Holding Ultramikro Dorong Efisiensi dan Bunga Pinjaman yang Lebih Murah
Holding ultramikro diharapkan membentuk ekosistem yang kuat dan membawa banyak manfaat bagi para nasabah ultramikro.
Oleh
joice tauris santi
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah melalui Kementerian BUMN menyerahkan dua perusahaan, yaitu PT Permodalan Nasional Madani (Persero) dan PT Pegadaian (Persero), untuk digabungkan dengan PT Bank BRI Tbk menjadi holding ultramikro. Integrasi tiga perusahaan pelat merah ini diharapkan membentuk ekosistem ultramikro yang kuat dan membawa banyak manfaat bagi para nasabah ultramikro.
Bank BRI telah melakukan penambahan modal melalui penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (right issue) untuk pembentukan holding ultramikro ini. Pemerintah sebagai pemegang saham BRI tidak menyetorkan modal, melainkan menyetorkan dua perusahaan tersebut (inbreng). Setelah right issue, kepemilikan saham pemerintah di BRI tidak terdilusi. Penandatanganan akta penyerahan PNM dan Pegadaian sebagai setoran modal ke BRI dilaksanakan oleh Menteri BUMN Erick Thohir di Jakarta, Senin (13/9/2021)
”Saya berterima kasih atas komitmen ketiga BUMN untuk mewujudkan holding ultramikro. Hal ini merupakan momentum kebangkitan ekonomi nasional melalui terciptanya lapangan kerja baru dan penyerapan tenaga kerja,” kata Erick.
Proses pembentukan holding ultramikro ini cukup panjang. Selain melalui persetujuan para anggota DPR pada Maret 2021, juga persetujuan para pemegang saham BRI melalui rapat umum pemegang saham luar biasa. Pemerintah juga menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 2021 tentang penambahan penyertaan modal negara Republik Indonesia ke dalam modal saham di BRI. Sebagai perusahaan publik yang tercatat di bursa saham, aksi korporasi BRI ini juga sudah mendapatkan persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan.
Erick berharap penggabungan ini akan membuat bunga pinjaman bagi para pelaku usaha ultramikro dapat ditekan menjadi lebih rendah lagi. Para nasabah ultramikro yang umumnya tidak memiliki agunan biasanya harus membayar bunga pinjaman lebih tinggi dibandingkan dengan bunga pinjaman yang dikenakan kepada nasabah segmen lain.
Tidak jarang pula para pelaku usaha ultramikro terjerat rentenir yang membebankan bunga lebih tinggi lagi. Selain bunga lebih murah, sinergi ketiga BUMN ini diharapkan juga dapat menurunkan biaya operasional.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, penggabungan ketiga entitas ini sama sekali tidak mengubah bisnis modal masing-masing perusahaan. Penyesuaian akan dilakukan terkait dengan digitalisasi sehingga layanan dapat lebih cepat dan biaya operasional lebih murah.
”Digitalisasi akan menurunkan biaya operasional dan risiko operasional. Efisiensi lain juga dapat dikerjakan. Tidak usah membuat produk yang sama, bahkan mirip saja tidak usah. Kalau produk itu sudah ada di PNM tidak usah dibuat di Pegadaian. Kalau sudah ada di Pegadaian, tidak usah dibuat di BRI,” kata Direktur Utama BRI Sunarso.
PNM telah memiliki produk yang melayani nasabah ultramikro, yaitu Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar). Mekaar merupakan pemberdayaan kelompok nasabah ultramikro perempuan. Akhir Agustus lalu, nasabah Mekaar sudah 10,1 juta nasabah.
Pegadaian baru saja meluncurkan aplikasi Pegadaian Digital versi terbaru. Dengan menggunakan aplikasi ini, nasabah Pegadaian tidak perlu lagi keluar rumah untuk bertransaksi produk-produk Pegadaian.
Pengamat pasar modal, Edhi Pranasidhi, beberapa waktu lalu, mengatakan, selain bermanfaat untuk nasabah ultramikro, pembentukan holding BUMN ini diharapkan juga dapat meningkatkan literasi keuangan secara umum.
Kepastian investor
Selain berdampak positif bagi nasabah, pembentukan holding BUMN ultramikro ini juga memberikan dampak kepada para pemegang saham BRI. ”Dengan pembentukan holding ultramikro ini, pemegang saham mendapatkan kepastian bahwa BRI punya kepastian dalam hal sumber pertumbuhannya. Sumber pertumbuhannya berasal dari bawah, dari ultramikro,” kata Sunarso.
Penambahan modal BRI ini merupakan aksi korporasi terbesar dengan nilai tunai dan nilai inbreng sekitar Rp 95,9 triliun. Saat ini proses right issue bagi para pemegang saham publik BRI masih berlangsung. Pada penutupan perdagangan Senin ini, saham BRI turun 2,21 persen menjadi Rp 3.700. Adapun harga pelaksanaan right issue sudah tetapkan Rp 3.400 per saham.
Investor yang memegang saham BRI hingga 9 September lalu, pada hari ini sudah menerima hak atau right yang tercantum di portofolio masing-masing. Right ini dapat diperdagangkan hingga 22 September 2021. Dengan right ini, para investor juga dapat menebus saham BRI pada harga Rp 3.400 per saham, lebih rendah daripada harga pasar saham BRI saat ini.
Sekuritas-sekuritas sudah melakukan sosialisasi terkait dengan cara penebusan atau transaksi right BRI ini. Right ini merupakan hak, bukan kewajiban. Jika tidak ingin ditebus dengan alasan apa pun, kepemilikan saham investor di BRI akan terdilusi.
Pilihan lain, jika investor tidak ingin menebus, right ini juga dapat diperdagangkan. Masa perdagangan akan berakhir pada 22 September 2021. Harga perdagangan right saat ini senilai Rp 270 per saham.