Harga Batubara Indonesia Sentuh Level 150 Dollar AS Per Ton
Harga batubara Indonesia terus naik dalam beberapa bulan terakhir, didorong oleh tingginya permintaan dari China. Tingginya permintaan batubara sejalan dengan pemulihan ekonomi dari pandemi Covid-19 di sejumlah negara.
Oleh
aris prasetyo
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengumumkan harga batubara acuan periode September 2021 sebesar 150,03 dollar AS per ton yang merupakan harga tertinggi dalam beberapa dekade terakhir. Tingginya permintaan dari China menjadi penyebab utama lonjakan harga batubara.
Tren kenaikan harga batubara Indonesia dimulai sejak Januari 2021 yang sebesar 75,84 dollar AS per ton. Padahal, pada Desember 2020, harga batubara tercatat 59,65 dollar AS per ton. Secara perlahan, harga terus meroket menjadi 130,99 dollar AS per ton pada Agustus lalu dan mencapai puncaknya menjadi 150,03 dollar AS per ton di bulan ini.
Menurut Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama pada Kementerian ESDM Agung Pribadi, harga batubara bulan ini merupakan hal yang fenomenal dalam beberapa dekade terakhir. Tingginya permintaan batubara di China yang melampaui kemampuan produksi negara tersebut mendorong naiknya harga batubara di Indonesia.
”Tak hanya di China, kenaikan permintaan batubara juga datang dari Korea Selatan dan sebagian kawasan di Eropa seiring dengan tingginya harga gas alam. Dampaknya adalah harga batubara melambung hingga 150,03 dollar AS per ton,” ucap Agung saat dihubungi, Senin (6/9/2021).
Tingginya permintaan batubara di China yang melampaui kemampuan produksi negara tersebut mendorong naiknya harga batubara di Indonesia.
Selama pandemi Covid-19 di tahun 2020, harga batubara tak pernah lebih dari 70 dollar AS per ton. Bahkan, harga sempat jeblok menjadi 49,42 dollar AS per ton pada September 2020. Memasuki musim dingin di sejumlah negara atau menjelang akhir tahun, harga secara perlahan mulai naik.
Dihubungi secara terpisah, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan, selain permintaan yang tinggi, harga batubara juga dipengaruhi oleh pasokan yang tak maksimal. Hal itu disebabkan keterbatasan pengangkutan lewat laut di tengah cuaca yang tak kondusif. Kenaikan harga juga dipengaruhi oleh memburuknya hubungan dagang China dengan Australia yang merupakan negara eksportir utama batubara di dunia.
”Soal apakah perusahaan akan meningkatkan produksi mereka di tengah lonjakan harga, ini sulit diprediksi. Sebab, ada kendala keterbatasan alat berat di lapangan, termasuk kondisi cuaca yang memengaruhi pengiriman,” ucap Hendra.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform Fabby Tumiwa berpendapat, kenaikan harga komoditas energi primer pembangkit listrik, seperti batubara, sejatinya berdampak biaya produksi tenaga listrik dan penentuan tarif listrik. Namun, Pemerintah Indonesia sudah menetapkan harga khusus batubara untuk kebutuhan dalam negeri dipatok 70 dollar AS per ton. Kenaikan tersebut seharusnya bisa menyadarkan para pengambil kebijakan untuk mengoptimalkan sumber energi terbarukan.
Kenaikan harga juga dipengaruhi oleh memburuknya hubungan dagang China dengan Australia yang merupakan negara eksportir utama batubara di dunia.
”Sebab, energi terbarukan (tenaga surya, angin, dan air) biaya produksinya rendah dan tidak bisa diperdagangkan. Ini seharusnya dijadikan kesempatan untuk mengoptimalkan sumber energi terbarukan sebagai sumber energi primer pembangkit listrik karena harganya tidak terpengaruh oleh berbagai sentimen,” ujar Fabby.
Pada tahun 2020, produksi batubara Indonesia sebanyak 565,79 juta ton atau melampaui batasan produksi yang ditetapkan pemerintah sebanyak 550 juta ton. Hal yang sama terjadi pada 2019 di mana produksi batubara dibatasi 550 juta ton, tetapi realisasinya mencapai 616,16 juta ton. Tahun ini, produksi batubara kembali dibatasi menjadi 550 juta ton. Sampai Senin sore, berdasarkan data Kementerian ESDM, produksi batubara sebanyak 403,26 juta ton.
Pasokan batubara untuk kebutuhan di dalam negara pada 2020 terealiasi sebanyak 132 juta ton. Adapun di tahun ini ditargetkan serapan batubara di pasar domestik sebanyak 137,5 juta ton. Selain untuk kebutuhan bahan bakar pembangkit listrik PLN, batubara juga diserap oleh industri.