Sebanyak 16,4 Miliar Saham BRI Telah Dieksekusi Investor
Sebagian besar investor yang memegang saham PT Bank BRI Tbk sudah mengeksekusi hak memesan efek terlebih dahulu atau ”right issue”.
Oleh
joice tauris santi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebagian besar investor yang memegang saham PT Bank BRI Tbk sudah mengeksekusi hak memesan efek terlebih dahulu atau right issue. Sementara itu, para pemegang saham PT Chandra Asri Petrochemical Tbk telah berhasil menyelesaikan proses right issue dengan total penyerapan dana sebesar Rp 15,5 triliun.
Dalam keterbukaan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (15/9/2021), Direktur Utama Datindo Entrycom E Agung Setiawati menyatakan bahwa jumlah hak memesan efek terlebih dahulu yang sudah dieksekusi sebanyak 16.382.004.403 saham. Jadi, total saham disetor menjadi 139.727.814.403. Datindo merupakan biro administrasi efek yang mengadministrasi saham BRI.
Dari jumlah tersebut, sebagian besar merupakan setoran modal inbreng dari pemerintah. Dua hari lalu, pemerintah telah menyerahkan PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (PMNM) (Persero) kepada BRI sebagai setoran modal nontunai.
Para investor masih dapat mengeksekusi haknya sampai 22 September mendatang. BRI sedang melaksanakan aksi korporasi untuk menambah modal dalam rangka pembentukan holding ultramikro. Jumlah penambahan modal ini total mencapai Rp 95 triliun jika seluruh hak yang diberikan kepada para investor dilaksanakan. Dengan melaksanakan hak tersebut, para investor dapat membeli saham BRI dengan harga Rp 3.400, lebih rendah dibandingkan dengan harga saham saat ini yang senilai Rp 3.650. Aksi korporasi dengan right issue ini merupakan yang terbesar dalam sejarah bursa Indonesia.
Chandra Asri
Di tengah pandemi, emiten-emiten di BEI banyak yang berupaya menambah modal untuk melakukan ekspansi usaha. Direktur BEI I Gede Nyoman Yetna menyampaikan, sepanjang tahun ini sudah ada 44 emiten yang mendaftar untuk melakukan aksi korporasi right issue. Total dana yang terkumpul ditargetkan sebesar Rp 116,57 triliun.
Emiten lain yang telah menyelesaikan proses right issue dalam jumlah besar adalah PT Chandra Asri Petrochemical Tbk.
”Hasil bersih yang diperoleh akan digunakan untuk pengembangan dan pembangunan komplek petrokimia pada PT Chandra Asri Perkasa,” kata Direktur Sumber Daya Manusia dan Urusan Korporasi Chandra Asri, Suryandi, dalam keterangan tertulisnya. Jumlah saham yang beredar bertambah dari 17,8 miliar menjadi 21,8 miliar saham. Total dana yang diharapkan diserap dalam right issue ini sebesar Rp 15,5 triliun, salah satu right issue yang terbesar.
Pembeli siaga dalam right issue ini adalah PT TOP Investment Indonesia yang merupakan anak perusahaan Thai Oil Public Company. Thai Oil menjadi salah satu pemegang saham utama Chandra Asri dengan kepemilikan 15 persen. Pemegang saham utama lain adalah PT Barito Pacific dan SCG Chemicals Company. Adapun pemegang saham publik sebesar 8 persen.
Dalam keterbukaan di BEI, pemegang saham lain, SCG Chemicals Company, sudah melaksanakan haknya dengan membeli 1,15 miliar saham Chandra Asri seharga Rp 4.082 per saham. Total pembelian saham oleh SCG senilai Rp 4,73 triliun.
Sementara itu, pemegang saham emiten peritel PT Matahari Putra Prima Tbk sudah memberikan restu terkait usulan untuk melakukan right issue. Jumlah right issue yang direncanakan Matahari Putra Prima sekitar 15,5 persen atau 1,17 miliar saham dari total saham yang dicatatkan. Berapa besaran harga pelaksanaan right issue belum ditentukan. Jika dihitung secara kasar dari kisaran harga saham Matahari saat ini, dengan 15,5 persen saham baru diperkirakan akan didapatkan dana segar sebesar Rp 1 triliun.
Di antara 44 emiten yang sudah mendaftarkan aksi korporasi ini, ada 13 bank yang melakukan right issue dalam rangka menambah modal agar dapat memenuhi aturan dari Otoritas Jasa Keuangan.