Ekonomi hijau jadi arus utama dunia. Jika tak bertransformasi, Indonesia yang mengandalkan ekspor dan energi pada batubara akan kesulitan dan tertinggal.
Oleh
Kris Mada
·4 menit baca
(PHOTO BY GREG BAKER / AFP)
Foto yang diambil pada 19 November 2015 ini menunjukkan asap menyembur dari pembangkit listrik berbahan bakar batu bara di dekat Datong, Provinsi Shanxi, China. China akan berhenti mendanai proyek batubara di luar negeri.
NEW YORK, RABU - Senjakala industri dan energi berbasis batubara datang semakin cepat. Negara-negara investor utama di bidang itu, satu per satu menghentikan pendanaannya. Bagi Indonesia yang ekonominya banyak mengandalkan batubara, pilihan terbaik adalah transformasi secepatnya ke ekonomi hijau dan bernilai tambah.
”China akan mendukung negara berkembang untuk mengembangkan energi hijau dan rendah karbon, dan tidak akan membangun pembangkit listrik batubara di luar negeri,” kata Presiden China Xi Jinping pada pidato di sidang Majelis Umum ke-76 Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Selasa (21/9/2021) siang waktu New York atau Rabu dini hari WIB.
Bersama Korea Selatan dan Jepang, China menyediakan 95 persen pendanaan global bagi proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) bersumber dari pembakaran batubara. Mereka sekaligus adalah konsumen batubara yang besar.
Pemerintah Jepang, beberapa bulan lalu, mengumumkan akan menghentikan investasi PLTU batubara mulai awal 2022. Sementara Pemerintah Korea Selatan juga menyebut akan segera menghentikan investasi tetapi tanpa menyebut tenggat spesifik.
Global Energy Monitor mencatat, trio Asia itu bersama Jerman dan Ceska merupakan lima investor terbesar proyek PLTU batubara di dunia. Di antara semua penyedia dana, China merupakan yang terbesar.
(UN WEB TV VIA AP)
Gambar yang diambil dari video yang disediakan oleh UN Web TV menunjukkan Presiden China Xi Jinping berbicara pada sesi ke-76 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Selasa (21/9/2021). Xi tidak hadir di markas besar PBB di New York, Amerika Serikat, melainkan berbicara dari jarak jauh dalam rekaman video.
Batubara vital bagi elektrifikasi peradaban global selama ini. Saat ini, PLTU batubara menyumbang 37 persen dari elektrifikasi global. Merujuk Badan Energi Internasional, batubara masih akan menjadi pemasok listrik terbesar di 2040, 22 persen di global dan 39 persen di Asia.
Di Indonesia, kontribusi batubara dalam bauran energi pembangkit listrik berkisar 60-65 persen alias dominan. Batubara juga salah satu komoditas ekspor utama Indonesia.
Persoalannya, pembakaran batubara adalah sumber emisi karbon dioksida terbesar yang memicu pemanasan global. Pemanasan global, sekalipun berhasil dibatasi naik 1,5 derajat Celcius dari masa sebelum revolusi Industri sebagaimana target Perjanjian Paris, tetap akan menimbulkan berbagai bencana.
Apalagi jika kenaikan suhu lebih dari 1,5 derajat Celcius. Malapetaka global akan terjadi seperti bencana alam, ragam penyakit, kelaparan, kemiskinan, punahnya sejumlah spesies dan keanekaragaman hayati, hingga hilangnya kota-kota pesisir.
AFP/BERND LAUTER
Warga mengamankan barang-barang di dekat puing-puing rumah yang hancur akibat banjir di Schuld dekat Bad Neuenahr, Jerman, Kamis (15/7/2021). Negara bagian Rhineland-Palatinate dan North Rhine-Westphalia (NRW) di wilayah Jerman bagian barat menjadi wilayah yang terdampak paling parah karena dampak cuaca buruk yang menghantam wilayah Eropa.
"Kami (PLN) akan lebih mendorong pemanfaatan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan. Pembangunan PLTU yang saat ini dilakukan merupakan penyelesaian dari proyek yang sudah terkontrak. Untuk proyek yang sudah terkontrak tentu kami menghormati kesepakatan yang sudah ada," ujar Juru Bicara PT PLN (Persero) Intan Fahdiana.
PLN, menurut Intan, telah membuat rancangan program penghentian pengoperasian PLTU sepanjang 2025-2055 guna mencapai target emisi nol pada 2060. Penghentian PLTU akan dimulai pada 2025, yakni dengan melakukan penggantian perencanaan PLTU dan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) dengan pembangkit energi baru terbarukan baseload sebesar 1,1 gigawatt (GW).
Selanjutnya pada 2030, akan ada sejumlah PLTU subcritical dengan total daya 1 GW yang akan berakhir masa operasinya untuk tahap pertama. Di antaranya PLTU Muarakarang, Tambaklorok, dan Gresik. Untuk tahap kedua, PLTU subcritical dengan total daya 9 GW akan berakhir masa operasinya di 2035.
Sejumlah lembaga masyarakat sipil yang tergabung dalam Gerakan #BersihkanIndonesia menyambut baik komitmen Presiden Xi Jinping. Namun, mereka akan memantau komitmen ini secara kritis, terutama terhadap proyek PLTU yang sedang dijalankan di Indonesia.
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Muara Karang, Jakarta, Senin (7/6/2021). Pasokan listrik untuk DKI Jakarta dan sekitarnya akan mendapat tambahan sebesar 171 megawatt (MW) setelah PLN mulai melakukan operasi secara komersial Steam Turbine unit 3 PLTGU Muara Karang.
”Investasi China di Indonesia dalam industri batubara telah berkontribusi signifikan terhadap emisi gas rumah kaca di Indonesia, polusi udara, dan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat setempat. Kami berharap pemerintah Indonesia melalui bank sentral dan bank-bank milik negara segera mengikuti dan membuat pengumuman serupa,” ujar Sisilia Nurmala Dewi, Indonesia Team Leader 350.org, Rabu.
Koordinator Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Asia Tenggara, Tata Mustasya, menyatakan, pengumuman terbaru China tersebut menandakan bahwa energi kotor batubara harus segera ditinggalkan. ”Ini adalah kode keras bagi Pemerintah Indonesia untuk turut melakukan hal serupa,” katanya.
Sementara itu, Direktur Eksekustif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI), Hendra Sinadia, menyatakan, masih akan ada kebutuhan batubara hingga 20 tahun ke depan untuk PLTU yang sedang dibangun saat ini. Jadi pengumuman China itu tidak akan berdampak pada produksi batubara nasional dalam jangka pendek.
Namun APBI masih akan mempelajari pengumuman Beijing. Indonesia akan terdampak bila China menghentikan investasi untuk proyek-proyek di Asia Pasifik. Sebab, 98 persen ekspor batubara Indonesia ke kawasan itu. APBI juga belum tahu persis apakah China akan menghentikan impor batubara atau tidak. Selama ini, China merupakan salah satu negara tujuan utama ekspor batubara Indonesia.
Manager Program Transformasi Energi, Institute for Essential Services Reform (IESR), Deon Arinaldo, berpendapat, kebijakan mutakhir China membuka peluang pembatalan pembangunan PLTU di negara ASEAN. ”Indonesia harus bersiap transisi keluar dari industri batubara. Diversifikasi ekonomi penting," kata Deon. (AFP/REUTERS/MED/AIK/ICH)