Dekranasda Kota Pontianak Perkuat Pemasaran Produk UMKM secara Digital
Pelaku usaha kriya di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, mengikuti pelatihan fotografi produk. Dengan pelatihan tersebut, pelaku usaha diharapkan bisa memasarkan produknya secara digital.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Di era pandemi Covid-19, transaksi secara tatap muka terbatas sehingga memberikan tantangan bagi pelaku usaha kriya di Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Maka, pemasaran melalui digital sangat diperlukan. Untuk itu, pelaku usaha dibekali keterampilan fotografi produk agar tampilan dalam pemasaran digital lebih menarik.
Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Pontianak melaksanakan pelatihan fotografi bagi pelaku usaha kriya pada Selasa (21/9/2021) hingga Rabu (22/9). Kegiatan itu dilaksanakan di Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Center Kota Pontianak.
Ketua Dekranasda Kota Pontianak Yanieta Arbiastutie saat membuka kegiatan tersebut, Selasa (21/9), menuturkan, sudah sekitar satu tahun Dekranasda vakum dalam melaksanakan pelatihan karena pandemi Covid-19. Kali ini, pelatihan kembali dilakukan.
Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak dan Dekranasda Kota Pontianak terus berupaya membantu pelaku usaha kriya mengurangi dampak pandemi Covid-19. Hal itu dilakukan dengan menambah inovasi dan ilmu untuk mengembangkan pemasaran produk.
”Jumlah pelaku usaha kriya di Pontianak 50 orang dan biasanya mereka yang mengikuti pelatihan. Namun, karena situasi pandemi, hanya 22 orang masih rutin pelatihan,” ujar Yanieta.
Meski yang mengikuti pelatihan terbatas, diharapkan peserta dapat berbagi ilmu forografi kepada rekan-rekannya yang lain. Di saat pendemi, pelaku usaha memiliki keterbatasan bertatap muka dengan pembeli. Dalam situasi seperti itu, Dekranasda membantu pelaku usaha memasarkan produk secara digital, dengan meningkatkan branding.
”Jika pemasaran produk secara digital tidak memperhatikan aspek fotografi, produk tak bakal menarik. Maka, pelatihan di bidang ini sangat penting jika pemasaran secara digital,” ujarnya.
Yanieta menuturkan lebih lanjut, dari segi pengambilan gambar, penataan, dan pencahayaan semuanya memengaruhi tampilan produk. Dengan tampilan yang bagus diharapkan orang tertarik membeli produk.
Jika pemasaran produk secara digital tidak memperhatikan aspek fotografi, produk tidak akan terlihat menarik.
Hal ini diperlukan karena selama pandemi pelaku usaha, khususnya produk kriya, mengalami penurunan pendapatan. Apalagi, saat ini pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) masih berlaku di Indonesia.
Di tengah tantangan tersebut, Dekranasda terus berupaya membantu pelaku usaha. Selain melalui pelatihan fotografi, galeri di UMKM Center juga tetap dibuka dengan menerapkan protokol kesehatan dan memasarkan produk di media sosial. Petugas di UMKM Center juga sudah divaksin.
Pelatih fotografi dalam kegiatan tersebut, Hari Santoso, menuturkan, ia akan melatih teknik dasar fotografi produk. Untuk melakukannya, perlu mengenali produk masing-masing hingga tema apa yang akan ”digaungkan” di media sosial para pelaku usaha.
”Untuk foto yang menarik, pada dasarnya bagaimana mengenali produk itu sendiri terlebih dahulu,” ujarnya.
Teknis fotografi
Selama ini, kendala yang dihadapi pelaku usaha dalam tampilan produk di media sosial karena mereka belum memahami teknik dasar fotografi. Fotogafi adalah media visual untuk memberikan informasi kepada orang lain dalam bentuk gambar. Maka, dalam penyajiannya, kemampuan dasar hendaknya ditekankan.
Maya (44), pelaku usaha dalam bidang kerajinan aksesori dari batu alam dan tenun corak insang, menuturkan, pelatihan tersebut sangat diperlukan. Sebelum pandemi biasanya banyak kegiatan pameran tatap muka. Ketika pandemi, kegiatan tatap muka tidak ada. Maka, sekarang perlu digitalisasi. Apalagi, Covid-19 sangat berpengaruh pada penghasilan yang mengalami penurunan 35-40 persen dari total penjualan per bulan.
Untuk itu, diperlukan foto-foto produk yang menarik. ”Masih banyak yang belum bisa membuat tampilan produk menarik saat dipajang di media sosial,” kata Maya.
Senada dengan itu, Nina (43), pelaku usaha di bidang busana yang produknya dikombinasikan dengan tenun-tenun lokal di Kalbar, menuturkan, pelatihan tersebut sangat ditunggu. Di masa pandemi, pelaku usaha harus melek digital.
”Ketika pemasaran bergerak ke arah digital, diperlukan foto yang menarik. Kami memerlukan pengetahuan bagaimana membuat foto yang menarik pembeli untuk membeli produk,” kata Nina.
Apalagi, usaha miliknya sangat terdampak pandemi. Omzetnya menurun hingga 50 persen per bulan sejak pandemi. Selama pandemi, ia berupaya bertahan dengan memanfaatkan sisa-sisa bahan untuk memproduksi masker.