Bank BRI Tbk optimistis penggabungan BRI dengan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) dan PT Pegadaian (Persero) akan membawa manfaat besar untuk para nasabah.
Oleh
joice tauris santi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bank BRI Tbk optimistis, integrasi BRI, PT Permodalan Nasional Madani (Persero), dan PT Pegadaian (Persero) dalam Holding Ultra Mikro akan membawa manfaat besar bagi para nasabah.
”Dengan PNM dan Pegadaian, kami bisa berkolaborasi, join lokasi, menggunakan informasi teknologi bersama, juga menjual produk secara cross selling. Sumber dana PNM dan Pegadaian tidak dari masyarakat, tetapi dari perbankan dan pasar modal,” ujar Direktur Utama Bank BRI Sunarso dalam Public Expose Live, Kamis (9/9/2021).
Saat ini, Bank BRI sedang melakukan proses penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (right issue). Aksi korporasi right issue ini merupakan yang terbesar dalam sejarah bursa dengan perolehan sebesar Rp 95 triliun, terdiri dari perolehan tunai Rp 41 triliun dan sisanya berupa aset setoran pemerintah, yaitu PNM dan Pegadaian.
Bursa Efek Indonesia sudah mengumumkan harga teoretis saham Bank BRI sebesar Rp 3.810 per lembar. Harga teoretis ini berubah dari harga penutupan sebelumnya seiring dengan right issue tersebut.
Pengabungan ketiga entitas tersebut dalam Holding Ultra Mikro bertujuan untuk melayani nasabah ultramikro sehingga diharapkan akan mendorong para nasabah untuk dapat naik kelas. Hal lain yang akan dibenahi adalah penurunan biaya operasional penyaluran dana untuk sektor ultramikro.
Hal lain yang akan dikerjakan adalah melakukan digitalisasi. Dengan digitalisasi, biaya operasional dan biaya risiko dapat ditekan.
Kinerja
PT Bank Bisnis Internasional Tbk dalam keterbukaan informasinya menyatakan mendapatkan laba bersih sebesar Rp 29,86 miliar sepanjang semester pertama tahun 2021. Laba bersih ini meningkat 130,17 persen dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 12,97 miliar.
Laba Bank Bisnis Internasional terutama ditopang oleh Kredivo, perusahaan rintisan yang memberikan layanan kredit instan, sebanyak 84,89 persen dari total laba bersih. Pendapatan bunga meningkat dari Rp 42,53 miliar menjadi Rp 59,31 miliar. Kredivo adalah merek dari PT FinAccel Teknologi Indonesia yang saat ini mempunyai kepemilikan saham Bank Bisnis Internasional sebesar 24 persen.
Di sisi lain, rasio kredit bermasalah terhadap total kredit turun dari 0,65 persen pada semester pertama tahun lalu menjadi 0,29 persen pada semester pertama 2021.
Sementara itu, bank lain, PT Allo Bank Indonesia Tbk, merencanakan penawaran umum terbatas dengan right issue sebanyak-banyaknya 11 miliar saham.
Dalam keterbukaan informasi di bursa, Finance, Planning, Control Division Head Allo Bank Aryanto mengatakan, jumlah 11 miliar saham itu setara dengan 94,15 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan pada saat keterbukaan informasi ini. Adapun harga pelaksanaan akan diumumkan kemudian. Pemegang saham utama bank yang dahulu bernama Bank Harda ini, PT Mega Corpora, memiliki opsi untuk mengalihkan sebagian atau seluruh haknya kepada investor tertentu.
Dana hasil right issue ini akan digunakan untuk memenuhi persyaratan modal minimum yang ditentukan oleh Otoritas Jasa Keuangan dan juga untuk mengembangkan Allo Bank menjadi bank digital.