Banjir Relokasi Industri di ASEAN dan RI
Perusahaan-perusahaan AS, Korea Selatan, dan Jepang merelokasi industrinya dari China ke negara-negara di kawasan ASEAN pada 2019-2020. Perusahaan rantai nilai global bahkan membujuk perusahaan pemasoknya untuk pindah.
Negara-negara di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, kebanjiran relokasi industri dan investasi langsung dari China. Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara atau ASEAN menyebutkan, hal itu merupakan buah dari perang dagang Amerika Serikat-China serta Prakarsa Sabuk dan Jalan atau megaproyek Jalur Sutera Baru China.
ASEAN juga menyatakan, hal ini merupakan momen penting bagi ASEAN untuk menjadi kawasan unggul dalam rantai pasok global seturut dengan Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2025. Banjir investasi juga menjadi modal dasar kawasan untuk menopang pemulihan ekonomi di tengah dan pascapandemi Covid-19.
Laporan Investasi ASEAN 2020-2021: Investasi di Industri 4.0 yang diluncurkan ASEAN dan UNCTAD pada 8 September 2021 menyebutkan, total nilai investasi asing langsung (FDI) pada 2019 sebesar 182 miliar dollar AS. Adapun pada 2020, total nilai FDI itu turun menjadi 137 miliar dollar AS lantaran imbas pandemi Covid-19.
Kendati begitu, kawasan ASEAN ketiban buah investasi dari relokasi perusahaan dari China yang dilakukan oleh perusahaan asal AS, Korea Selatan, dan Jepang pada 2019 dan 2020. Hal itu terjadi karena semakin tingginya biaya produksi akibat kenaikan tarif yang disebabkan perang dagang AS-China. Pertimbanganan lainnya ialah perusahaan-perusahaan itu ingin membangun dan memperkuat rantai nilai global (global value chain/GVC) di kawasan ASEAN.
ASEAN mencontohkan, ada 23 perusahaan yang hengkang dari China lantaran alasan kenaikan biaya produksi ke negara-negara di ASEAN dan empat di antaranya ke Indonesia. Keempat perusahaan yang berpindah ke Indonesia adalah perusahaan lampu tenaga surya Alpan Lightning (AS) pada 2020, perusahaan otomotif Hyundai (Korea Selatan) pada 2019, perusahaan pakaian jadi dan tekstil Parkland (Korea Selatan) pada 2020, dan perusahaan kabel Volex (AS) pada 2019.
Kawasan ASEAN ketiban buah investasi dari relokasi perusahaan dari China yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan AS, Korea Selatan, dan Jepang pada 2019 dan 2020. Hal itu terjadi karena semakin tingginya biaya produksi akibat kenaikan tarif yang disebabkan perang dagang AS-China.
Bahkan, laporan itu juga menyebutkan, beberapa perusahaan yang berperan besar dalam GVC elektronik juga membujuk para pemasoknya untuk mendiversifikasi 30 persen produksi ke luar China, terutama ke negara-negara di kawasan ASEAN. Apple (AS) membujuk GoerTek (China), perakit AirPods terkemuka, untuk memindahkan sebagian produksinya ke Vietnam pada 2019. Perusahaan tersebut telah menginvestasikan 260 juta dollar AS untuk mengalihkan produksinya ke Vietnam.
Pemasok Apple lainnya, seperti Luxshare Precision Industry (China), yang memasok headphone nirkabel. Selain itu, ada juga Inventec (Taiwan) yang merakit AirPods, juga telah memindahkan sebagian produksi ke Vietnam.
Dilaporkan juga, beberapa perusahaan multinasional telah merelokasi sebagian pabrik mereka dari China dan Jepang ke Indonesia pada 2020. Perusahaan-perusahaan dari Taiwan, China, itu antara lain produsen ban (Kenda Rubber Industrial) dan sistem audio (Meiloon Industrial). Adapun dari Jepang yang merelokasi perusahaannya, antara lain, produsen komponen elektronik (Sagami Electric), alat-alat elektronik (Panasonic), dan suku cadang otomotif (Denso).
Pada 2020, perusahaan lain yang juga mendiversifikasi usaha ke Indonesia adalah LG Chemicals (Korea Selatan). Perusahaan multinasional itu akan membangun fasilitas industri baterai kendaraan listrik terintegrasi, termasuk smelter, senilai 9,8 miliar dollar AS.
Baca juga : Indonesia Berambisi Jadi Pemain Baterai Listrik Dunia
Dalam pernyataan bersama (joint statement) hasil pertemuan para menteri ekonomi ASEAN (AEM) ke-53 di Brunei Darussalam, 8-9 September 2021, disebutkan, investasi merupakan salah satu sektor penting yang tengah digarap ASEAN untuk mengatasi tantangan dan imbas pandemi sesuai dengan Kerangka Kerja Pemulihan Komprehensif ASEAN (ASEAN Comprehensive Recovery Framework/ACRF). ACFR di bidang investasi itu antara lain mencakup Peluang Investasi di ASEAN 2021 bertajuk ”Investasi di ASEAN: Menuju Pertumbuhan yang Tangguh di Normal Baru”.
”Hal ini juga menjadi bagian penting dalam diskusi penyusunan daftar syarat investasi dalam Perjanjian Investasi Komprehensif ASEAN (ACIA),” ujar Dato Amin Liew Abdullah, Menteri Kuangan dan Ekonomi II Brunei Darussalam dan juga Ketua ASEAN 2021, melalui siaran pers.
Investasi China
Selain ketiban relokasi tersebut, ASEAN juga menerima ”migrasi” ekspansi industri milik perusahaan-perusahaan China yang juga terimbas kenaikan tarif bahan baku akibat perang dagang AS-China. Di samping itu, ASEAN juga mendapatkan investasi pengembangan infrastruktur yang terkait dengan mega proyek Prakarsa Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative/BRI) China.
ASEAN mencatat, sejak pembentukan hubungan dialog antara ASEAN dan China pada 1991, hubungan perdagangan dan ekonomi terus berkembang. Total nilai perdagangan barang antara ASEAN dan China mencapai 516,9 miliar dollar AS pada 2020, tumbuh 1,8 persen dibandingkan pada 2019.
FDI China ke ASEAN pada tahun 2020 senilai 7,6 miliar dollar AS, menyumbang 5,5 persen dari total FDI ASEAN. Hal itu menempatkan China sebagai sumber FDI terbesar keempat di antara negara-negara mitra ASEAN yang lain. Dalam satu dekade terakhir, FDI China ke ASEAN meningkat sebesar 65 persen dari rata-rata tahunan 6,9 miliar dollar AS pada 2011-2015 menjadi 11,5 miliar dollar AS pada 2016-2020.
Dalam satu dekade terakhir, FDI China ke ASEAN meningkat sebesar 65 persen dari rata-rata tahunan 6,9 miliar dollar AS pada 2011-2015 menjadi 11,5 miliar dollar AS pada 2016-2020.
Disebutkan pula, pada 2019, investasi saham atas FDI China yang masuk ke negara-negara dalam rute BRI mencapai 180 miliar dollar AS atau 8,2 persen dari total investasi saham China terhadap dunia. Sepuluh negara tujuan BRI teratas adalah Singapura, Indonesia, Rusia, Laos, Malaysia, Uni Erimat Arab, Kazakhstan, Thailand, Vietnam, dan Kamboja.
Khusus untuk kawasaan ASEAN, total investasi saham China untuk pengembangan BRI ini sebesar 60 persen atau sekitar 108 miliar dollar AS. ASEAN mencontohkan, untuk Indonesia, ada enam proyek yang terkait dengan BRI China senilai total 15,8 miliar dollar AS pada 2015-2020. Proyek-proyek itu, antara lain, pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung dan pembangkit listrik tenaga air.
Baca juga : Tambal Pembengkakan Biaya Proyek Kereta Cepat, PMN Rp 4,1 Triliun Disiapkan
Perdagangan dan investasi ASEAN dengan China diperkirakan semakin berkembang pada saat Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) mulai dimplementasikan. Pada 13 September 2021, para menteri ekonomi di kawasan ASEAN, termasuk China, sepakat mendorong pemberlakukan RCEP pada 1 Januari 2022. Hal itu tertuang dalam dokumen pernyataan bersama ”Peningkatan Perdagangan dan Ekonomi” hasil pertemuan para menteri bidang ekonomi di kasawasan ASEAN dengan menteri perdagangan China (ASEAN-Mofcom) ke-20.
Indonesia sebagai negara koordinator perundingan (RCEP) mendorong negara-negara di ASEAN untuk mempercepat proses ratifikasi perundingan tersebut. Indonesia mengapresiasi Singapura dan Thailand yang telah menyelesaikan ratifikasi RCEP.
”Selain berkomitmen menyelesaikan ratifikasi, Indonesia juga mendorong negara-negara di kawasan ASEAN yang lain untuk mempercepat ratifikasi dan memastikan target implementasi RCEP pada awal 2022 dapat tercapai,” ujar Menteri Perdagangan RI Muhammad Lutfi.
Saat ini, lanjut Lutfi, Indonesia sudah memasuki tahap pembahasan ratifikasi bersama parlemen. Pemerintah telah meminta parlemen untuk segera menuntaskannya pada Oktober 2021.
Kementerian Perdagangan mencatat, RCEP bisa memberi tambahan surplus neraca perdagangan Indonesia senila 300 juta dollar AS pada tahun pertama implementasi perjanjian. Sementara dalam jangka panjang, nilai ekspor bisa meningkat 5,01 miliar dollar AS dan menumbuhkan investasi sekitar 0,13 persen atau Rp 24,53 triliun pada 2040.
Baca juga: