JAKARTA, KOMPAS — Pengesahan PT Akulaku Silvrr Indonesia sebagai pemegang saham pengendali PT Bank Neo Commerce Tbk tertunda. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa atau RUPSLB, jumlah pemegang saham yang hadir tidak mencapai kuorum. Bank Neo menjadwalkan kembali RUPSLB awal Oktober 2021.
Jumlah pemegang saham yang hadir pada RUPSLB hanya 73,47 persen, sedangkan persyaratan untuk pengesahan diperlukan 75 persen pemegang saham. Artinya, jumlah pemegang saham yang diperlukan untuk pengesahan masih kurang 1,53 persen.
”RUPSLB yang diadakan kemarin belum kuorum sehingga pengesahan PT Akulaku Silvrr harus tertunda sampai RUPSLB lanjutan yang akan diadakan pada awal Oktober,” kata Direktur Utama Bank Neo Tjandra Gunawan dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa (21/9/2021).
Pada 26 Juli 2021, Bank Neo telah mendapatkan izin dari OJK dengan nomor SR-16/PB.1/2021 perihal Rencana Pengambilalihan Saham PT Bank Neo Commerce Tbk oleh PT Akulaku Silvrr Indonesia. PT Akulaku merupakan pemegang saham pengendali baru dengan kepemilikan sebesar 24,98 persen dan menjadi pemegang saham terbesar.
Akulaku, perusahaan teknologi rintisan yang memberikan kredit instan, mengusai saham Bank Neo yang dari pemegang saham lama, yaitu Asabri dan Gozco Capital. Akulaku juga mendapatkan suntikan dana dari Ant Financial, salah satu anak usaha Alibaba Group, China. Bank Neo sebelumnya bernama Bank Yudha Bhakti.
Baca juga: Bank Mandiri Wacanakan Bentuk Bank Digital
Analis Sucor Sekuritas Edward Louis dalam risetnya mengatakan, Bank Neo dapat memanfaatkan teknologi dan pengalaman Akulaku untuk mengembangkan penyaluran kredit dan sistem skor sendiri. Menurut Edward, Akulaku sudah terbukti mampu mengembangkan sistem skor kredit yang sangat kuat.
Dengan investor terbesar, yaitu Akulaku yang juga didukung Alibaba Group, Edward memperkirakan Bank Neo juga dapat bergabung dalam ekosistem Alibaba di Indonesia, seperti Lazada, Bukalapak, Tokopedia, dan DANA, untuk mengakselerasi pasarnya.
Selain agenda pengesahan pemegang saham pengendali, agenda lain adalah penambahan modal. Agenda penambahan modal ini telah disetujui para pemegang saham. Bank Neo menambah modal dasar dari Rp 1,5 triliun menjadi Rp 3 triliun. Penambahan modal ini diperlukan untuk mempercepat pertumbuhan Bank Neo Commerce di kuartal terakhir tahun ini.
”Tujuan perubahan modal dasar perseroan sejalan dengan rencana penambahan modal disetor perseroan guna memenuhi POJK (Peraturan Otoritas Jasa Keuangan) tentang pemenuhan modal minimum bank, juga untuk mengembangkan ekspansi usaha kami untuk menunjang akselerasi kami sebagai bank digital ke depannya,” kata Tjandra. Sejak melakukan soft launching pada Maret 2021, jumlah nasabah Bank Neo Commerce kini mencapai lebih dari tujuh juta nasabah.
Baca juga: Belum Semua Bank Siap Menjadi Bank Digital
Suspensi
Sementara itu, Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan suspensi atau penghentian sementara perdagangan saham PT Bank JTrust Indonesia Tbk mulai Selasa (21/9/2021) ini. Dalam pengumumannya, BEI menyatakan penghentian saham itu dimaksudkan untuk cooling down setelah harga saham Bank JTrust melemah tajam dalam beberapa hari terakhir.
Dalam satu pekan terakhir, saham Bank JTrust melorot 23,97 persen. Sejak awal tahun, harga sahamnya turun 68,29 persen. Pada penutupan perdagangan Senin kemarin sebelum disuspensi, saham Bank JTrust ditutup turun 6,72 persen menjadi Rp 222.
BEI berharap, dengan suspensi ini para pelaku pasar dapat memiliki waktu memadai untuk mengkaji informasi dan mempertimbangkan secara matang dalam mengambil keputusan terhadap saham Bank JTrust ini.
Baca juga: Respons Aturan Baru, Bank Bermodal Rp 1 Triliun Siapkan Strategi