Masuk ke bursa AS dengan menggunakan perusahaan cangkang SPAC merupakan langkah yang diminati karena memangkas waktu dan biaya. SPAC adalah perusahaan kosong yang dimerger dengan perusahaan yang berminat masuk ke bursa.
Oleh
joice tauris santi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT MNC Vision Networks Tbk membatalkan rencana anak usahanya masuk ke bursa Nasdaq Amerika Serikat. Transaksi merger antara anak usaha MNC Visions, yaitu PT Asia Vision Network (AVN), dan Malacca Straits Acquisition Company Limited (MLAC) juga batal.
MLAC merupakan perusahaan cangkang atau special purpose acquisition company (SPAC) yang sedianya akan digunakan untuk masuk ke bursa Nasdaq. Masalah valuasi menjadi faktor yang membatalkan rencana ini.
Pada 23 Maret 2021, manajemen MNC Visions Network memberikan pernyataan resmi bahwa anak usahanya, AVN, akan melakukan penggabungan usaha dengan MLAC. Dengan langkah ini, nilai performa perusahaan diperkirakan akan mencapai Rp 8 triliun. Aksi korporasi ini ditargetkan pada kuartal kedua atau ketiga 2021.
”Memasuki tahun 2021, terjadi banyak sekali transaksi SPAC di Nasdaq sehingga berpengaruh terhadap valuasi karena SPAC menjadi overcrowded,” demikian keterangan tertulis dari Sekretaris Perusahaan MNC Networks Muharzi Hasril kepada Bursa Efek Indonesia, Jumat (17/9/2021), menjelang tengah malam. Penjelasan MNC Networks tersebut menjawab pertanyaan BEI seputar rencana korporasi itu.
Masuk ke bursa AS dengan menggunakan perusahaan cangkang SPAC merupakan langkah yang diminati karena memangkas waktu dan biaya. SPAC merupakan perusahaan kosong yang dimerger dengan perusahaan yang berminat masuk ke bursa. Dalam dua tahun, SPAC harus mendapatkan perusahaan yang mau menggunakannya. Jika tidak ada, SPAC tersebut diharuskan bubar.
Menurut SPAC Reaserch, jumlah SPAC mulai marak pada Oktober 2020. Ketika itu, ada 33 transaksi SPAC dan mencapai puncak pada Maret 2021 dengan pembentukan 106 SPAC. Lalu, otoritas bursa AS memperketat aturan masuk bursa melalui SPAC dan membuat pembentukan SPAC pada April merosot menjadi 10 saja. Salah satu unicorn Asia yang bersiap masuk ke bursa AS dengan SPAC adalah Grab.
Muharzi menambahkan, ramainya SPAC memengaruhi valuasi sehingga saham MLAC tetap berada di bawah nilai nominal sebesar 10 dollar AS per saham. Setelah melalui penjajakan berbagai roadshow, MLAC dan AVN akhirnya sepakat untuk tidak melanjutkan transaksi. ”Hal lain yang melatarbelakangi keputusan di atas adalah makin bergairahnya investor di BEI terhadap perusahaan yang bergerak di bidang digital, termasuk fokus bisnis AVN,” jelas Muharzi lagi.
FinAccel
Perusahaan lain yang sedang menjajaki masuk ke bursa AS adalah FinAccel Teknologi Indonesia. FinAccel yang berkantor pusat di Singapura merupakan perusahaan induk dari Kredivo, platform pemberi kredit instan. FinAccel juga merupakan pemilik baru Bank Bisnis International Tbk dengan kepemilikan 24 persen. Masuknya FinAccel membuat kinerja Bank Bisnis International melonjak.
FinAccel akan merger dengan SPAC VPC Impact Acquisition Holdings II yang terdaftar di bursa Nasdaq. Dalam keterangan tertulisnya awal Agustus lalu, CEO dan Co-Founder FinAccel Akshay Garg menyebutkan, hasil penjualan saham ke publik itu akan digunakan untuk ekspansi bisnis dan membuka lini bisnis baru.