Industri Telekomunikasi Terus Berinovasi Tingkatkan Layanan Internet
Bagi operator telekomunikasi, bertransformasi digital tak mudah sebab perlu kecukupan infrastruktur jaringan, pendanaan, dan manajemen yang lincah. Mereka juga harus berhadapan dengan sengitnya persaingan sesama pemain.
Oleh
Mediana
·4 menit baca
Kompas/Totok Wijayanto
Siswi sekolah dasar mengikuti pembelajaran jarak jauh daring dari rumahnya di Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (3/8/2021). Infrastruktur telekomunikasi yang baik menyebabkan sistem pengajaran jarak jauh dapat berlangsung dengan lancar.
JAKARTA, KOMPAS — Layanan internet cepat dan berkualitas telah menjadi kebutuhan utama konsumen. Segala jenis aktivitas sehari-hari semakin butuh akses internet. Hal seperti ini menjadi pijakan bagi pelaku industri telekomunikasi untuk lincah bertransformasi.
”Konsumen semakin menuntut layanan internet cepat dan berkualitas. Selama pandemi Covid-19, batas antara layanan internet yang disediakan melalui jaringan tetap telekomunikasi dan jaringan bergerak telekomunikasi semakin kabur. Artinya, kedua infrastruktur jaringan telekomunikasi ini vital," ujar Senior Partner McKinsey & Company Nimal Manuel dalam temu media terbatas dengan sejumlah media nasional, Kamis (23/9/2021), di Jakarta.
Pelaku industri telekomunikasi perlu menyadari pentingnya berbisnis melampaui inti bisnis, yaitu jualan layanan internet yang dihasilkan dari infrastruktur jaringan. Mereka, misalnya, bisa menawarkan berbagai platform daring mulai dari bidang pendidikan, tayangan hiburan, hingga gim.
Pelaku industri telekomunikasi dapat menciptakan aneka platform daring yang dibutuhkan konsumen pelaku usaha, bukan konsumen perorangan.
”Pemimpin perusahaan telekomunikasi harus mampu membawa organisasinya lincah memahami konsumen sehingga sukses bertransformasi. Keterampilan pekerja di bidang digital, seperti analisis mahadata, juga disediakan oleh operator telekomunikasi,” ujarnya.
Chief Marketing Officer PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) Rachel Goh menyebutkan beberapa langkah yang sudah dilakukan selama proses bertransformasi digital. Sebagai contoh, layanan pemasaran mengedepankan metode personalisasi, perbaikan aplikasi MyTelkomsel (aplikasi untuk cek dan beli paket), serta pelayanan daring layanan seluler prabayar khusus gen Z bernama ByU.
”Kami juga memiliki modal ventura korporat hingga bekerja sama langsung dengan para perusahaan rintisan bidang teknologi,” lanjutnya.
Pada semester I-2021, jumlah pelanggan Telkomsel sebesar 169,2 juta orang, dengan pengguna data internet 117,7 juta pelanggan atau tumbuh 12 persen dibandingkan setahun sebelumnya. Lalu lintas konsumsi data internet tumbuh 54,5 persen menjadi 6,5 terabita. Jumlah pemancar Telkomsel mencapai 237.300 unit dan 187.048 di antaranya telah menggunakan teknologi akses seluler 3G/4G.
Sementara itu, lembaga pemeringkat kredit internasional Fitch Ratings menempatkan PT Indosat Tbk di rating watch negative. Rating watch negative merefleksikan risiko ketidakpastian pada kemampuan perusahaan untuk meningkatkan likuiditas secara tepat waktu untuk membayar utang yang jatuh tempo dalam kurun waktu jangka pendek.
KOMPAS
Base transceiver station (BTS) layanan telekomunikasi seluler.
Fitch Ratings memberikan penilaian itu setelah Ooredoo Group dan CK Hutchison Holdings Limited sepakat mengintegrasikan bisnis telekomunikasinya di Indonesia, yakni PT Indosat Tbk dan Hutchison Tri Indonesia.
Rating watch negative diberikan Fitch Ratings karena kepemilikan saham Ooredoo Group akan menipis jadi 33 persen dari 65 persen. CK Hutchison Holdings Limited akan memiliki 33 persen saham tidak langsung di entitas gabungan itu.
Fitch Ratings menilai, konsolidasi industri akan menopang stabilitas harga layanan dan pertumbuhan yang menguntungkan jangka panjang. Sinergi pendapatan yang lebih besar dari merger PT Indosat Tbk-Hutchison Tri Indonesia bisa terjadi asalkan keduanya mampu mengeksekusi operasionalisasi layanan seluler dan infrastruktur jaringan dengan cepat.
Merger itu mulai berlaku 1 Januari 2022. Hingga sekarang, perusahaan masih menunggu persetujuan pemegang saham dan regulasi. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja memungkinkan penggunaan spektrum frekuensi secara bersama oleh beberapa operator atau frekuensi dilimpahkan kepada operator lainnya juga dibolehkan.
Namun, belum ada kepastian Indosat Ooredoo-Hutchison bisa mempertahankan seluruh spektrum atau sebagian. Fitch Ratings menyebut spektrum frekuensi sebagai elemen penting penggerak bisnis perusahaan gabungan itu selanjutnya.
Fitch Ratings menilai, Telkom Indonesia, sebagai induk Telkomsel, memiliki posisi yang lebih kuat di pasar layanan internet yang dihasilkan dari jaringan tetap ataupun jaringan bergerak telekomunikasi. Telkom mempunyai margin EBITDA (pendapatan perusahaan yang belum dikurangi bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) yang lebih tinggi serta penggunaan dana utang yang lebih rendah dari PT Indosat Tbk dan XL Axiata.
Di tengah tantangan pandemi Covid-19 dan disrupsi teknologi digital, konsolidasi merupakan pilihan paling rasional. Pemakaian bersama spektrum frekuensi bisa lebih mendukung transformasi digital.
Direktur Eksekutif Indonesia Information Communication Technology Institute Heru Sutadi saat dihubungi berpendapat, di tengah tantangan pandemi Covid-19 dan disrupsi teknologi digital, konsolidasi merupakan pilihan paling rasional. Pemakaian bersama spektrum frekuensi bisa lebih mendukung transformasi digital.
Di sejumlah negara, komersialisasi layanan telekomunikasi berteknologi akses seluler 5G telah marak dan ini mendorong perusahaan telekomunikasi lebih cepat bertransformasi. Layanan 5G bisa berjalan optimal jika ada kecukupan spektrum frekuensi.
”Saat ingin bertransformasi digital, operator telekomunikasi tidak harus memiliki kecukupan infrastruktur jaringan tetap dan jaringan bergerak secara bersamaan. Kondisi sekarang adalah operator juga harus bisa bertahan. Melepas aset menara untuk efisiensi cara kerja bisa dikatakan bagian bertransformasi,” tuturnya.