Sektor Pertanian Masih Jadi Harapan di Masa Pandemi
Ketika ekonomi tumbuh negatif, bahkan resesi, karena tiga triwulan berturut-turut berada dalam teritori negatif, sektor pertanian seterusnya tumbuh positif dari tahun 2020.
Oleh
joice tauris santi
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di tengah pandemi Covid-19, sektor pertanian masih menjadi harapan, bahkan menunjukkan dapat bertahan. Ketika ekonomi Indonesia mengalami resesi dan terkontraksi minus 2,07 persen pada tahun lalu, sektor pertanian justru bertumbuh.
”Ketika ekonomi tumbuh negatif, bahkan resesi, karena tiga triwulan berturut-turut berada dalam teritori negatif, sektor pertanian seterusnya tumbuh positif dari tahun 2020,” kata Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bustanul Arifin dalam webinar bertajuk ”Pertanian Bantalan Resesi: Resiliensi Sektor Selama Pandemi Covid-19”, Senin (20/9/2021).
Jika melihat data dari Badan Pusat Statistik (BPS) per 5 Agustus 2021, terlihat bahwa sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan selalu tumbuh positif sejak 2019 dibandingkan tahun sebelumnya. Bahkan, pada triwulan pertama 2021, sektor pertanian membukukan kenaikan tertinggi sebesar 3,33 persen. Ketika itu, perekonomian Indonesia masih minus 0,74 persen.
”Maka dari itu, kami menyebut pertanian menjadi bantalan,” kata Bustanul lagi.
Jika melihat data dari Badan Pusat Statistik (BPS) per 5 Agustus 2021, terlihat bahwa sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan selalu tumbuh positif sejak 2019 dibandingkan tahun sebelumnya.
Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Bambang Pamudji mengatakan, pemerintah memiliki banyak program untuk meningkatkan ketahanan pangan terutama di kala pandemi, seperti memberlakukan relaksasi pembayaran kembali kredit usaha rakyat. Pemerintah juga membantu pengangkutan pangan dari daerah surplus ke daerah defisit pangan.
”Selain itu, digerakkan pula program Petani Mitra Pasar di seluruh provinsi,” ucap Bambang.
Mengenai rencana pembentukan BUMN Holding Pangan, Bambang sangat berharap badan yang akan menjadi mitra Kementerian Pertanian itu akan dapat melakukan fungsi koordinasi menjadi lebih baik lagi. ”Saya juga sangat berharap holding ini akan membantu para petani,” ujarnya.
Direktur Program Indef Esther Sri Astuti menambahkan, pandemi membuat distribusi pangan terganggu sekaligus membuat biaya transaksi menjadi meningkat. ”Terjadi pula penurunan daya beli baik pada masyarakat perdesaan maupun perkotaan,” katanya.
Menarik anak muda
Walaupun terbukti berdaya tahan, sektor pertanian menjadi sektor yang semakin lama ditinggalkan anak muda. ”Petani jeruk di Jawa Barat, sekitar 50 persen berusia di atas 55 tahun. Jeruk itu seperti sawit, harus ditunggu tiga tahun hingga menghasilkan. Anak muda biasanya mau yang cepat,” kata Rizal Fahreza, petani jeruk dan pegiat Eptilu Garut.
Rizal mengatakan, sebenarnya masih banyak peluang pada sektor pertanian. Membuat agrowisata jeruk seperti yang sedang dikembangkannya merupakan salah satu perluasan kegiatan petani jeruk.