Tol Solo-Bandara Internasional Yogyakarta Jangan Matikan Kereta Bandara
Pemerintah mulai membangun jalan tol yang menghubungkan Solo-Yogyakarta-Bandara Internasional Yogyakarta. Pembangunan jalan tol itu diharapkan tidak mematikan layanan moda transportasi umum, terutama kereta bandara.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah dan badan usaha jalan tol memulai pembangunan Jalan Tol Solo-Yogyakarta-Bandara Internasional Yogyakarta sepanjang 96,57 kilometer. Tol yang menghubungkan Jawa Tengah dan DI Yogyakarta itu nantinya akan tersambung dengan Tol Trans-Jawa ruas Semarang-Solo.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat bersama Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) telah memulai pembangunan Jalan Tol Solo-Yogyakarta-Bandara Internasional Yogyakarta, terdiri dari tiga seksi. Seksi I akan menghubungkan Kartosuro dan Purwomartani sepanjang 42,37 kilometer (km), seksi II Purwomartani-Gamping sepanjang 23,43 km, dan seksi III Gamping-Purworejo sepanjang 30,77 km.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono mengatakan, kehadiran jalan tol yang terhubung dengan kawasan-kawasan produktif dapat mengurangi biaya logistik, meningkatkan daya saing Indonesia untuk menarik investasi, serta mengakselerasi pengembangan destinasi wisata.
”Kehadiran jalan tol ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi mengatasi kepadatan lalu lintas, terutama arus komoditas,” kata Menteri Basuki dalam keterangan tertulis, Jumat (24/9/2021).
Basuki menambahkan, Jalan Tol Solo-Yogyakarta-Bandara Internasional Yogyakarta akan meningkatkan aksesibilitas menuju kawasan pariwisata di sekitar wilayah Pulau Jawa bagian selatan, seperti destinasi pariwisata superprioritas (DPSP) Borobudur. Tol yang terhubung dengan Tol Trans-Jawa itu juga diharapkan memperlancar konektivitas perekonomian masyarakat, baik dari sektor industri, barang, maupun jasa.
Tol Solo-Yogyakarta-Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo direncanakan memiliki sembilan simpang susun yang berada di sepanjang wilayah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Tol itu akan dikelola oleh BUJT PT Jogjasolo Marga Makmur dengan biaya investasi sekitar Rp 26,63 triliun dengan masa konsesi 40 tahun sejak penerbitan surat perintah mulai kerja.
Pembangunan seksi I Kartosuro-Purwomartani oleh kontraktor PT Adhi Karya (Persero) Tbk saat ini sudah memasuki tahap konstruksi dengan progres fisik 2,07 persen. Paket 1.1 Solo-Klaten yang ditargetkan tuntas September 2022 diharapkan berkontribusi signifikan bagi peningkatan perekonomian masyarakat di wilayah segitiga emas Joglosemar (Yogyakarta-Solo-Semarang).
Adapun seksi II Purwomartani-Gamping dan seksi III Gamping-Purworejo kini masih dalam tahap persiapan pekerjaan fisik dengan target selesai 2024. Tol itu diharapkan berdampak positif pada kelancaran arus lalu lintas di wilayah Sleman-Yogyakarta-Wates hingga Purworejo serta menciptakan efek berganda bagi pertumbuhan ekonomi di kawasan sekitarnya, khususnya sektor pariwisata di kawasan DPSP Borobudur.
Secara terpisah, Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia Djoko Setijowarno mengemukakan, dampak pembangunan tol di Jawa memicu penambahan layanan bus-bus antar kota selain penggunaan kendaraan pribadi. Layanan kereta api juga terdorong semakin berdaya saing. ”(Layanan) bus bertambah dan pariwisata akan meningkat. Tinggal bagaimana mengelola angkutan barang,” katanya.
Dampak pembangunan tol di Jawa memicu penambahan layanan bus-bus antarkota selain penggunaan kendaraan pribadi. Layanan kereta api juga terdorong semakin berdaya saing.
Saat ini, perjalanan kereta api rute Jakarta-Semarang dapat ditempuh dalam waktu lima jam, sedangkan kendaraan pribadi berkisar enam jam. Adapun kereta api rute Jakarta-Surabaya dapat ditempuh delapan jam, sedangkan dengan moda bus sekitar 10 jam.
Meski demikian, ia menyoroti Jalan Tol Solo-Yogyakarta-Bandara Internasional Yogyakarta berpotensi melemahkan layanan kereta bandar udara rute Bandara Internasional Yogyakarta-Yogyakarta. ”Kalau ingin kereta bandara hidup, tol jangan sampai bandara. Ini bisa mematikan (layanan kereta bandara) dan yang rugi negara juga karena sudah investasi untuk layanan kereta bandara,” katanya.
Kendala lahan
Pemerintah menilai perlunya percepatan dalam pembangunan Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) sepanjang 61,71 kilometer yang ditargetkan tuntas tahun 2021. Jalan tol itu merupakan bagian dari proyek strategis nasional.
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Helson Siagian menyatakan, salah satu tantangan dalam penyelesaian fisik Tol Cisumdawu adalah pembebasan lahan. ”Saat ini, masih ada 37 bidang yang belum bebas lahan dan memerlukan perhatian khusus,” katanya, dalam siaran pers.
Wilan Oktavian selaku Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional DKI Jakarta-Jawa Barat, mengemukakan, diperlukan percepatan progresif dalam penyelesaian Tol Cisumdawu, khususnya seksi 1. Pihaknya optimistis seksi I dan II akan selesai pada akhir tahun ini.
Direktur Teknik PT Citra Karya Jabar Tol Bagus Medi mengatakan, penyelesaian kendala lahan memerlukan dukungan pemerintah pusat. Apabila pada Oktober 2021 penyelesaian lahan untuk seksi 4 dan Seksi 5A-5B sudah tuntas, pekerjaan fisik infrastruktur dapat dikebut untuk selesai Desember 2021.
”Kendala kami di seksi tersebut perlu dukungan penuh dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Kantor Staf Kepresidenan, dan Polri,” kata Bagus Medi seraya menambahkan, tantangan lain dalam pembangunan Tol Cisumdawu adalah penanganan lereng dengan ketinggian maksimum 136 meter.
Asisten Deputi Infrastruktur Dasar, Perkotaan, dan Sumber Daya Air (Asdep IDPSDA) Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Rahman Hidayat menekankan perlunya konektivitas tol dengan jalan sekitarnya. ”Salah satu hal yang perlu menjadi perhatian adalah konektivitas jalan tol dengan jalan di sekitarnya,” ujar Asdep Rahman.