Dapat Suntikan Modal, Xendit dan Pluang Perkuat Layanan
Pada pekan ini, dua perusahaan rintisan bidang teknologi finansial asal Indonesia, yakni Xendit dan Pluang, mencatatkan perolehan pendanaan baru. Keduanya ingin memperkuat layanan utama dan eksplorasi produk baru.
Oleh
Mediana
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Suntikan investasi ke perusahaan rintisan bidang teknologi finansial masih tetap terjadi selama pandemi Covid-19. Pendanaan yang diperoleh dipakai untuk mengeksplorasi bentuk-bentuk layanan finansial baru berbasis digital yang relevan bagi konsumen.
Perusahaan rintisan bidang teknologi finansial Xendit, misalnya, mengumumkan perolehan suntikan pendanaan sebesar 150 juta dollar AS atau senilai Rp 2,1 triliun. Tiger Global Management memimpin putaran pendanaan itu, diikuti beberapa investor, seperti Accel, Amasia, dan Goat Capital. Perolehan investasi itu meningkatkan valuasi perusahaan menjadi satu miliar dollar AS atau unicorn.
Co-Founder dan Chief Operation Officer Xendit Tessa Wijaya, dalam konferensi pers secara daring, Rabu (15/9/2021), di Jakarta, menyebutkan, ada beberapa rencana pengembangan bisnis yang dilakukan setelah memperoleh suntikan pendanaan. Rencana pertama ialah memperkuat layanan gerbang pembayaran untuk segala transaksi digital. Rencana kedua, Xendit memperluas bisnis ke layanan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi.
”Sejak awal berdiri enam tahun lalu, kami melayani segmen perusahaan mulai dari sesama perusahaan rintisan bidang teknologi hingga usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Rencana pengembangan bisnis akan kami peruntukkan bagi mereka,” ujarnya.
Untuk produk layanan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi, Tessa menjelaskan, sejumlah pengguna UMKM memang punya keterbatasan akses permodalan dari bank. Harapannya, saat Xendit punya produk baru itu, Xendit bisa mengakuisisi lebih banyak UMKM.
Setiap tahun rata-rata total transaksi yang diproses melalui sistem gerbang pembayaran Xendit mencapai 10 miliar dollar AS. Jumlah perusahaan rintisan bidang teknologi yang memakai layanan Xendit telah mencapai 2.000 perusahaan. Adapun selama pandemi Covid-19, khususnya, Xendit mendapat tambahan 10.000 pengguna berlatar belakang UMKM.
Xendit saat ini telah memiliki cabang di Filipina. Tessa mengklaim, di negara itu Xendit juga menjadi perusahaan rintisan bidang teknologi khusus gerbang pembayaran terbesar. Hanya saja, dengan perolehan dana segar Rp 2,1 triliun, Tessa belum menyebut detail negara di Asia Tenggara lainnya yang akan jadi sasaran perluasan pangsa pasar.
Dia menambahkan, selama pembatasan sosial karena pandemi Covid-19, masyarakat semakin terbiasa membayar transaksi memakai metode pembayaran digital. Pelaku UMKM juga demikian. Di berbagai platform perdagangan secara elektronik atau e-dagang, mereka kini menerima pembayaran digital demi mengikuti pergeseran perilaku konsumen itu.
”Kami memanfaatkan momentum itu untuk memperkuat produk gerbang pembayaran kami dengan cara menghadirkan satu sistem yang terintegrasi di aplikasi Xendit. Produk kami seperti itu bisa berjalan di atas metode pembayaran lokal dan internasional,” kata Tessa.
Awal pekan ini, perusahaan rintisan bidang teknologi finansial khusus investasi, Pluang, mengumumkan telah menerima suntikan investasi sebesar 35 juta dollar AS. Sebelumnya, pada Maret 2021, Pluang sudah memperoleh pendanaan 20 juta dollar AS. Dengan demikian, total dana yang sudah diterima perusahaan mencapai 55 juta dollar AS. Pendanaan tersebut dipimpin oleh Square Peg Capital Pte Ltd. Sejumlah investor lain yang terlibat meliputi, antara lain, UOB Venture Management, Go-Ventures, dan Openspace Ventures.
Pluang berdiri sejak 2019. Pluang menyediakan layanan investasi mulai dari emas, reksa dana, sampai aset kripto. Saat ini, layanan investasi emas dari Pluang juga bisa diakses melalui aplikasi Gojek. Pluang juga hadir di aplikasi Bukalapak dan dompet elektronik Dana.
Salah satu pendiri Pluang, Claudia Kolonas, mengatakan, tambahan perolehan suntikan pendanaan akan dipakai untuk menambah sumber daya manusia dan inovasi produk. Jumlah pengguna terdaftar di Pluang mencapai 3 juta orang. Di antara mereka merupakan investor pemula. Ketika ada penambahan sumber daya manusia ataupun produk baru, Pluang berharap bisa mengakuisisi lebih banyak pengguna.
Peta persaingan
Nailul Huda, peneliti pada Institute for Development of Economics and Finance (Indef), saat dihubungi terpisah berpendapat, tujuan pendanaan dalam industri usaha rintisan bidang teknologi, termasuk teknologi finansial (tekfin), ialah mengembangkan pangsa pasar dan inovasi produk. Dua tujuan ini mampu membuat peta persaingan di industri jasa keuangan yang terkait setiap bidang yang dipunyai perusahaan rintisan ikut berubah.
Sebagai contoh, di sektor gerbang pembayaran. Suntikan pendanaan yang diterima oleh Xendit baru-baru ini berpotensi membuatnya punya pangsa pasar lebih luas mendekati pangsa pasar Doku dan pemain gerbang pembayaran lainnya.
”Dengan penetrasi internet yang cepat serta sejumlah warga generasi milenial, dan Z yang adoptif terhadap internet juga memengaruhi investor masih melihat besarnya potensi tekfin di Indonesia,” ujarnya.
Berdasarkan laporan studi Fintech in ASEAN (2020) yang dikerjakan oleh UOB, PwC, dan Singapore Fintech Association, pada 2019, lebih dari 1 miliar dollar AS uang investor mengalir ke perusahaan rintisan bidang tekfin di Asia Tenggara. Hambatan ekonomi makro dan ketidakpastian pemulihan pandemi Covid-19 menyebabkan suntikan pendanaan ke perusahaan rintisan bidang tekfin turun jadi sekitar 903,65 juta dollar AS pada triwulan III-2020.
Pada 2019, lebih dari 1 miliar dollar AS uang investor mengalir ke perusahaan rintisan bidang tekfin di Asia Tenggara.
Studi itu juga menyebutkan, berdasarkan wawancara dan survei kepada 109 perusahaan rintisan bidang teknologi finansial yang beroperasi di Asia Tenggara ditemukan ada perusahaan yang memangkas biaya operasional. Mereka mencoba mengubah proses bisnis yang sepenuhinya digital, cari pasar baru, dan mengeksplorasi lini produk baru untuk mendorong pertumbuhan usaha.
Di sisi lain, pembatasan sosial karena pandemi Covid-19 mendorong akselerasi pemakaian layanan digital sehingga menciptakan peluang bisnis bagi perusahaan rintisan bidang tekfin di Asia Tenggara. Mereka juga masih bisa menggali potensi produk baru untuk mengatasi persoalan lama, seperti masih banyak populasi penduduk Asia Tenggara tidak memiliki rekening bank.
Layanan tekfin pembayaran masih akan menjadi sektor yang dominan digarap. Lalu, teknologi asuransi dan pinjaman alternatif menjadi area bisnis tambahan yang menarik dikembangkan lebih jauh oleh perusahaan rintisan bidang tekfin.