Ibarat penyerang trisula dalam laga sepak bola, Indonesia kini juga memiliki trisula di sektor pangan. Trisula pangan tersebut adalah Badan Pangan Nasional (Bapanas), Holding BUMN Kluster Pangan, dan Sugar Company (SugarCo). Karakter dan potensi ”trio penyerang” ini berbeda-beda kendati ada beberapa kesamaan. Ketiganya bisa saling bekerja sama menopang ketahanan pangan Nusantara dengan beragam persoalannya.
Bapanas resmi berdiri sejak Presiden Joko Widodo menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 66 Tahun 2021 tentang Badan Pangan Nasional pada 29 Juli 2021. Badan ini memiliki wewenang yang sangat besar di bidang tata kelola pangan dari hulu hingga hilir, mulai dari koordinasi, perumusan dan penetapan kebijakan, pelaksanaan, hingga pengawasan.
Ibarat penyerang trisula dalam laga sepak bola, Indonesia kini juga memiliki trisula di sektor pangan. Trisula pangan tersebut adalah Badan Pangan Nasional, Holding BUMN Kluster Pangan, dan SugarCo.
Pengawasan itu mencakup ketersediaan pangan, stabilisasi pasokan dan harga pangan, kerawanan pangan dan gizi, penganekaragaman konsumsi pangan, dan keamanan pangan. Terdapat sembilan jenis pangan yang menjadi tanggung jawabnya, yaitu beras, jagung, kedelai, gula konsumsi, bawang, telur unggas, daging sapi, daging unggas, dan cabai.
Badan yang bertanggung jawab langsung ke Presiden ini juga membawahkan Perum Bulog. Bulog akan berperan sebagai operator pengendali stabilitas pasokan dan harga pangan.
Sementara itu, Holding BUMN Kluster Pangan merupakan gabungan dari sembilan perusahaan milik negara yang memiliki bisnis di bidang perdagangan, logistik, pertanian dan perkebunan, peternakan, perikanan, dan garam. Kesembilan perusahaan itu adalah PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau RNI, PT Pertani (Persero), PT Sang Hyang Seri (Persero) atau SHS, PT Garam (Persero), PT Perikanan Nusantara (Persero) atau Perinus, Perum Perikanan Indonesia atau Perindo, PT Berdikari (Persero), PT Bhanda Ghara Reksa (Persero) atau BGR Logistics, dan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) atau PPI.
Holding yang dikomandani PT RNI ini juga sudah disetujui Presiden melalui penerbitan tiga Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 97, 98, dan 99 Tahun 2021. Masing-masing PP itu berisi tentang persetujuan merger enam perseroan yang memiliki lini bisnis serupa, yaitu BGR Logistics dengan PPI, Pertani dengan SHS, dan Perinus dengan Perindo.
Saat ini, holding BUMN ini tengah mematangkan model bisnis yang terintegrasi dari hulu hingga hilir. Holding ini pernah diminta untuk membeli gula petani saat harganya tidak jatuh di musim giling tebu. Holding juga mengembangkan penanaman padi berdasarkan pesanan pembeli sehingga petani memiliki pembeli siaga dan kepastian harga.
Di sektor peternakan, holding ini, melalui Berdikari, akan fokus mengembangkan bisnis peternakan sapi dan ayam untuk memenuhi kebutuhan daging sapi dan ayam di dalam negeri. Berdikari akan mengoptimalkan lahan seluas 6.700 hektar di Sidrap, Sulawesi Selatan, untuk peternakan dan penggemukan sapi. Holding juga berencana membangun kandang penggemukan sapi di lahan seluas 6 hektar di Malang, Jawa Timur; pabrik pakan, dan rumah potong.
Di hilir, holding ini berperan mengoptimalkan warung-warung pangan yang menjadi mitra kerja BGR Logistics untuk mendistribusikan produk-produk pangan kelompok petani mitra dan perseroan. Saat ini ada 14.000 warung pangan yang akan ditingkatkan menjadi 66.000 warung pangan secara bertahap.
Melengkapi Bapanas dan Holding BUMN Kluster Pangan, Holding PT Perkebunan Nusantara III (Persero) berencana membentuk perusahaan subholding SugarCo bernama PT Sinergi Gula Nusantara yang ditargetkan rampung pada akhir tahun ini. SugarCo yang membutuhkan investasi sebesar Rp 20 triliun ini akan bergerak di industri gula, membawahkan 35 pabrik gula yang dikelola Holding PTPN III.
SugarCo ditargetkan bisa melipatgandakan produksi gula berbasis tebu petani dari dari 800.000 ton menjadi 1,8 juta ton pada 2024 untuk mendukung program swasembada gula nasional. Kebutuhan gula konsumsi dan industri pada 2030 sebanyak 9,5 juta ton. Jika tidak ada pembenahan bisnis dan industri gula, impor gula bisa melonjak hingga 6,6 juta ton per tahun.
SugarCo ditargetkan bisa melipatgandakan produksi gula berbasis tebu petani dari dari 800.000 ton menjadi 1,8 juta ton pada 2024 untuk mendukung program swasembada gula nasional.
Saat ini, total kebutuhan gula konsumsi dan industri dalam setahun sebanyak 5,8 juta ton. Dengan total produksi sebanyak 2,18 juta ton, Indonesia masih mengalami defisit gula konsumsi dan industri sebanyak 3,62 juta ton sehingga harus mengimpor dari negara lain.
Semoga ’trio penyerang’ pangan ini bisa bermain selaras untuk menelurkan ’gol-gol’ solusi persoalan pangan kita.
Kehadiran trisula pangan ini diharapkan mampu menyelesaikan persoalan-persoalan pangan mulai dari hulu hingga hilir. Persoalan utama dan klasik atau kerap terjadi adalah kenaikan harga bahan pangan pokok, rendahnya harga bahan pangan di tingkat produsen (petani, peternak, petambak), penurunan produktivitas, dan kekurangan stok bahan pangan sehingga harus dipenuhi melalui impor.
Semoga trisula pangan ini tidak sekadar menjadi entitas yang an sich berdiri sendiri dengan topangan dana rakyat dan akumulasi aset, tetapi juga akur bekerja sama menopang ketahanan pangan Nusantara. Semoga ”trio penyerang” pangan ini bisa bermain selaras untuk menelurkan ”gol-gol” solusi persoalan pangan kita, bukan malah menjadi wadah legitimasi impor bahan pangan.