Penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional XX di Papua, 2-15 Oktober 2021, diyakini mampu menggerakkan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) lokal. Sektor pariwisata pun diharapkan terdampak penyelenggaraannya.
Oleh
Stefanus Osa Triyatna
·4 menit baca
DOKUMENTASI PB PODSI
Tampak lokasi pembangunan arena dayung untuk Pekan Olahraga Nasional XX di Kota Jayapura, Papua, beberapa waktu lalu.
JAKARTA, KOMPAS — Penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional XX di Papua, 2-15 Oktober 2021, diyakini mampu menggerakkan usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM lokal. Meskipun diselenggarakan di tengah situasi pandemi Covid-19, nilai ekonominya diperkirakan lebih kecil dibandingkan penyelengaraan pekan olahraga nasional sebelumnya.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki, saat telekonferensi pers ”PON Gerakkan UMKM dan Wisata Papua” yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika di Jakarta, Kamis (2/9/2021), menyebutkan, Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII 2012 Riau dan PON XIX 2016 Jawa Barat diperkirakan mendorong perekonomian lebih dari Rp 100 miliar.
Pada PON XX Papua nilainya diperkirakan lebih kecil. Namun, penyelenggaraannya akan menggerakkan kehadiran sekitar 11.000 orang, termasuk di antaranya atlet yang mencapai 9.000 orang.
”Banyak UMKM yang diuntungkan, misalnya, pemilik penginapan, penjual makanan dan minuman, perajin dan lain-lain. Karena itu, sektor-sektor ini yang sudah dikerjasamakan dengan pemerintah daerah,” ujar Teten.
Menurut Teten, PON bisa menjadi ajang promosi produk-produk UMKM Papua. Pihaknya juga mengajak pesohor Raffi Ahmad untuk turut mempromosikan produk-produk UMKM. PON akan dimanfaatkan sebagai momentum untuk mendorong produk-produk UMKM Papua segera ”naik kelas” melalui media sosial atau lokapasar (marketplace).
Setelah itu, Kementerian Koperasi dan UKM berjanji akan memfokuskan diri pada pemberdayaan UMKM. Jika diidentifikasi, produk UMKM unggulan di empat kluster PON XX (Kabupaten dan Kota Papua, Kabupaten Timika dan Merauke), cukup beragam.
”Akhir Agustus lalu, kami melepas ekspor hasil perikanan dan kelautan sekitar 28 ton ke Singapura. Kami mengintervensi dengan memperkuat melalui koperasi yang menjadi eksportinya,” ujar Teten.
Produk unggulan di Papua, termasuk Papua Barat, di antaranya kepiting bakau dan produk laut lainnya, madu hitam, kopi, olahan sagu, dan essential oil massoia yang harganya mencapai Rp 10 juta per kilogram. Selain itu, ada aneka produk kerajinan seperti noken dan anyaman lainnya.
Menurut Teten, Kemenkop dan UKM telah memberikan dukungan, di antaranya melalui program Smesco Hub Timur, mengonsolidasi inisiatif terkait logistik, serta Center of Excellence Smesco bagi kawasan Timur Indonesia yang dijalankan oleh Smesco Indonesia.
Sementara Lembaga Pengelola Dana Bergulir-KUMKM memberikan dana bergulir permodalan untuk koperasi, termasuk pelatihan, serta pendampingan yang telah menjangkau 1.740 pelaku UMKM di Papua dan Papua Barat.
KOMPAS/ PRIYOMBODO
Pengunjung melihat noken khas Papua yang ditawarkan dalam Pameran Karya Kreatif Indonesia 2019 oleh Bank Indonesia di Jakarta Convention Center, Jakarta, Jumat (12/7/2019). Pameran yang mengangkat tema ”Mendorong Pertumbuhan Ekonomi melalui UMKM Go Export dan Go Digital” ini menonjolkan karya dari berbagai penjuru Nusantara.
Jumlah usaha mikro kecil (UMK) di Papua saat ini mencapai 148.647 unit, sementara jumlah usaha menengah besar (UMB) 2.823 unit. Sebagian di antaranya berada di empat kluster, yakni di Kota Jayapura dengan 28.355 UMK dan 1.097 UMB, di KabupatenJayapura 10.518 UMK dan 182 UMB, Kabupaten Merauke 14.076 UMK dan 342 UMB, serta di Kabupaten Mimika dengan 12.842 UMK dan 336 UMB.
”Hingga saat ini, proporsi penyaluran kredit oleh bank masih rendah, hanya berada di bawah Rp 15 triliun per tahun atau 1,4 persen dari total penyaluran kredit nasional sesuai RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) Papua 2019-2023. Sebagian besar belum go digital. Sebagian besar pelaku UMKM adalah mama-mama,” kata Teten.
Padahal, Papua diyakini memiliki potensi anak-anak muda kreatif. Mereka berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif yang mengombinasikan narasi kearifan budaya dan tradisi dengan teknologi. Sudah ada beberapa jejaring komunitas kreatif, seperti Numbay Kreatif (JKON) di Jayapura yang baru saja menyelenggarakan Konferensi Orang Kreatif (KO-OKE).
Tren wisata
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga S Uno mengatakan, pandemi turut mengubah tren pariwisata. Wisatawan saat ini akan lebih memperhatikan protokol kesehatan yang ditetapkan di tempat-tempat wisata. Penyelenggaraan olahraga juga mendorong pertumbuhan wisata. ”PON diharapkan membangkitkan sektor ekonomi, pariwisata, dan destinasi wisata khususnya Papua,” ujar Sandiaga.
Direktur Event Nasional dan Internasional Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Dessy Ruhati mengatakan, banyak obyek wisata yang menjadi daya tarik Papua, mulai wisata alam, wisata buatan, dan wisata budaya. Beberapa di antaranya adalah Teluk Cendrawasih, Raja Ampat, Danau Sentani, dan Taman Nasional Lorentz, festival Lembah Baliem di Wamena, dan wisata buatan berupa penyelenggaraan PON XX.
Kompas/Yuniadhi Agung
Raja Ampat yang memuliakan tamunya.
Gatot S Dewa Broto, Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga, mengatakan, ”Penyelenggaraan PON XX tinggal menghitung hari dan cukup menantang, bahkan inilah PON yang pertama kalinya diselenggarakan dalam suasana Covid-19.”
PON ini disebut-sebut sebagai penyelenggaraan yang seluruh pembangunan venue-nyaspektakuler. Stadion Lukas Enembe secara total dibangun baru, lebih besar dari Stadion Gelora Bung Karno. Bahkan, istana olahraganya lebih bagus daripada Istora Senayan. Belum lagi, arena akuatiknya.
Sukarelawan PON XX mencapai 25.000 orang, lebih banyak dibandingkan sukarelawan ASEAN Games. Protokol kesehatan akan diperlakukan secara ketat baik atlet, baik panitia penyelenggara maupun penonton.