Sebanyak 15,9 Juta UMKM Sudah Berjualan secara Daring
Sebanyak 15,9 juta unit usaha mikro kecil menengah (UMKM) telah berjualan di dunia daring.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·3 menit baca
ISTIMEWA/WAPENA BALI
Pemanfaatan teknologi digital menjadi kunci bagi UMKM untuk bertahan di masa pandemi Covid-19. Tangkapan layar dari tayangan materi Kepala Bidang Ekonomi Kreatif dan UMKM DPP Nawacita Pariwisata Indonesia Jro Puspawati Saskara dalam webinar bertema ”Fakta Pandemi, UMKM untuk Bali Bangkit”, yang diselenggarakan komunitas Wartawan Peduli Bencana Bali, Jumat (3/9/2021).
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 15,9 juta unit usaha mikro, kecil, menengah atau UMKM sudah masuk ekosistem daring. Dengan demikian, UMKM bisa mengakses pemasaran yang lebih luas dan akses pendanaan via digital yang pada akhirnya meningkatkan kapasitas UMKM.
Hal ini dikemukakan Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki dalam acara Pembukaan Puncak Karya Kreatif Indonesia (KKI) 2021 yang diselenggarakan Bank Indonesia (BI) secara virtual, Kamis (23/9/2021). Turut hadir pula dalam acara itu Ibu Negara Iriana Joko Widodo, Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, dan Gubernur BI Perry Warjiyo.
”Saat ini sebanyak 15,9 juta UMKM telah hadir dalam lokapasar daring di Indonesia,” ujar Teten.
Ia menjelaskan, kenaikan jumlah UMKM ini merupakan buah kolaborasi tiga gerakan nasional yang dicanangkan pemerintah, yakni Bangga Buatan Indonesia (BBI), Bangga Wisata Indonesia (BWI), dan KKI.
Dengan bergabung pada ekosistem digital, UMKM bisa mengakses pemasaran dan alternatif pendanaan via digital. ”Diharapkan UMKM di masa depan bisa berbasis inovasi dan teknologi,” ujar Teten.
KOMPAS/STEFANUS OSA
Kondisi UMKM dalam tangkapan layar yang dikemukakan dalam webinar bertema ”UMKM Go Online dan Go Digital: UMKM Kuat, Bangsa Berdaulat” yang diselenggarakan Pertamina dan Radio Sonora.
Sandiaga menambahkan, dengan revolusi industri 4.0 yang telah tiba dan terus berkembang, UMKM perlu juga memperluas kapasitasnya dengan merambah ekosistem digital. ”Pemerintah mendorong UMKM ini berinovasi dan menjangkau teknologi. Targetnya 30 juta UMKM lahir hingga 2023,” ujar Sandiaga.
Perry menjelaskan, BI selalu berkomitmen untuk mendukung pengembangan kapasitas UMKM. Salah satunya dengan pembinaan UMKM di 46 kantor wilayah BI di seluruh Indonesia dan 5 kantor perwakilan BI di seluruh dunia.
”BI punya semangat mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif, yang merata dan bisa dinikmati semua kalangan tanpa terkecuali. Salah satu upayanya adalah membantu pengembangan kapasitas UMKM,” ujar Perry.
Fanti Wahyu Nurvita, pemilik dari Hesandra Indonesia, UMKM yang memasarkan produk kesenian khas dari Kalimantan Timur, menjelaskan, UMKM selalu mempunyai keinginan untuk berkembang dan meningkatkan kapasitasnya baik dari sisi kuantitas maupun kualitas produksi hingga pemasaran. Salah satu solusi untuk peningkatan kapasitas itu adalah akses pemasaran, permodalan, hingga sistem pembayaran digital.
”UMKM perlu pendampingan dan arahan bagaimana meningkatkan kualitas produksi, desain, sampai perluas pasar ekspor. Lalu bagaimana UMKM go-digital itu bisa memanfaatkan untuk peningkatan produksi, akses keuangan, pemasaran, dan alat pembayaran,” ujar Fanti, yang merupakan salah satu mitra binaan BI dari kantor Kalimantan Timur.
Tulang punggung ekonomi
Perry menambahkan, meski skala usahanya kecil, UMKM tidak bisa diremehkan. Sebab, UMKM adalah salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Dengan jumlah mencapai puluhan juta yang tersebar di seluruh Indonesia, UMKM bisa menggerakkan roda ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.
”Inilah pentingnya untuk selalu memperhatikan UMKM,” ujar Perry.
Sandiaga menambahkan, membawa UMKM go-digital bisa menjadi solusi untuk mendorong pemulihan ekonomi Indonesia dalam jangka pendek. Sebab, dengan UMKM yang menggeliat, roda ekonomi masyarakat juga bisa ikut bergerak.