Indonesia Tuan Rumah Pertemuan ”Global Tourism Forum Leaders” Asia 2021
Selain membahas investasi dan akses pendanaan pariwisata berkelanjutan, forum yang mempertemukan pemerintah dan pemimpin industri pariwisata tingkat Asia ini membicarakan sejumlah topik pariwisata di era normal baru.
Oleh
Mediana
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan Global Tourism Forum Leaders Summit Asia 2021 yang digelar secara luring-daring pada 15-16 September 2021. Indonesia berencana menggunakan forum yang mempertemukan pemerintah dan pemimpin industri pariwisata tingkat Asia ini sebagai ajang promosi investasi pariwisata berkelanjutan.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga S Uno, dalam telekonferensi pers Global Tourism Forum Leaders Summit Asia 2021, Selasa (14/9/2021), di Jakarta, mengatakan, penerimaan devisa di sektor pariwisata pada tahun 2020 anjlok 80 persen dibandingkan dengan tahun 2019.
Pada tahun 2021, penurunan penerimaan devisa pariwisata diperkirakan masih terjadi, tetapi dia berharap angka penurunannya tidak sebesar tahun 2020. Sebab, penurunan pendapatan devisa di sektor ini turut berdampak pada lapangan kerja.
Sandiaga mengakui, sejumlah negara di Asia Tenggara sudah lebih dulu membuka batas dengan kembali menerima wisatawan mancanegara. Dia menegaskan, Indonesia memilih tidak akan berebut kunjungan wisatawan mancanegara, tetapi menonjolkan sikap meningkatkan kunjungan berkualitas dan mengajak negara-negara di Asia Tenggara untuk berkolaborasi.
Pelaku industri pariwisata nasional, misalnya, bisa membuat pola perjalanan (travel pattern) atau paket Phuket (Thailand)-Langkawi (Malaysia)-Bali (Indonesia). Bersama negara ASEAN lainnya, Indonesia mempromosikan selalu pentingnya kesehatan.
Di dalam negeri pun, kata Sandiaga, Presiden Joko Widodo telah mengamanatkan untuk meningkatkan cakupan vaksinasi Covid-19 sampai 70 persen sambil mengoptimalkan implementasi protokol kesehatan. Indonesia saat ini masih mengejar perluasan vaksinasi serta memperbanyak sertifikasi kebersihan, kesehatan, dan keberlanjutan lingkungan (CHSE).
Uji coba 20 taman wisata/tempat rekreasi yang berlangsung pekan ini akan jadi bahan evaluasi menuju pelaksanaan kunjungan wisatawan yang berkualitas dengan memperhatikan protokol kesehatan Covid-19 secara ketat. Bali juga sedang dipersiapkan segala fasilitas protokol kesehatannya untuk dibuka kembali bagi kunjungan wisatawan mancanegara sambil menunggu penurunan angka kematian karena Covid-19.
”Bagi kami, Global Tourism Forum Leaders Summit Asia 2021 membawa dua pesan penting, yaitu kepercayaan diri dan harapan dari Indonesia. Kepercayaan diri bahwa sertifikasi CHSE sebagai acuan menggapai pariwisata berkualitas,” ujar Sandiaga.
President World Tourism Forum Institute Bulut Bagci optimistis, industri pariwisata Indonesia masih menjadi salah satu ”bintang yang bersinar” di Asia. Industri pariwisata Indonesia masih tetap menarik bagi investor.
”Bagaimana menggaet kembali investor setelah pandemi Covid-19 usai dan bagaimana Indonesia memberikan promosi kepada dunia agar mau berinvestasi. Investor bisa berasal dari kalangan pemerintah ataupun swasta,” katanya.
CEO Global Tourism Forum Sumaira Isaacs berpendapat, industri pariwisata tidak akan kembali ke masa sebelum ada pandemi Covid-19. Di tingkat internasional, sejumlah negara sudah membahas pariwisata normal baru yang salah satunya menekankan pada aktivitas pengurangan perubahan iklim. Oleh karena itu, upaya menggaet investasi-investasi yang masuk ke dalam negeri semestinya mengikuti tren itu.
Global Tourism Forum Leaders Summit Asia 2021 akan diikuti 49 pembicara internasional dan 22 orang pembicara dari Indonesia. Selain membahas mengenai investasi dan akses pendanaan pariwisata berkelanjutan, forum akan membicarakan sejumlah topik pariwisata di era normal baru. Misalnya, transformasi digital pariwisata dan transformasi industri pariwisata di bawah kepemimpinan perempuan.
Data terbaru Organisasi Pariwisata Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNWTO) pada Agustus 2021 menunjukkan bahwa selama lima bulan pertama tahun 2021, destinasi dunia mencatat kedatangan internasional 147 juta lebih sedikit dibandingkan periode yang sama tahun 2020 atau 460 juta lebih rendah dari tahun pra-pandemi 2019. Namun, data memang menunjukkan peningkatan yang relatif kecil di bulan Mei. Tren kenaikan tipis ini muncul karena beberapa destinasi mulai melonggarkan pembatasan dan kepercayaan konsumen sedikit meningkat.
Berdasarkan wilayah, Asia dan Pasifik terus mengalami penurunan kunjungan wisatawan mancanegara terbesar dengan penurunan kedatangan internasional sebesar 95 persen dalam lima bulan pertama tahun 2021 dibandingkan periode yang sama tahun 2019. Eropa mencatat penurunan kedatangan terbesar kedua (-85 persen), diikuti oleh Timur Tengah (-83 persen), dan Afrika (-81 persen).
Amerika mengalami penurunan yang relatif lebih kecil, yaitu sebesar 72 persen. Pada bulan Juni 2021, jumlah tujuan dengan penutupan penuh perbatasan menurun menjadi 63 tujuan, dari 69 tujuan pada Februari. Dari jumlah tersebut, 33 tujuan berada di Asia dan Pasifik, sementara hanya tujuh di Eropa.