Kalangan perbankan menyasar penyaluran kredit pemilikan rumah atau KPR dari konsumen kalangan milenial. Berbagai program disiapkan untuk membantu kalangan ini mendapatkan hunian melalui KPR.
Oleh
benediktus krisna yogatama
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Industri perbankan semakin intensif menyasar kalangan milenial sebagai target penyaluran kredit pemilikan rumah atau KPR. Perbankan berupaya menjalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk dapat menyediakan rumah dengan harga terjangkau, tetapi dekat dengan tempat kerja dan akses transportasi.
Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Haru Koesmahargyo menjelaskan, kalangan milenial merupakan kelompok konsumen yang mempunyai kebutuhan tinggi akan rumah yang tak jauh dari tempat mereka bekerja. Namun, persoalannya, harga rumah seperti ini relatif mahal dan sulit dijangkau kalangan milenial yang umumnya baru bekerja dan meniti karier.
”Kalangan milenial adalah kalangan konsumen yang punya pasar nyata dan potensi yang besar. Rumah juga merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang harus dipenuhi, termasuk oleh kalangan milenial,” ujar Haru dalam kunjungannya ke kantor redaksi Kompas, Selasa (14/9/2021).
Untuk menyediakan harga rumah yang terjangkau oleh kalangan milenial, menurut Haru, pihaknya bekerja sama dengan sejumlah BUMN Karya, seperti Wijaya Karya, Perumnas, Adhi Karya, dan Pembangunan Perumahan, yang memiliki bank tanah.
Melalui sinergi dengan BUMN-BUMN tersebut, dibangunlah hunian berbentuk apartemen atau rumah susun dengan konsep pengembangan berorientasi transit (transit oriented development/TOD). Dengan KPR yang disalurkan BTN, kalangan milenial diharapkan bisa membeli apartemen yang terintegrasi atau berdekatan dengan sistem transportasi seperti KRL sehingga akan memudahkan akses ke tempat kerja.
”Idenya adalah membantu memberikan hunian yang dekat atau terintegrasi dengan sistem transportasi kepada milenial,” ujar Haru.
Ia juga mengatakan, saat ini merupakan waktu yang tepat bagi kalangan milenial untuk membeli rumah. Sebab, saat ini harga rumah cenderung turun. Pada saat bersamaan bunga KPR pun makin rendah seiring melimpahnya likuiditas perbankan.
Upaya penyaluran KPR dengan menyasar kalangan milenial juga dilakukan oleh PT Bank Central Asia Tbk. Pada pembukaan acara KPR BCA ONLINEXPO, Rabu pekan lalu, Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menjelaskan, kalangan milenial, masyarakat urban, ataupun segmen pekerja muda lain adalah pasar yang besar dan butuh hunian.
Untuk menarik minat milenial, BCA menawarkan suku bunga KPR yang terjangkau. Pada periode promo KPR BCA ONLINEXPO yang berlangsung 9 September hingga 10 Oktober itu, BCA menawarkan beragam pilihan suku bunga KPR yang ringan dan fleksibel, salah satunya adalah Fixed 3 tahun sebesar 4,5 persen yang berlaku untuk rumah baru dan rumah tangan kedua.
Sepanjang tahun ini hingga Agustus 2021, BCA telah menyalurkan KPR baru sebesar Rp 20,5 triliun. Tahun lalu, total penjualan KPR baru BCA mencapai Rp 17,18 triliun, lebih rendah dari tahun 2019 yang mencapai Rp 26 triliun.
Kinerja
Haru juga mengatakan, pada semester pertama tahun ini penyaluran kredit BTN sebesar Rp 265,9 triliun, bertumbuh 5,59 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Adapun penyaluran KPR setara dengan 89,84 persen dari total kredit BTN atau sebesar Rp 238,9 triliun. Sisanya berasal dari kredit lainnya, seperti kredit mikro dan kredit konsumsi.
Dari total kredit KPR, sebesar Rp 126,2 triliun berasal dari KPR untuk rumah subsidi. Dalam menyalurkan KPR bersubsidi, pihaknya bekerja sama dengan pemerintah yang menyediakan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Salah satu syaratnya adalah KPR ini diberikan pada masyarakat berpendapatan rendah (MBR) dengan nilai pendapatan maksimal Rp 8 juta per bulan.
Haru menjelaskan, BTN mulai menyalurkan KPR sejak 1976 dan hingga saat ini pihaknya sudah menyalurkan KPR subsidi untuk 3,6 juta unit rumah.
BTN tercatat sebagai bank yang menyalurkan KPR subsidi terbesar dengan porsi mencapai 87 persen dari total KPR subsidi secara nasional.
Pada semester pertama tahun ini aset BTN mencapai Rp 380,51 triliun atau meningkat 21 persen secara tahunan. Perseroan juga mencatat pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 31,8 persen menjadi Rp 298,37 triliun. Rinciannya terdiri dari giro sebesar Rp 68,75 triliun, tabungan sebesar Rp 43,04 triliun, dan deposito sebesar Rp 186,58 triliun.
Adapun laba perseroan pada semester pertama tahun ini Rp 920 miliar atau tumbuh 19,9 persen secara tahunan. (BKY)