Konektivitas Tol Laut dan Multimoda Jadi Tantangan Baru Papua
Konektivitas tol laut dan multimoda transportasi menjadi tantangan baru bagi Papua. Hingga kini, belum seluruh masyarakat mengerti dan memahami keberadaan Program Tol Laut.
Oleh
Stefanus Osa Triyatna
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Semakin dekatnya penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional Papua 2020, konektivitas tol laut dan multimoda transportasi menjadi tantangan baru bagi Papua. Belum secara keseluruhan masyarakat Papua memahami keberadaan Program Tol Laut sehingga pemanfaatan tol laut perlu disosialisasikan lebih intens agar semakin optimal.
Menurut Staf Khusus Menteri Perhubungan Buyung Lalana, sosialisasi sangat penting untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat yang belum mengerti dan memahami Program Tol Laut, baik secara akademis maupun secara konsep dengan pelaksanaan praktis serta struktur penerapannya.
Sosialisasi Program Tol Laut digelar Direktorat Jenderal Perhubungan Laut melalui Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas II Jayapura bersama Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia Jayapura melalui dialog interaktif ”Program Strategis Nasional Tol Laut Lintas Papua dan Multimoda Transportasi” di Jayapura, Papua, Jumat (10/9/2021).
Acara tersebut juga digelar untuk menjawab beberapa pertanyaan seiring dengan peningkatan pemanfaatan tol laut oleh masyarakat, khususnya menyambut perhelatan PON Papua 2020.
Kepala Seksi Lalu Lintas Angkutan Laut dan Usaha Kepelabuhanan KSOP Kelas II Jayapura, Willem Thobias Fofid, menjelaskan, dalam beberapa kesempatan, dirinya menemukan pemahaman masyarakat tentang tol laut ini. Disparitas harga hanya bisa turun dengan subsidi PSO (public services obligation) oleh pemerintah.
Akan tetapi, jika dilihat dalam tata kelola dan pengertiannya, Program Tol Laut dalam arti sempit (scope kecil) memang PSO. Sementara dalam arti yang lebih luas berarti sistem logistik, rantai pasok, pengelolaan kegiatan pelabuhan, jaringan pelabuhan (port network), dan keterkaitan moda laut dengan moda lainnya.
”Sosialisasi tol laut memerlukan inovasi dan terobosan baru, agar semua kalangan masyarakat baik akademisi, stakeholders dan operator, bahkan para pengguna moda transportasi lain dapat mengetahui penyelenggaraan program strategis nasional pemerintah ini. Program ini menekankan kajian ilmiah. Penerapannya dengan melihat perspektif keilmiahan sangat diperlukan,” ujar Willem.
Willem menjelaskan, Program Tol Laut di Papua mengalami perkembangan, seperti bertambahnya armada-armada nasional, diikuti peningkatan industri lain, seperti bussines shipping, perkapalan, kepelabuhan, logistik, perikanan dan kelautan, termasuk hasil komoditas daerah-daerah yang menjadi program unggulan dalam pengelolaan sumber daya alam.
Taher Laitupa, Kepala KSOP Kelas II Jayapura, menuturkan, ”Peningkatan tol laut terus meningkat dengan mencapai 61 kontainer pada voyage 8 dan voyage 9. Bahkan, distribusi logistik kebutuhan PON Papua 2020 melalui tol laut terus meningkat dari Pelabuhan Depapre ke Pelabuhan Pomako dan Merauke. Harapannya, masyarakat teredukasi dan dapat mengetahui secara utuh tentang penyelenggaraan tol laut dengan data dan informasi terkini.”
Dengan gencarnya sosialisasi ini, masyarakat diharapkan semakin menyadari betapa pentingnya tol laut Lintas Papua. Selain menjangkau dan mendistribusikan logistik ke daerah tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan (3TP), ketersediaan barang terjamin dan mengurangi disparitas harga guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pentingnya konektivitas ini terkait juga pengiriman barang pokok penting yang tidak dimonopoli dan muatan balik hasil industri daerah agar terjadi keseimbangan perdagangan.
Laus Rumayom dari Universitas Cenderawasih yang juga Ketua Forum Analysis Papua Strategyc dan Tim Tol Laut Papua mengatakan, ”Tol laut lintas Papua saat ini terus berinovasi dan berkembang dengan pendekatan sosial budaya antropologi. Juga, kearifan lokal dalam keikutsertaan masyarakat pada bisnis perkapalan di ekosistem tol laut, seperti masyarakat adat, kepemudaan, keagaaman, dan perempuan hingga berbasis di level lokal kampung dan distrik.”
Dalam kesempatan yang sama, Diben Elaby, tokoh masyarakat sekaligus Ketua Koperasi Masyarakat Papua Sejahtera dan Mitra Tol Laut, menekankan model pengembangan sebagai Pelabuhan Merauke sebagai pelabuhan hub karena memiliki komoditas unggulan daerah. Misalnya, beras dengan pendekatan pada optimalisasi UMKM, aliansi, dan kelompok tani serta kepemudaan bersama investor baru dan mapan terus digalakkan. Harapannya, semakin banyak masyarakat dapat merasakan maanfaat tol laut.