Grup Ciputra Andalkan Penjualan Rumah Tapak hingga Akhir 2021
Sampai akhir tahun 2021, penjualan rumah tapak masih menjadi andalan pengembang properti untuk memulihkan pendapatan bisnis.
JAKARTA, KOMPAS — Industri properti berangsur-angsur pulih, meskipun masih akan didominasi oleh penjualan rumah tapak. Adanya insentif pajak pertambahan nilai dan relaksasi rasio nilai kredit atau pembiayaan properti yang dapat diberikan bank kepada nasabah menjadi faktor yang berpengaruh signifikan.
Direktur Grup Ciputra Aditya Ciputra Sastrawinata di sela-sela konferensi pers Ciputra Festival 4.0, Sabtu (4/9/2021), di Jakarta, mengatakan, target penjualan grup ini pada tahun 2021 mencapai Rp 5,9 triliun. Target ini mirip pencapaian penjualan tahun 2019.
Ciputra Festival 4.0 merupakan festival proyek properti dari beragam unit bisnis Grup Ciputra. Bersamaan dengan konferensi pers, Grup Ciputra menandatangani nota kesepahaman dengan 14 bank.
”Dengan nilai target penjualan tahun 2021 mendekati pencapaian 2019, kami memaknainya kondisi industri properti sudah berangsur-angsur cukup pulih. Dari target nilai penjualan Rp 5,9 triliun, kami sudah berhasil mengantongi hasil 61 persen atau Rp 3,5 triliun pada semester I-2021,” ujarnya.
Realisasi penjualan itu didominasi oleh rumah tapak. Menurut Aditya, insentif pajak pertambahan nilai (PPn) rumah tapak, khususnya di bawah Rp 2 miliar, yang diperpanjang sampai akhir tahun 2021 dan suku bunga kredit yang sangat rendah menjadi pendorong utama penjualan. Dia optimistis, sampai akhir tahun 2021, target penjualan Rp 5,9 triliun bisa terwujud.
”Hampir 60 persen pembeli properti rumah tapak di kami memakai fasilitas kredit perumahan rakyat,” imbuh Aditya.
Baca juga : Menangi Pasar Properti Pasca-perubahan secara Kreatif
Managing Director Grup Ciputra Harun Hajadi mengatakan, hampir semua proyek properti rumah tapak Grup Ciputra mengalami peningkatan penjualan selama tahun 2021. Kota-kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, Medan, dan Makassar, termasuk wilayah proyek Grup Ciputra yang penjualannya signifikan.
Dia mengklaim, insentif pajak pertambahan nilai dari pemerintah membantu kinerja penjualan. Penjualan ini mencakup stok unit rumah tapak yang sudah ada dan stok unit baru yang akan selesai konstruksinya pada Oktober-November 2021.
Namun, untuk properti apartemen, Harun menyampaikan, pasarnya belum pulih. Kemunculan pandemi Covid-19 memperparah rendahnya serapan pasar properti apartemen yang sudah kelebihan pasokan sejak 2011.
Direktur Utama PT Ciputra Development Tbk Candra Ciputra menambahkan, bisnis properti rumah tapak diperkirakan akan tetap mendominasi penjualan sampai pandemi usai, meskipun hal ini akan tergantung kinerja pertumbuhan ekonomi. Dari segi harga, dia memperkirakan rata-rata rumah tapak yang favorit diminati bernilai di bawah Rp 1 miliar.
”Unit bisnis properti lainnya, seperti hotel dan mal, sangat terimbas pandemi. Namun, kami menyesuaikan agar mal, khususnya, dikembangkan dengan konsep penunjang kebutuhan gaya hidup sesuai dengan tren industri digital,” tuturnya.
Bisnis properti fasilitas kesehatan, seperti klinik dan rumah sakit, tetap diperluas jangkauannya oleh Grup Ciputra. Misalnya, dalam rencana jangka pendek, ekspansi klinik dan rumah sakit masuk ke sekitar proyek perumahan atau fasilitas pendidikan milik Grup Ciputra.
Cushman & Wakefield melalui laporan MarketBeat semester I-2021 menyebutkan, walau di tengah pandemi Covid-19, pasar perumahan tapak masih mencatatkan transaksi yang cukup sehat. Rata-rata jumlah unit yang terjual mencapai 26 unit per bulan per estat, atau naik 11 persen dibandingkan semester I-2020.
Rata-rata nilai penjualan Rp 36,8 miliar per bulan per estat, atau meningkat 17 persen dibandingkan setahun lalu. Tangerang masih menjadi area dengan rata-rata tingkat penyerapan tertinggi, yaitu 39 unit per bulan per estat, lalu diikuti dengan Bekasi 23 unit per bulan per estat.
Beberapa transaksi yang terjadi tersebut merupakan respons masyarakat atas insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPn) pemerintah yang berlaku sejak Maret 2021. Insentif ini berupa keringanan PPn 100 persen untuk rumah dengan harga di bawah Rp 2 miliar dan keringanan PPn 50 persen untuk rumah seharga Rp 2-Rp 5 miliar. Meningkatnya jumlah permintaan atas unit yang masuk ke dalam kriteria program ini terlihat di beberapa estat.
Namun di sisi lain, proporsi signifikan rumah tapak yang terjual pada semester I-2021 masih didominasi rumah inden. Hal ini dikarenakan mayoritas estat memiliki stok terbatas untuk rumah siap huni, terutama pada pengembangan besar, di mana mayoritas unit sudah terjual di masa peluncuran produk.
Kebutuhan hunian
Rumah tapak untuk hunian (end-user) masih mendominasi pasar dengan porsi 74 persen dari pembeli. Kredit perumahan rakyat (KPR) juga tetap menjadi metode pembayaran favorit.
Pada semester I-2021, sesuai laporan riset MarketBeat Cushman & Wakefield, bank sudah mulai memberlakukan keringanan pada ketentuan KPR dan penerimaan debitor baru. Penolakan pengajuan KPR berkurang jika dibandingkan dengan awal pandemi Covid-19, meskipun pengecekan latar belakang debitor masih cukup ketat untuk konsumen yang bekerja pada industri tertentu.
Di sisi lain, peraturan Bank Indonesia terbaru mengenai relaksasi rasio loan to value (LTV)/financing to value (FTV)memungkinkan uang muka nol persen untuk seluruh fasilitas KPR pada bank yang sesuai dengan kriteria selama Maret-Desember 2021.
Namun, banyak estat masih mengharuskan adanya uang muka minimal 5-10 persen untuk KPR pertama. Hal ini dilakukan untuk menjaga komitmen pembeli dan kemampuannya dalam menyelesaikan cicilan. LTV merupakan nilai kredit atau pembiayaan properti yang dapat diberikan bank kepada nasabah.
Pada semester I-2021, permintaan rumah tapak dari segmen warga menengah-bawah mendominasi dengan porsi 40,7 persen, diikuti segmen menengah pada 30,5 persen. Cushman & Wakefield menduga latar belakang kebanyakan pembeli tersebut adalah keluarga muda dan lajang yang mencari rumah pertama mereka sebagai hunian.
Dari sisi pasokan, dalam laporan MarketBeat semester I-2021, Cushman & Wakefield menyebut ada 5.377 pasokan unit baru atau meningkat 33,8 persen dibandingkan semester lalu tahun 2020. Tidak ada estat baru yang masuk ke pasar perumahan tapak di semester ini dan beberapa estat baru diperkirakan akan memasuki pasar di semester depan. Unit dari segmen menengah-bawah mendominasi pasokan sebesar 41,8 persen, diikuti dengan segmen menengah di 21,9 persen.
Implementasi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat, menurut Cushman & Wakefield akan berpotensi membuat masyarakat lebih waspada. Pengembang pun memilih menunggu dan melihat situasi. Program insentif PPn dari pemerintah yang diperpanjang sampai akhir tahun 2021 diyakini bisa kembali menunjang penjualan unit rumah tapak pada semester II-2021. Bunga KPR yang rendah pun juga diperkirakan dapat terus menarik calon pembeli, meskipun implementasi relaksasi LTV/FTV yang mengizinkan uang muka nol persen untuk seluruh fasilitas KPR baru belum lekas efektif.
Baca juga : Bayang-bayang Pandemi di Sektor Properti 2021