Berinvestasi Sekaligus atau Mencicil, Mana yang Lebih Baik?
Secara umum, ada dua cara berinvestasi pada aset di pasar modal, yaitu penempatan dana sekaligus dan cicilan.
Oleh
joice tauris santi
·3 menit baca
Secara umum, ada dua cara berinvestasi pada aset di pasar modal, yaitu penempatan dana sekaligus dan cicilan. Kedua cara tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Mana yang dipilih sangat tergantung pada situasi yang dihadapi tiap-tiap investor.
Ketika pasar saham sedang berada pada tren naik, investasi dengan penempatan dana secara langsung berpotensi memberikan imbal hasil lebih baik ketimbang investasi secara cicilan. Sebaliknya, risiko berinvestasi langsung juga lebih tinggi dibandingkan dengan investasi dengan cicilan secara teratur. Selama kedua cara ini masuk akal dan sesuai dengan perencanaan keuangan dapat dilakukan baik bersamaan ataupun dipilih salah satu.
”Investasi lumpsum atau sekaligus dapat dilakukan misalnya ketika kita mendapatkan bonus. Investasi cicilan (dollar cost averaging) dilakukan secara periodik, seperti mencicil kredit rumah dari gaji bulanan,” kata Bramantya Egin Pratama, Head of Product Development Indo Premier Investment Management pada Festifund 2021, Minggu (5/9/2021).
Ketika pasar sedang menurun, metode cicilan berpotensi memberikan imbal hasil lebih tinggi ketimbang dana investasi yang ditempatkan sekaligus. ”Ada juga keuntungan melakukan metode cicilan, yakni akan membuat kita menjadi lebih disiplin dalam berinvestasi,” kata Bramantya.
Investasi secara cicilan tidak harus dilakukan bulanan, dapat juga dilakukan mingguan, atau beberapa bulan sekali. Investor yang belum yakin tentang arah pasar dapat melakukan metode investasi cicilan untuk mengurangi risiko.
Tidak ikut-ikutan
Dalam dua tahun terakhir ini terjadi pertambahan investor yang sangat pesat di pasar modal Indonesia. Hingga akhir Agustus 2021 tercatat 6,1 juta investor di pasar modal. Sebagian investor merupakan anak muda yang baru mulai berinvestasi.
”Saya sudah berinvestasi lama, istri saya yang mengajak berinvestasi,” kata Joshua, salah satu personel grup penyanyi Eclat Story, yang juga diundang dalam Festifund tersebut. Sementara personel lainnya, Louis, mengatakan baru mulai berinvestasi belakangan ini.
Dalam acara tersebut juga ditekankan bahwa dalam berinvestasi, kemandirian investor merupakan hal yang penting. Impersonator Kristo Immanuel, misalnya, mengakui keengganannya melakukan riset nilai saham pada awal-awal investasi sehingga membuat investasinya menjadi gegabah dan pernah terjebak pompom. Alhasil, investasinya justru mendatangkan kerugian.
Namun, sebagai investor yang lambat laun sadar dengan profil risikonya, Kristo tidak terganggu mentalnya, tetap tenang dan tetap berinvestasi. Sikap seperti ini memang penting dimiliki investor pemula, seperti diungkapkan investor sekaligus psikolog analisis Widyaningrum yang menandaskan pentingnya mempelajari manajemen emosi agar mental tidak terganggu karena fluktuasi investasi.
Investor muda Ken Handersen pun mengakui ketika awal-awal berinvestasi, ia gegabah dengan asal-asalan membeli produk investasi tanpa tujuan investasi yang jelas sehingga justru mengacaukan keuangannya.
Turunkan pajak
Sementara itu, pemerintah menurunkan Pajak Penghasilan (PPh) atas bunga obligasi bagi para investor domestik dari 15 persen menjadi 10 persen. Aturan baru tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2021. Aturan ini untuk memberikan keringanan PPh bunga obligasi bagi para investor domestik.
”Dengan PP ini, tarif PPh Pasal 4 Ayat (2) UU PPh atas penghasilan bunga obligasi Wajib Pajak Dalam Negeri turun dari 15 persen ke 10 persen,” kata Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman dalam siaran persnya, akhir pekan lalu.