Selain melalui restrukturisasi dan divestasi, sejumlah langkah ditempuh Waskita Karya untuk menyehatkan keuangannya. Badan usaha milik negara bidang konstruksi ini optimistis bisa mencatatkan kinerja lebih baik.
Oleh
Joice Tauris Santi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Badan usaha milik negara bidang konstruksi PT Waskita Karya (Persero) Tbk optimistis dapat bangkit dan mencatatkan kinerja baik. Langkah restrukturisasi utang dan kucuran modal dari pemerintah menjadi modal baru bagi Waskita untuk kembali mendapatkan kinerja positif.
Waskita telah mendapatkan persetujuan dari 21 bank untuk merestrukturisasi utangnya senilai Rp 29,2 triliun. Persetujuan itu meringankan beban keuangan perseroan. Pemerintah juga berkomitmen menyuntikkan modal sebesar Rp 7,9 triliun.
”Kami juga akan melakukan divestasi ruas jalan tol,” kata Direktur Utama Waskita Karya Destiawan Soewardjono dalam ketarangan pers virtual, Senin (20/9/2021).
Bisnis pembangunan jalan tol Waskita Karya terkena dampak pandemi Covid-19. Pembangunan beberapa ruas jalan tol terlambat penyelesaiannya. Selain itu, beberapa kreditor juga menghentikan kucuran kreditnya.
Langkah penyehatan melalui restrukturisasi dan divestasi merupakan bagian dari Program 8 Stream Penyehatan Keuangan Waskita. Selain kedua langkah itu, ada juga proses restrukturisasi perseroan induk dan anak usaha, penjaminan pemerintah, penyertaan modal negara (PMN), dan rights issue, penyelesaian konstruksi, transformasi bisnis, serta implementasi tata kelola perusahaan yang baik (GCG) dan manajemen risiko.
Dengan langkah tersebut, manajemen Waskita menargetkan pertumbuhan kinerja positif dengan rata-rata tingkat pertumbuhan tahunan (CAGR) hingga 25 persen pada 3-5 tahun ke depan. Dampak positif dari implementasi Program 8 Stream Penyehatan Keuangan Waskita juga mulai tecermin pada kinerja semester I-2021. Waskita mencatatkan laba bersih usaha sebesar Rp 33,4 miliar atau naik 102,5 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Tunda IPO
Sementara itu, rencana untuk melepaskan dua anak usaha Waskita Karya ke bursa melalui penawaran umum saham perdana (IPO) tertunda. ”IPO WKI (Waskita Karya Infrastruktur) dan WKR (Waskita Karya Realty) sepertinya harus ditunda karena Covid-19 sehingga kami belum bisa menyiapkan untuk itu,” ujar Destiawan.
Dalam satu tahun ke depan, Waskita akan memantau kinerja dua anak usaha yang akan dilepas ke bursa tersebut. Destiawan menyebutkan, Waskita Karya Realty dan Waskita Karya Infrastruktur dapat menawarkan sahamnya ke publik pada 2023.
”Kami harapkan pada tahun 2023 sudah dapat (IPO) supaya tahun depan bisa dilihat kinerja dari dua anak usaha tersebut sehingga tahun berikutnya kami bisa melanjutkan program IPO,” kata Destiawan.
Waskita Karya sudah melepaskan satu anak usahanya ke bursa, yaitu PT Waskita Beton Precast Tbk. Anak usaha itu masuk bursa pada 20 September 2016.
Integrasi Pelindo
Sementara itu, dalam sosialisasi penggabungan Pelabuhan Indonesia (Pelindo), Senin, beberapa pelanggan Pelindo bertanya tentang kontrak dan kerja sama. Entitas hasil penggabungan empat Pelindo akan menyesuaikan kontrak kerja sama yang sudah disepakati sebelumnya.
Direktur Operasi dan Komersial PT Pelindo III (Persero) Putut Sri Muljanto menjelaskan, kontrak-kontrak kerja sama yang telah berjalan akan tetap berjalan seperti yang telah dilaksanakan saat ini. Namun, jika ada kontrak baru, kontrak akan diubah atau diperpanjang dengan Pelindo hasil integrasi.
”Lalu, untuk kontrak yang masih jangka panjang, yakni di atas 5 tahun atau 10 tahun, akan dilakukan inovasi. Inovasi penggantian subyek dari sebelumnya Pelindo I/II/III/IV menjadi Pelindo,” ujarnya.
Pelanggan masih dapat menggunakan pengajuan keluhan sesuai dengan prosedur standar operasi yang saat ini digunakan pada setiap kawasan. Selanjutnya, kata Putut, setelah terjadi integrasi Pelindo akan memperbaiki dan membuat standar baku yang berlaku secara nasional.
Sementara prosedur pembayaran masih tetap sama. Penyesuaian logo dan lain-lain akan dilakukan mulai Oktober 2021.