Gubernur BI: Indonesia Perlu Antisipasi Empat Tantangan dan Peluang
Indonesia perlu mengantisipasi empat tantangan sekaligus peluang dalam upaya menciptakan pertumbuhan ekonomi yang stabil, inklusif, dan berkelanjutan.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ketahanan atau resiliensi ekonomi, persiapan digitalisasi, pertumbuhan yang inklusif, serta partisipasi ekonomi hijau dan berkelanjutan merupakan empat tantangan sekaligus peluang bagi perekonomian Indonesia. Empat hal ini perlu diantisipasi untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan berkelanjutan.
Tantangan dan peluang bagi perekonomian Indonesia ini disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat memberikan sambutan dalam webinar 15th Bulletin of Monetary Economics and Banking (BMEB) International Conference and Call for Papers 2021 yang bertajuk ”Stimulating Economic Recovery, Promoting Sustainable-Inclusive Growth in The Digital Era: Challenges and Opportunities”, Kamis (2/9/2021).
”Ada empat hal yang menjadi tantangan, tetapi juga peluang yang harus kita antisipasi untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang stabil, inklusif, dan berkelanjutan,” ujar Perry.
Pentingnya ketahanan ekonomi menghadapi krisis sangat teruji saat pandemi Covid-19 melanda dunia. Respons penanganan pandemi yang tepat didukung oleh sistem perekonomian yang kuat telah membantu negara-negara maju bisa pulih lebih cepat.
Perry menjelaskan, aspek pertama ialah menyiapkan ketahanan/resiliensi ekonomi agar Indonesia mampu bertahan dengan berbagai ketidakpastian global. Pentingnya ketahanan ekonomi menghadapi krisis sangat teruji saat pandemi Covid-19 melanda dunia. Respons penanganan pandemi yang tepat didukung oleh sistem perekonomian yang kuat telah membantu negara-negara maju bisa pulih lebih cepat.
”Ini menjadi pelajaran bagi kita. Pemulihan perekonomian saja tidak cukup, tetapi kita harus membangun lebih tangguh,” ujar Perry.
Aspek kedua ialah soal digitalisasi yang semakin dekat dengan semua sisi kehidupan masyarakat. Ini menjadi tantangan dan peluang yang harus diantisipasi oleh semua pihak, mulai dari dunia usaha, pendidikan, hingga kesehatan. Dalam hal ini, BI berperan memperkuat aturan dan standardisasi sistem pembayaran agar masyarakat menjadi lebih mudah bertransaksi.
Adapun aspek ketiga ialah tantangan penciptaan pertumbuhan yang inklusif. Pandemi berpotensi menciptakan jurang ketimpangan semakin lebar antara mereka yang mempunyai keistimewaan akses digital dan finansial dan mereka yang tidak memiliki akses. Oleh karena itu, harus diciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif sehingga semua kalangan masyarakat bisa menikmati dan tidak ada yang tertinggal.
Aspek keempat ialah partisipasi dalam perekonomian dan keuangan hijau atau berkelanjutan. Kesadaran masyarakat global akan aktivitas ekonomi yang mengedepankan elemen lingkungan, sosial, dan pengelolaan (environmental, social, and governance/ESG) yang tepat terus meningkat. Hal ini juga meningkatkan standar aktivitas ekonomi agar lebih memperhatikan aspek itu.
Chief Executive Officer Asian Development Bank (ADB) Institute Tetsushi Sonobe berpandangan, pandemi Covid-19 telah semakin kuat mendorong kesadaran semua kalangan akan pentingnya menjalankan aktivitas ekonomi hijau, termasuk dalam aspek keuangan. ”Wabah penyakit dan kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh perubahan iklim merupakan pertanda kita telah menjalankan aktivitas yang tidak mengedepankan lingkungan dan sosial,” ujar Tetsushi.
Ia menjelaskan, tren pendanaan lembaga keuangan di masa mendatang harus lebih mengedepankan sektor-sektor yang memperhatikan lingkungan dan sosial, seperti energi baru terbarukan, pengelolaan air bersih, pertanian, dan teknologi pangan.
Jurnal ilmiah
Pada kesempatan itu, Kepala Bank Indonesia Institute Solikin M Juhro juga menyampaikan, masyarakat yang membutuhkan referensi kajian jurnal ilmiah tentang ekonomi bisa mengakses situs resmi Bulletin of Monetary Economics and Banking, yakni bmeb-bi.org. Ia juga mengundang akademisi untuk terus melakukan riset dan membuat jurnal ilmiah dan bisa ditampilkan di situs BMEB.
”Situs ini bersifat open access, jadi gratis dan bisa dibuka oleh siapa pun,” ujar Solikin.