Kluster udang atau ”shrimp estate” diharapkan mendongkrak produksi udang nasional hingga 2 juta ton pada tahun 2024. Kluster berupa tambak modern seluas 100 hektar direncanakan akan dibuka di Kebumen, Jawa Tengah.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah bersiap membuka kluster udang atau shrimp estate sebagai upaya mendongkrak produksi udang hingga 2 juta ton pada tahun 2024. Pembukaan kawasan-kawasan baru udang dinilai perlu memperhatikan daya dukung lingkungan.
Kementerian Kelautan dan Perikanan menargetkan nilai ekspor udang mencapai 4,2 milar dollar AS atau naik 250 persen hingga tahun 2024. Target itu akan dicapai antara lain dengan menggenjot produksi udang dan meningkatkan nilai tambah produk. Volume ekspor udang diproyeksikan naik rata-rata 15,8 persen per tahun, sedangkan nilai ekspor tumbuh 20 persen per tahun.
Pada tahun 2020, volume ekspor udang tercatat 239.230 ton dengan nilai mencapai 2,04 miliar dollar AS. Ekspor udang berkonstribusi sekitar 39 persen terhadap total ekspor perikanan nasional.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan TB Haeru Rahayu, Kamis (2/9/2021), mengemukakan, pembukaan kluster udang direncanakan seluas 100 hektar (ha) di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, berupa tambak modern. Produktivitas tambak itu ditargetkan mencapai 40 ton per ha.
Menurut dia, produksi udang nasional saat ini rata-rata 850.000 ton per tahun. Luas tambak udang Indonesia tercatat 804.803 ha, terdiri dari tambak skala tradisional, semiintensif, dan intensif (besar). Selain kluster udang, upaya menggenjot produksi ditempuh dengan merevitalisasi tambak.
Produktivitas 247.803 ha tambak tradisional akan didorong menuju 2 ton per ha per tahun. ”Mimpi kita (produksi udang) 2 juta ton. Waktu kita tidak banyak, hanya sekitar 2 tahun, maka butuh terobosan. Terobosan harus ditopang riset,” katanya.
Selain itu, pemerintah berencana mengembangkan 1.000 ha tambak udang terintegrasi melalui pendekatan hulu-hilir. Kawasan tambak terintegrasi akan ditopang antara lain pabrik pakan, laboratorium, panen, dan pabrik es. Permodalan direncanakan menggandeng swasta dan pinjaman/hibah luar negeri.
Bupati Kebumen Arif Sugiyanto mengemukakan, kluster udang di Kebumen direncanakan menghasilkan produksi 6.000 ton per tahun dengan nilai produksi Rp 480 miliar per tahun dengan asumsi harga rata-rata udang Rp 80.000 per kilogram (kg).
Saat ini, daerah dengan panjang pantai sekitar 57,5 kilometer itu telah sebagian diisi dengan tambak-tambak rakyat. Luas tambak udang sekitar 53,35 ha dengan produktivitas hanya 7-8 ton per ha per siklus dan total produksi sekitar 1.600 ton per tahun. Namun, kerap terjadi, panen pertama dan kedua untung, tetapi panen ketiga pindah lokasi. Hal itu berpotensi merusak ekologi jika tidak segera dibenahi.
Daya dukung
Sebelumnya, rencana pemerintah untuk mengembangkan kluster udang atau shrimp estate berbiaya Rp 250 miliar pada 2022 menuai sorotan. Pemerintah diminta menyiapkan peta jalan dan target pengembangan shrimp estate yang jelas agar tidak memboroskan anggaran.
Menurut anggota Komisi IV DPR dari Fraksi Partai Demokrat, Muslim, program shrimp estate senilai Rp 250 miliar untuk area 100 hektar akan menghabiskan 33 persen dari pagu anggaran sektor perikanan budidaya tahun 2022. Ia meminta kajian amdal terkait ekosistem, lingkungan, model kerja, serta apakah sudah memperhitungkan dampak ekonomi dan sosial (Kompas 25/6/2021).
TB Haeru menambahkan, strategi peningkatan produksi juga akan dilakukan lewat evaluasi data dan regulasi. Saat ini, masih banyak tambak udang di pesisir pantai tidak sesuai dengan ketentuan. Pengembangan ekonomi tidak boleh meminggirkan aspek ekologi.
Ketua Shrimp Club Indonesia Jawa Tengah Ilham Priyanto mengemukakan, aspek ekologi dan ekosistem di perairan tambak dan lingkungan sangat penting diperhatikan untuk memastikan kontinuitas budidaya. Selain itu, karakteristik wilayah, lingkungan, dan kondisi pantai selatan Jawa yang memiliki fluktuasi suhu air yang tinggi juga perlu diperhatikan untuk menopang keberhasilan budidaya.
Menurut Chief of Staff eFishery, Chrisna Aditya, target peningkatan produksi udang menjadi 2 juta ton pada tahun 2024 membutuhkan intensifikasi budidaya, efisiensi pakan sehingga pertumbuhan lebih cepat. Permasalahan yang juga harus disikapi adalah penyakit. Kerap terjadi panen pada siklus III gagal dan terpaksa pindah lokasi akibat serangan penyakit.
Secara terpisah, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengemukakan, tiga program prioritas Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk tiga tahun ke depan, yakni peningkatan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari sumber daya perikanan tangkap untuk peningkatan kesejahteraan nelayan melalui kebijakan penangkapan terukur di setiap wilayah pengelolaan perikanan negara Republik Indonesia (WPPNRI), pengembangan perikanan budidaya untuk peningkatan ekspor yang didukung riset kelautan dan perikanan, serta pembangunan kampung-kampung perikanan budidaya tawar, payau, dan laut berbasis kearifan lokal.
”Seluruh pelaksanaan program prioritas yang memanfaatkan ruang laut tersebut memperhatikan aspek keberlanjutan ekologi dan menyesuaikan dengan rencana tata ruang laut yang ada sehingga dapat meminimalisasi potensi gangguan terhadap keseimbangan ekologis pesisir yang akan menyebabkan kerugian bagi ekosistem,” kata Menteri Trenggono, dalam webinar ”Implementasi Blue Economy dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang Laut” secara daring, Kamis.